Badai Matahari Landa Jawa Barat pada 27 September, Penyebab Listrik Pantura Padam?
loading...
A
A
A
BANDUNG - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat adanya aktivitas badai matahari (badai geomagnet) skala rendah pada 27 September 2021 di wilayah Jawa Barat. Badai matahari tersebut menjadi pertanyaan banyak pihak terkait dugaan penyebab blackout listrik di wilayah Pantura Jabar.
Laporan BMKG mencatat, adanya badai geomagnet skala lemah dengan index 31,875. Angka tersebut tercatat menjadi yang tertinggi sepanjang bulan September 2021, bahkan dalam beberapa bulan terakhir. Selama ini, index badai magnetik Jawa Barat pada skala tenang atau di bawah 30.
"Berdasarkan hasil pengolahan nilai indeks K dan Indeks A pada data medan magnet bumi di Stasiun Magnet Bumi Pelabuhan Ratu, nilai indeks K tertinggi pada bulan September 2021 adalah skala 5 dan nilai Indeks A tertinggi adalah 31.9 pada 27 September 2021," jelas kepala BMKG Stasiun Bandung Teguh Rahayu.
Badai geomagnet atau badai matahari adalah gangguan di magnetosfer bumi yang disebabkan oleh interaksi antara angin matahari-aliran partikel berenergi yang mengalir keluar dari matahari melalui tata surya dengan medan magnet bumi. Badai ini bisa menyebabkan gangguan perangkat elektronik, listrik, radio, dan lainnya.
Kendati pada 27 September tercatat terjadi peningkatan index gangguan magnetik, namun BMKG tidak mengkonfirmasi penyebab listrik padam di pantura akibat peristiwa badai matahari yang telah diperkirakan banyak pihak bakal terjadi pada periode itu.
"Pada tanggal 27 September tidak ada aktivitas solar flare yang tercatat, sehingga kemungkinan aktivitas magnetik yang tercatat di Stasiun Pelabuhan Ratu pada waktu tersebut akibat noise pada data proton magnetometer," jelas dia.
BMKG sendiri menyebut, aktivitas badai matahari atau gangguan medan magnet bumi pada September 2021 terjadi pada tanggal 23 September 2021 dengan index 2,25.
Menurut dia, gangguan pada tanggal 23 September 2021 disebabkan oleh aktivitas solar flare yang merupakan suatu kejadian ledakan energi elektromagnetik yang terjadi secara tiba-tiba di atmosfer matahari disertai pelepasan energi yang kuat. Peristiwa itu dapat mempengaruhi ionosfer bumi dan dapat menyebabkan terputusnya komunikasi radio dan satelit. Baca: Avanza Tabrak Truk Tronton di Pidie Jaya, 3 Tewas 2 Bocah Terluka.
"Spaceweather melalui websitenya merilis bahwa pada tanggal 23 September terjadi aktivitas Matahari berupa solar flare. Solar Flare ini dilepaskan oleh Sunspot AR2871 dengan kekuatan sebesar M2.8-class flare," sebutnya.
"M class flare dapat menyebabkan terputusnya komunikasi radio di daerah kutub bumi. Adapun untuk daerah ekuator seperti Indonesia, solar flare ini tidak menimbulkan dampak apa pun," tambahnya.
Diketahui, PT PLN mencatat padamnya listrik di wilayah Pantura mulai dari Karawang, Indramayu, hingga Cirebon, pada Senin (27/9/2021) sore.
Tercatat ada sekitar 25 gardu yang mengalami padam mendadak. Puluhan gardu tersebut mulai padam pada pukul 17.53 WIB. Akibatnya, pasokan lisitirk ke wilayah Kawarang dan Cirebon sempat mati. Baca Juga: Wanita Berdaster Tewas Membusuk dengan 7 Luka Sabetan Senjata Tajam.
Lihat Juga: Dukung Pemerintahan Prabowo, Cagub Jabar Ahmad Syaikhu-Ilham Habibie Buat Program Telur Asih
Laporan BMKG mencatat, adanya badai geomagnet skala lemah dengan index 31,875. Angka tersebut tercatat menjadi yang tertinggi sepanjang bulan September 2021, bahkan dalam beberapa bulan terakhir. Selama ini, index badai magnetik Jawa Barat pada skala tenang atau di bawah 30.
"Berdasarkan hasil pengolahan nilai indeks K dan Indeks A pada data medan magnet bumi di Stasiun Magnet Bumi Pelabuhan Ratu, nilai indeks K tertinggi pada bulan September 2021 adalah skala 5 dan nilai Indeks A tertinggi adalah 31.9 pada 27 September 2021," jelas kepala BMKG Stasiun Bandung Teguh Rahayu.
Badai geomagnet atau badai matahari adalah gangguan di magnetosfer bumi yang disebabkan oleh interaksi antara angin matahari-aliran partikel berenergi yang mengalir keluar dari matahari melalui tata surya dengan medan magnet bumi. Badai ini bisa menyebabkan gangguan perangkat elektronik, listrik, radio, dan lainnya.
Kendati pada 27 September tercatat terjadi peningkatan index gangguan magnetik, namun BMKG tidak mengkonfirmasi penyebab listrik padam di pantura akibat peristiwa badai matahari yang telah diperkirakan banyak pihak bakal terjadi pada periode itu.
"Pada tanggal 27 September tidak ada aktivitas solar flare yang tercatat, sehingga kemungkinan aktivitas magnetik yang tercatat di Stasiun Pelabuhan Ratu pada waktu tersebut akibat noise pada data proton magnetometer," jelas dia.
BMKG sendiri menyebut, aktivitas badai matahari atau gangguan medan magnet bumi pada September 2021 terjadi pada tanggal 23 September 2021 dengan index 2,25.
Menurut dia, gangguan pada tanggal 23 September 2021 disebabkan oleh aktivitas solar flare yang merupakan suatu kejadian ledakan energi elektromagnetik yang terjadi secara tiba-tiba di atmosfer matahari disertai pelepasan energi yang kuat. Peristiwa itu dapat mempengaruhi ionosfer bumi dan dapat menyebabkan terputusnya komunikasi radio dan satelit. Baca: Avanza Tabrak Truk Tronton di Pidie Jaya, 3 Tewas 2 Bocah Terluka.
"Spaceweather melalui websitenya merilis bahwa pada tanggal 23 September terjadi aktivitas Matahari berupa solar flare. Solar Flare ini dilepaskan oleh Sunspot AR2871 dengan kekuatan sebesar M2.8-class flare," sebutnya.
"M class flare dapat menyebabkan terputusnya komunikasi radio di daerah kutub bumi. Adapun untuk daerah ekuator seperti Indonesia, solar flare ini tidak menimbulkan dampak apa pun," tambahnya.
Diketahui, PT PLN mencatat padamnya listrik di wilayah Pantura mulai dari Karawang, Indramayu, hingga Cirebon, pada Senin (27/9/2021) sore.
Tercatat ada sekitar 25 gardu yang mengalami padam mendadak. Puluhan gardu tersebut mulai padam pada pukul 17.53 WIB. Akibatnya, pasokan lisitirk ke wilayah Kawarang dan Cirebon sempat mati. Baca Juga: Wanita Berdaster Tewas Membusuk dengan 7 Luka Sabetan Senjata Tajam.
Lihat Juga: Dukung Pemerintahan Prabowo, Cagub Jabar Ahmad Syaikhu-Ilham Habibie Buat Program Telur Asih
(nag)