Akses Jalan Saguling Masih Terendam Lumpur, Pengendara Belum Bisa Melintas

Selasa, 09 November 2021 - 19:30 WIB
loading...
Akses Jalan Saguling Masih Terendam Lumpur, Pengendara Belum Bisa Melintas
Petugas BPBD sedang membersihkan sisa tanah akibat banjir lumpur yang terjadi pada Sabtu (6/11/2021) lalu di Desa Cikande dan Bojonghaleuang, Kecamatan Saguling, KBB. Foto: Istimewa
A A A
BANDUNG BARAT - Akses Jalan Saguling di Desa Cikande, Saguling, Kabupaten Bandung Barat hingga Selasa (9/11/2021), masih dipenuhi lumpur . Akibatnya, pengendara belum bisa melintas.

Petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung Barat (KBB) dibantu unsur lainnya dan masyarakat, terus melakukan pembersihan material sisa banjir lumpur di Kecamatan Saguling.



Banjir yang menerjang wilayah itu mengakibatkan 46 rumah warga ditambah satu sekolah, serta jalan sepanjang 500 meter yang menghubungkan antara Jalan Raya Saguling-Padalarang, tepatnya di Desa Cikande, Saguling masih terendam lumpur.

"Dari hari pertama sampai sekarang pembersihan material lumpur terus dilakukan. Terutama di sekolah dan akses jalan sepanjang 500 meter, di mana ketebalan lumpur mencapai 30 sentimeter," kata Kepala Pelaksana BPBD, KBB, Duddy Prabowo, Selasa (9/11/2021).



Prioritas pembersihan lumpur adalah di permukiman warga yang sekarang sudah tertangani. Kemudian dilanjutkan ke SMPN 3 Saguling supaya aktivitas sekolah bisa berjalan lagi.

“Baru selanjutnya, akses jalan terutama di Desa Cikande dan Bojong Haleuang yang terdampak paling parah,” ungkapnya.

Duddy menyebutkan, dari total 500 meter pembersihan badan jalan baru dilakukan sekitar 300 meter. Pihaknya pun mengerahkan satu unit alat berat dan mobil tangki air milik Kota Baru Parahyangan serta Damkar KBB. Diharapkan pembersihan bisa cepat selesai agar akses jalan bisa dilalui lagi.



"Karena belum bersih, pengendara yang melintas harus hati-hati karena kondisi jalan licin akibat masih banyak material lumpur," sebutnya.

Berdasarkan analisanya, banjir di kawasan Saguling terjadi karena saluran air kecil serta curah hujan tinggi. Kondisi itu memicu debit air tinggi yang tidak tertampung drainase, sehingga terjadi luapan air dan tanah ke permukiman, jalan raya, dan bangunan sekolah.

"Selain faktor itu, bencana alam juga bisa jadi karena sampah yang menyumbat saluran air dan alih fungsi lahan di dataran tinggi," pungkasnya.
(nic)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1220 seconds (0.1#10.140)