Jabar Luncurkan Rintisan Usaha Petani Milenial Bidang Perkebunan

Rabu, 01 September 2021 - 08:03 WIB
loading...
Jabar Luncurkan Rintisan Usaha Petani Milenial Bidang Perkebunan
Jabar meluncurkan program Rintisan Usaha Petani Milenial Bidang Perkebunan di Pelataran Cafe Kopi Mahkota, Kabupaten Garut, Selasa (31/8/2021). Foto SINDOnews
A A A
BANDUNG - Pemprov Jawa Barat (Jabar) meluncurkan program Rintisan Usaha Petani Milenial Bidang Perkebunan untuk meningkatkan dan mendukung produktivitas sektor pertanian .

Peluncuran program dipimpin langsung oleh Wakil Gubernur Jabar, Uu Ruzhanul Ulum memimpin langsung kegiatan yang digelar di Pelataran Cafe Kopi Mahkota, Kabupaten Garut, Selasa (31/8/2021).

Dalam kesempatan itu, Uu menekankan pentingnya regenerasi petani di Jabar untuk meningkatkan dan mendukung produktivitas sektor pertanian di Jabar. Dia pun meminta sumber daya manusia (SDM) bidang pertanian di Jabar terus berinovasi dan beradaptasi dengan tuntutan zaman.

"Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat sedang mengembangkan Petani Milenial untuk menjawab permasalahan di bidang pertanian, khususnya regenerasi petani," kata Uu.

Uu menuturkan, saat ini, minat generasi muda untuk mengembangkan sektor pertanian cenderung menurun. SDM sektor pertanian pun didominasi oleh penduduk yang berusia lebih dari 44 tahun.

Berdasarkan hasil survei pertanian antar sensus (sutas) 2018 yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah petani di Jabar mencapai 3.250.825 orang. Dari jumlah tersebut, petani berusia 25-44 tahun hanya 945.574 orang atau 29 persen.

"Pak Gubernur (Ridwan Kamil) sekarang menjawab dengan Petani Milenial, termasuk juga dengan program Santani (Santri Tani)," sebut Uu.

Uu berharap besar agar para peserta yang tergabung dalam program Petani Milenial mampu menguasai ilmu dan teori di bidang pertanian. Kemampuan tersebut, kata Uu, harus dimiliki untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil pertanian di Jabar.

"Karena pertanian kali ini berbeda dengan zaman dulu, kondisi alamnya beda. Kalau dulu gejebur (terjun) ke sawah, sekarang harus memiliki kemampuan, termasuk teknologi pertanian harus dikuasai," katanya.

Menurut Uu, peserta Petani Milenial pun harus mampu berkolaborasi dengan berbagai pihak, mulai dari pemerintah, perbankan, sampai offtaker. "Sekarang tidak ada kata Superman, perlu kekuatan yang lahir berdasarkan kolaborasi. Saya berharap pemuda ada yang berpihak dan mengerti soal pertanian," ucapnya.

Selain itu, Uu juga mendorong kepala daerah di Jabar untuk ikut serta meregenerasi SDM sektor pertanian. Sebab, jika kegiatan produksi pertanian hanya dilakukan oleh generasi tua, maka perlahan tapi pasti, jumlah petani akan semakin berkurang dari masa ke masa.

Kepala Dinas Perkebunan (Disbun) Jabar, Hendy Jatnika melaporkan, peserta program Petani Milenial di bidang perkebunan fokus pada sejumlah komoditas, seperti kopi, gula aren, vanili, pembenihan tanaman perkebunan, dan limbah kelapa.

Dalam proses seleksi, program Petani Milenial Bidang Perkebunan telah meloloskan 25 orang petani milenial dimana 15 orang petani milenial memilih jenis rintisan usaha pengolahan kopi, 4 orang merintis pengolahan gula aren, 2 orang komoditas vanili, 2 orang pembenihan tanaman perkebunan, serta 2 orang petani milenial lainnya memilih rintisan usaha pengolahan limbah kelapa.

Menurut Hendy, perekrutan petani milenial bidang perkebunan ini melalui proses yang panjang dan mereka seluruhnya sudah melaksanakan bimbingan teknis (bimtek).

"Sesuai arahan Pak Gubernur untuk memperbanyak sumber permodalan dan offtaker, alhamdulillah KUR (kredit usaha rakyat) yang disalurkan kepada petani milenial juga tidak hanya mengandalkan Bank Jabar Banten (bank bjb). Kami juga bekerja sama dengan BNI dan sudah terealisasi untuk lima orang petani milenial. Mudah-mudahan secara bertahap akan bertambah lagi," terangnya.

Hendy juga mengungkapkan bahwa sejumlah komoditas yang dipilih para petani milenial punya pangsa pasar yang baik, seperti limbah kelapa yang menurutnya punya potensi yang cerah di pasar ekspor. Hendy menyebut, permintaan limbah kelapa, yakni arang dan sabutnya cukup besar di pasar ekspor.

"Menurut para pelaku offtaker kami di sana, ini peluang pasarnya belum bisa dipenuhi, baru 10 persen, tentu 90 persen belum bisa dipenuhi. Mudah- mudahan pertemuan kali ini menjadi inspirasi bagi semua pihak dalam upaya menumbuhkan petani-petani milenial di Jawa Barat untuk mengisi kekosongan," katanya.

Asisten II Bagian Perekonomian dan Pembangunan Setda Kabupaten Garut, Toni Tisna Somantri menilai, Petani Milenial merupakan program yang tepat. Apalagi, Kabupaten Garut punya potensi pertanian yang luar biasa jika dikelola dengan baik. "Tidak hanya kopi, ada juga jeruk garut, dan produk pertanian lainnya yang luar biasa potensinya," katanya.

Pemimpin Bank BNI Kantor Wilayah (Kanwil) Bandung, Edy Awaludin menambahkan, Bank BNI sebagai salah satu agent of development perlu ikut peduli dalam upaya meningkatkan sektor pertanian. "BNI sebagai salah satu bank negara, meningkatkan bisnis tidak hanya di sektor perdagangan, tapi juga pertanian," katanya.

(don)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1325 seconds (0.1#10.140)