Kisah Heroik Bocah Kediri, Bertaruh Nyawa Jadi Kurir Proklamasi Kemerdekaan 1945
loading...
A
A
A
Setelah beristirahat semalam, kedua pemuda itu langsung melanjutkan perjalanan ke Aceh. Di Balai Penerangan Langsa, Gatot dan Suroso bertemu banyak tokoh penting. Seorang tokoh PNI yang hijrah ke Partai Murba, sejumlah pejuang eks Digul, serta tokoh Masyumi. Kabar yang dibawa keduanya semakin memompa semangat para pejuang untuk mempertahankan kemerdekaan .
Di studio mini penyiaran berita balai penerangan, Gatot mengabarkan Proklamasi Kemerdekaan. Suaranya terdengar hingga ke sudut-sudut kota. Di Langsa dan Kuala Simpang, Gatot dan Suroso juga banyak menjumpai tokoh-tokoh pejuang yang sengaja memiara cambang brewoknya. Mereka berikrar tidak akan mencukur bulu sebelum Jepang benar-benar hengkang dari Kuala Simpang.
"Ikrar itu kemudian diperpanjang sampai pada Indonesia Merdeka penuh, bulat dan berdaulat," kata Gatot seperti dikisahkan dalam "Kurir-kurir Kemerdekaan, Kisah Nyata Para Pemuda Pembawa Berita Proklamasi 1945". Di Kutaraja Aceh, Gatot dan Suroso sempat bertemu Tengku Mohammad Daud Beureueh. Tokoh ulama yang terkemuka. Bersama beberapa tokoh pejuang asal Aceh, dua pemuda asal Kediri dan Madiun tersebut, sempat diajak menyeberang ke Pulau Pinang dan Malaya (Malaysia).
Di negeri Jiran keduanya bertemu sejumlah tokoh pejuang Malaya yang mendukung kemerdekaan Indonesia . Gatot dan Suroso juga bertemu enam orang bekas romusha di Birma. Semuanya orang Jawa yang berharap bisa kembali ke kampung halaman masing-masing. Bersama enam orang bekas romusha asal Jawa, dan tiga orang Aceh yang hendak bersekolah di Yogyakarta, Gatot dan Suroso kembali ke Jawa.
Dengan menumpang kapal laut yang setiap saat menghindari patroli Belanda, perjalanan berlangsung berhari-hari. Dari stasiun Gambir Jakarta, perjalanan berlanjut ke arah timur. Perjalanan pulang. Tugas sebagai kurir kemerdekaan , sudah selesai. Suroso turun di Madiun. Gatot yang menolak singgah karena sudah rindu kampung halaman, langsung terus ke Kediri. Bocah pejuang yang sempat dikira tidak akan pernah kembali itu, pulang.
Di studio mini penyiaran berita balai penerangan, Gatot mengabarkan Proklamasi Kemerdekaan. Suaranya terdengar hingga ke sudut-sudut kota. Di Langsa dan Kuala Simpang, Gatot dan Suroso juga banyak menjumpai tokoh-tokoh pejuang yang sengaja memiara cambang brewoknya. Mereka berikrar tidak akan mencukur bulu sebelum Jepang benar-benar hengkang dari Kuala Simpang.
"Ikrar itu kemudian diperpanjang sampai pada Indonesia Merdeka penuh, bulat dan berdaulat," kata Gatot seperti dikisahkan dalam "Kurir-kurir Kemerdekaan, Kisah Nyata Para Pemuda Pembawa Berita Proklamasi 1945". Di Kutaraja Aceh, Gatot dan Suroso sempat bertemu Tengku Mohammad Daud Beureueh. Tokoh ulama yang terkemuka. Bersama beberapa tokoh pejuang asal Aceh, dua pemuda asal Kediri dan Madiun tersebut, sempat diajak menyeberang ke Pulau Pinang dan Malaya (Malaysia).
Di negeri Jiran keduanya bertemu sejumlah tokoh pejuang Malaya yang mendukung kemerdekaan Indonesia . Gatot dan Suroso juga bertemu enam orang bekas romusha di Birma. Semuanya orang Jawa yang berharap bisa kembali ke kampung halaman masing-masing. Bersama enam orang bekas romusha asal Jawa, dan tiga orang Aceh yang hendak bersekolah di Yogyakarta, Gatot dan Suroso kembali ke Jawa.
Dengan menumpang kapal laut yang setiap saat menghindari patroli Belanda, perjalanan berlangsung berhari-hari. Dari stasiun Gambir Jakarta, perjalanan berlanjut ke arah timur. Perjalanan pulang. Tugas sebagai kurir kemerdekaan , sudah selesai. Suroso turun di Madiun. Gatot yang menolak singgah karena sudah rindu kampung halaman, langsung terus ke Kediri. Bocah pejuang yang sempat dikira tidak akan pernah kembali itu, pulang.
(eyt)