Ekonomi RI Meroket hingga Keluar dari Resesi, Ridwan Kamil Bilang Begini
loading...
A
A
A
BANDUNG - Pertumbuhan ekonomi nasional hingga akhirnya membawa Indonesia keluar dari resesi tentunya menjadi kabar menggembirakan di tengah pandemi COVID-19 .
Baca juga: 4 Anak Yatim Piatu karena COVID-19 Dapat Bantuan Polres Semarang, Ini Kisahnya
Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil mengatakan, Provinsi Jabar merupakan salah satu provinsi yang memberikan andil signifikan bagi pertumbuhan ekonomi nasional.
Baca juga: Ridwan Kamil Sulap Mal Jadi Sentra Vaksinasi Kejar Herd Immunity
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi Jabar pada triwulan II/2021 secara year on year (yoy) tumbuh 6,13%. Diketahui, pertumbuhan ekonomi ditopang oleh pertumbuhan investasi dan ekspor. Kontribusi Jabar terlihat dari andil nilai ekspor secara nasional di mana Jabar menjadi provinsi pengekspor komoditas terbesar nasional.
Berdasarkan data BPS, tiga provinsi yang memberikan sumbangan terbesar terhadap ekspor nasional pada Januari-Juni 2021 adalah Jabar senilai 16.076,8 juta dolar AS (15,63%), Jawa Timur 11.198,6 juta dolar AS (10,89%), dan Riau 9.116,2 juta dolar AS (8,86%). Ketiganya memberikan kontribusi hingga mencapai 35,38% dari seluruh ekspor nasional.
Neraca perdagangan Jabar juga selalu surplus. Pada Juni 2021, neraca dagang Jabar surplus sebesar 1,84 miliar dolar AS. Nilai ekspor Jabar Juni 2021 mencapai 2,81 miliar dolar AS atau meningkat 24,57% dibanding Mei 2021. Demikian pula jika dibandingkan Juni 2020 naik 43,26%.
Menurut Gubernur yang akrab disapa Kang Emil itu, ekspor Jabar semakin membaik karena mitra dagang masih memberikan kepercayaan. Demikian pula dengan naiknya investasi di Jabar meski masih dalam situasi pandemi COVID-19.
"Lobi dagang terus dilakukan, membuka pasar luar negeri yang saat ini mulai membaik membuat ekspor non migas Jabar yang didominasi produk industri tumbuh tinggi," ujar Kang Emil dalam keterangannya, Rabu (10/8/2021).
Menurutnya, selama Januari-Juni 2021, nilai ekspor non-migas Jabar mengalami pertumbuhan 29,64% dibanding priode yang sama tahun 2020.
BPS juga mencatat lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan signifikan adalah pertanian, kehutanan, dan perikanan sebesar 12,93% serta administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib sebesar 10,04%.
"Sektor pertanian masih menjadi penopang pertumbuhan ekonomi sehingga program Petani Milenial akan menjadi solusi bagi pemulihan ekonomi yang berkelanjutan di Jabar," katanya.
Seperti diketahui, pertumbuhan ekonomi Indonesia meroket hingga 7,07% pada kuartal II/2021 dan resmi mengeluarkan Indonesia dari status resesi ekonomi. Pertumbuhan per kuartal rata- rata 3,31%.
Pertumbuhan ekonomi kuartal II-2021 menunjukkan tren perbaikan dari sisi perbaikan ekonomi global, harga komoditas, hingga perbaikan ekonomi mitra dagang Indonesia.
Sementara itu, dalam negeri juga ditunjukkan dengan perbaikan kinerja ekspor dan impor, kegiatan aktivitas masyarakat hingga peningkatan konsumsi serta investasi.
Pertumbuhan (yoy) triwulan II-2021 terjadi di semua kelompok pulau, terutama terlihat pada kelompok provinsi di Pulau Jawa dengan kontribusi sebesar 57,92%, dan pertumbuhan (yoy) sebesar 7,88%.
Baca juga: 4 Anak Yatim Piatu karena COVID-19 Dapat Bantuan Polres Semarang, Ini Kisahnya
Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil mengatakan, Provinsi Jabar merupakan salah satu provinsi yang memberikan andil signifikan bagi pertumbuhan ekonomi nasional.
Baca juga: Ridwan Kamil Sulap Mal Jadi Sentra Vaksinasi Kejar Herd Immunity
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi Jabar pada triwulan II/2021 secara year on year (yoy) tumbuh 6,13%. Diketahui, pertumbuhan ekonomi ditopang oleh pertumbuhan investasi dan ekspor. Kontribusi Jabar terlihat dari andil nilai ekspor secara nasional di mana Jabar menjadi provinsi pengekspor komoditas terbesar nasional.
Berdasarkan data BPS, tiga provinsi yang memberikan sumbangan terbesar terhadap ekspor nasional pada Januari-Juni 2021 adalah Jabar senilai 16.076,8 juta dolar AS (15,63%), Jawa Timur 11.198,6 juta dolar AS (10,89%), dan Riau 9.116,2 juta dolar AS (8,86%). Ketiganya memberikan kontribusi hingga mencapai 35,38% dari seluruh ekspor nasional.
Neraca perdagangan Jabar juga selalu surplus. Pada Juni 2021, neraca dagang Jabar surplus sebesar 1,84 miliar dolar AS. Nilai ekspor Jabar Juni 2021 mencapai 2,81 miliar dolar AS atau meningkat 24,57% dibanding Mei 2021. Demikian pula jika dibandingkan Juni 2020 naik 43,26%.
Menurut Gubernur yang akrab disapa Kang Emil itu, ekspor Jabar semakin membaik karena mitra dagang masih memberikan kepercayaan. Demikian pula dengan naiknya investasi di Jabar meski masih dalam situasi pandemi COVID-19.
"Lobi dagang terus dilakukan, membuka pasar luar negeri yang saat ini mulai membaik membuat ekspor non migas Jabar yang didominasi produk industri tumbuh tinggi," ujar Kang Emil dalam keterangannya, Rabu (10/8/2021).
Menurutnya, selama Januari-Juni 2021, nilai ekspor non-migas Jabar mengalami pertumbuhan 29,64% dibanding priode yang sama tahun 2020.
BPS juga mencatat lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan signifikan adalah pertanian, kehutanan, dan perikanan sebesar 12,93% serta administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib sebesar 10,04%.
"Sektor pertanian masih menjadi penopang pertumbuhan ekonomi sehingga program Petani Milenial akan menjadi solusi bagi pemulihan ekonomi yang berkelanjutan di Jabar," katanya.
Seperti diketahui, pertumbuhan ekonomi Indonesia meroket hingga 7,07% pada kuartal II/2021 dan resmi mengeluarkan Indonesia dari status resesi ekonomi. Pertumbuhan per kuartal rata- rata 3,31%.
Pertumbuhan ekonomi kuartal II-2021 menunjukkan tren perbaikan dari sisi perbaikan ekonomi global, harga komoditas, hingga perbaikan ekonomi mitra dagang Indonesia.
Sementara itu, dalam negeri juga ditunjukkan dengan perbaikan kinerja ekspor dan impor, kegiatan aktivitas masyarakat hingga peningkatan konsumsi serta investasi.
Pertumbuhan (yoy) triwulan II-2021 terjadi di semua kelompok pulau, terutama terlihat pada kelompok provinsi di Pulau Jawa dengan kontribusi sebesar 57,92%, dan pertumbuhan (yoy) sebesar 7,88%.
(shf)