MUI Bentuk Kader Penggerak Dakwah Islam di Garut
loading...
A
A
A
GARUT - Majelis Ulama Indonesia (MUI) mulai membentuk kader-kader penggerak dakwah Islam yang akan memberikan pemahaman tentang Islam yang baik dan benar.
Pembentukan itu dimulai dari daerah yang dianggap penting untuk menjadi contoh gerakan Wasathiyatul Islam di Kabupaten Garut .
“Sengaja kami mengawali miqat pengkaderan dari daerah yang kami anggap penting untuk menjadi contoh gerakan Wasathiyatul Islam dari akar rumput,” kata KH Cholil Nafis
Kader Gerakan Islam Wasathi menjadi Program bidang Dakwah MUI Pusat untuk menyosialisasikan dan menancapkan pemahaman umat terhadap Islam yang baik dan benar.
“Pemahaman itu yakni adil, diantara pemahaman Islam yang ekstrim kanan dan ekstrim kiri, berorientasi pada solusi yang masalah bagi umat dan bersifat baku pada satu sisi dan dinamis pada sisi yang lain,” bebernya.
Menurutnya, mengarusutamakan Islam wasathi itu dimulai dari memahami teks agama yang moderat (tawassuth fi fahmi al-nushush).
“Juga obyektif dalam memahami teks dan korelasinya dengan perkembangan zaman,” ujarnya.
Dia menegaskan, hasil Musyawarah Nasional MUI tahun 2015 tentang wasathiyatul Islam perlu terus disuarakan dan diaplikasikan dalam kehidupan sosial dan politik.
“Agar risalah kenabian tetap lestari di tangan para ulama, yaitu menjaga agama dan stabilitas sosial politik,” tandasnya.
Pembentukan itu dimulai dari daerah yang dianggap penting untuk menjadi contoh gerakan Wasathiyatul Islam di Kabupaten Garut .
“Sengaja kami mengawali miqat pengkaderan dari daerah yang kami anggap penting untuk menjadi contoh gerakan Wasathiyatul Islam dari akar rumput,” kata KH Cholil Nafis
Kader Gerakan Islam Wasathi menjadi Program bidang Dakwah MUI Pusat untuk menyosialisasikan dan menancapkan pemahaman umat terhadap Islam yang baik dan benar.
“Pemahaman itu yakni adil, diantara pemahaman Islam yang ekstrim kanan dan ekstrim kiri, berorientasi pada solusi yang masalah bagi umat dan bersifat baku pada satu sisi dan dinamis pada sisi yang lain,” bebernya.
Menurutnya, mengarusutamakan Islam wasathi itu dimulai dari memahami teks agama yang moderat (tawassuth fi fahmi al-nushush).
“Juga obyektif dalam memahami teks dan korelasinya dengan perkembangan zaman,” ujarnya.
Dia menegaskan, hasil Musyawarah Nasional MUI tahun 2015 tentang wasathiyatul Islam perlu terus disuarakan dan diaplikasikan dalam kehidupan sosial dan politik.
“Agar risalah kenabian tetap lestari di tangan para ulama, yaitu menjaga agama dan stabilitas sosial politik,” tandasnya.
(nic)