Awas! Banjir dan Longsor Intai Warga Jabar di Daerah Rawan Ini
loading...
A
A
A
BANDUNG - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jabar memetakan wilayah rawan bencana, khususnya bencana banjir dan longsor menyusul tingginya curah hujan akhir-akhir ini.
Kepala Pelaksana BPBD Jabar, Dani Ramdan mengungkapkan, meski hujan terus mengguyur Jabar, namun Jabar sebenarnya belum memasuki musim penghujan. Menurutnya, musim penghujan baru akan masuk pada Januari 2022 mendatang.
"Artinya, kewaspadaan (bencana alam) harus kita tingkatkan. Namun, jika dilihat dari bulan sebelumnya, ini memang ada peningkatan cukup signifikan dari jumlah kejadian banjir dan longsor sejak Oktober dan November ini," kata Dani dalam kegiatan Jabar Punya Informasi (Japri) di Gedung Sate, Kota Bandung, Jumat (12/11/2021).
Dani pun menyebutkan sejumlah daerah rawan bencana di Jabar akibat tingginya curah hujan, khususnya banjir dan longsor, yakni Kabupaten Cianjur, Kabupaten Garut, Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Bogor.
"Sementara di wilayah utara, ada Karawang, Cirebon, Indramayu," sebut Dani.
Dani juga menyebutkan bahwa selama dua pekan terakhir, tercatat 57 peristiwa banjir di Jabar. Khusus di daerah yang rawan longsor, kata Dani, pihaknya telah menyiagakan alat berat di UPDT terdekat.
"Update per 12 November 2021, itu ada 57 titik banjir atau 57 kejadian bencana di Jawa Barat. Kami juga siapkan alat berat di UPDT untuk lebih mendekatkan jika terjadi bencana alam di lokasi tersebut," terangnya.
Lebih lanjut Dani mengatakan, sesuai instruksi Gubernur Jabar, Ridwan Kamil yang telah menetapkan status siaga satu bencana, pihaknya juga telah menyiapkan sejumlah langkah antisipasi.
"Selain mendirikan posko-posko tanggal darurat, kami pun menyiagakan personel 24 jam penuh," kata Dani.
Sementara itu, Kepala Dinas Sumber Daya Air Provinsi Jabar, Dikky Achmad Sidik mengatakan, untuk menekan potensi banjir, Pemprov Jabar dan pemerintah pusat sudah melakukan sejumlah upaya pengendalian.
Selain mengidentifikasi titik-titik rawan banjir, pemerintah pusat pun sudah dan sedang membangun beberapa infrastruktur pengendali banjir.
"Untuk Citarum, kita bisa lihat sendiri, sudah banyak yang dilakukan, mulai dari Terowongan Nanjung, kemudian Floodway Cisangkuy, kemudian juga ada pembangunan kolam retensi yang sedang dikerjakan," papar Dikky.
Menurut Dikky, infrastruktur banjir tidak hanya dibangun di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum, namun juga wilayah sungai lainnya seperti wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane, seperti adanya pembangunan Bendungan Sukamahi dan Ciawi yang kini tengah dikebut pemerintah.
Selain itu, pemerintah pusat pun tengah membangun Bendungan Leuwikeris di Kabupaten Tasikmalaya dan Ciamis untuk peningkatan volume tampungan air, sehingga suplai air irigasi ke lahan pertanian terjaga dan pengendalian banjir.
"Dari semua kegiatan tersebut, yang paling utama adalah kita berkolaborasi untuk pengendalian banjir ini karena kalau kita lihat berdasarkan kegiatan yang dilakukan oleh BBWS maupun kita, tentunya kegiatan ini membutuhkan biaya yang sangat besar dan waktu yang cukup panjang," katanya.
Kepala Pelaksana BPBD Jabar, Dani Ramdan mengungkapkan, meski hujan terus mengguyur Jabar, namun Jabar sebenarnya belum memasuki musim penghujan. Menurutnya, musim penghujan baru akan masuk pada Januari 2022 mendatang.
"Artinya, kewaspadaan (bencana alam) harus kita tingkatkan. Namun, jika dilihat dari bulan sebelumnya, ini memang ada peningkatan cukup signifikan dari jumlah kejadian banjir dan longsor sejak Oktober dan November ini," kata Dani dalam kegiatan Jabar Punya Informasi (Japri) di Gedung Sate, Kota Bandung, Jumat (12/11/2021).
Dani pun menyebutkan sejumlah daerah rawan bencana di Jabar akibat tingginya curah hujan, khususnya banjir dan longsor, yakni Kabupaten Cianjur, Kabupaten Garut, Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Bogor.
"Sementara di wilayah utara, ada Karawang, Cirebon, Indramayu," sebut Dani.
Dani juga menyebutkan bahwa selama dua pekan terakhir, tercatat 57 peristiwa banjir di Jabar. Khusus di daerah yang rawan longsor, kata Dani, pihaknya telah menyiagakan alat berat di UPDT terdekat.
"Update per 12 November 2021, itu ada 57 titik banjir atau 57 kejadian bencana di Jawa Barat. Kami juga siapkan alat berat di UPDT untuk lebih mendekatkan jika terjadi bencana alam di lokasi tersebut," terangnya.
Baca Juga
Lebih lanjut Dani mengatakan, sesuai instruksi Gubernur Jabar, Ridwan Kamil yang telah menetapkan status siaga satu bencana, pihaknya juga telah menyiapkan sejumlah langkah antisipasi.
"Selain mendirikan posko-posko tanggal darurat, kami pun menyiagakan personel 24 jam penuh," kata Dani.
Sementara itu, Kepala Dinas Sumber Daya Air Provinsi Jabar, Dikky Achmad Sidik mengatakan, untuk menekan potensi banjir, Pemprov Jabar dan pemerintah pusat sudah melakukan sejumlah upaya pengendalian.
Selain mengidentifikasi titik-titik rawan banjir, pemerintah pusat pun sudah dan sedang membangun beberapa infrastruktur pengendali banjir.
"Untuk Citarum, kita bisa lihat sendiri, sudah banyak yang dilakukan, mulai dari Terowongan Nanjung, kemudian Floodway Cisangkuy, kemudian juga ada pembangunan kolam retensi yang sedang dikerjakan," papar Dikky.
Menurut Dikky, infrastruktur banjir tidak hanya dibangun di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum, namun juga wilayah sungai lainnya seperti wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane, seperti adanya pembangunan Bendungan Sukamahi dan Ciawi yang kini tengah dikebut pemerintah.
Selain itu, pemerintah pusat pun tengah membangun Bendungan Leuwikeris di Kabupaten Tasikmalaya dan Ciamis untuk peningkatan volume tampungan air, sehingga suplai air irigasi ke lahan pertanian terjaga dan pengendalian banjir.
"Dari semua kegiatan tersebut, yang paling utama adalah kita berkolaborasi untuk pengendalian banjir ini karena kalau kita lihat berdasarkan kegiatan yang dilakukan oleh BBWS maupun kita, tentunya kegiatan ini membutuhkan biaya yang sangat besar dan waktu yang cukup panjang," katanya.
(shf)