TPNPB OPM Pamer Senjata Rampasan, Ini Penjelasan Polda Papua
loading...
A
A
A
TIMIKA - Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) yang merupakan sayap militer Organisasi Papua Merdeka ( OPM ) kembali memamerkan kekuatan senjata api y ang dimilikinya lewat media sosial, Kamis (27/5/2020). Mereka mengaku senjata-senjata tersebut merupakan hasil operasi rampasan dari aparat keamanan di wilayah Kenyam Kabupaten Nduga, maupun beberapa wilayah lainnya.
Panglima TPNPB Kodap III Ndugama Egianus Kogoya mengatakan, berbagai perlengkapan militer tersebut didapat ketika merampas sebuah camp yang diduduki oleh aparat keamanan Indonesia. Egianus menambahkan, bahwa telah diambil peluru dari puluhan magazen, tas ransel, baju perlengkapan, dan uang tunai. (Baca:Buntut Surat ke Presiden, Ruslan Buton Dijemput Paksa Polisi)
Dia menyebut kejadian tersebut berlangsung pada 23 Mei 2020, namun tidak berlangsung lama karena TPNPB mendapati aparat Indonesia kembali melakukan penerjunan pasukan menggunakan 4 buah helikopter.
Egianus menegaskan, bahwa demi keselamatannya dan anak buah maka kelompok Kodap III Ndugama terpaksa menarik diri dan kembali memasuki hutan untuk bersembunyi dari kejaran aparat.
Langkah kabar mundurnya gerombolan Egianus Kogoya juga dibenarkan oleh salah seorang warga yang diketahui saat itu sedang berada di hutan.
AT (masyarakat) mengtakan bahwa tepat pada 22 Mei lalu seluruh warga telah diancam untuk meninggalkan rumah dan segera kabur masuk ke hutan. AT menjelaskan, bahwa saat itu kelompok Egianus memaksa dengan alasan akan terjadi perang antara Kodap III dengan pasukan aparat keamanan Indonesia.
AT merasa kesal lantaran merasa direpotkan dengan kehadiran kelompok TPNPB yang seolah kembali mengancam ketenteraman masyarakat di Nduga secara umum. Ia menuturkan bahwa kelompok masyarakat sipil tidak seharusnya dilibatkan dalam agenda perang, bahkan sudah setahun belakangan daerah di Kenyam ini sudah cukup aman.
AT juga mengatakan bahwa mayoritas masyarakat di Kota Kenyam menyatakan ketidak sukaannya terhadap kelompok TPNPB yang terus menerus merugikan dan menghambat. "Oleh karena itu segala bentuk ‘atas nama’ yang dilakukan oleh TPNPB tidak mutlak karena hanya ancaman,"timpalnya.
Sementara Jubir Komnas-TPNPB Sebby Sambom mengatakan, bahwa TPNPB telah melakukan penyerangan terhadap pos TNI-Polri yang ada di Kabupaten Nduga dari tanggal 18 hingga 25 Mei tahun 2020 lalu. Selain itu KKB menyebutkan telah merampas amunisi serta alat komunikasi lainnya milik TNI/Polri. Selain itu mereka telah menduduki 4 Pos darurat TNI/Polri.
Pasukan TPNPB berhasil menduduki Pos Darurat yang telah ditinggalkan TNI-Polri kemudian merampas perlengkapan militer yang tertinggal, diantaranya, 60 magasen peluru aktif dengan amunisi sebanyak 1.800 butir, peluru rantai 3 unit yang per butir belum hitung, 16 peluru roket basoka, 30 buah tas ransel, 12 buah HP kamera merek Samsung, 6 buah HT, 2 HP Satelit Inmarsat dan Thuraya, 15 buah Rompi Anti Peluru, Sepatu, Baju-Celana, terpal dan peralatan lainnya yang belum dirinci.
Panglima TPNPB Kodap III Ndugama Egianus Kogoya mengatakan, berbagai perlengkapan militer tersebut didapat ketika merampas sebuah camp yang diduduki oleh aparat keamanan Indonesia. Egianus menambahkan, bahwa telah diambil peluru dari puluhan magazen, tas ransel, baju perlengkapan, dan uang tunai. (Baca:Buntut Surat ke Presiden, Ruslan Buton Dijemput Paksa Polisi)
Dia menyebut kejadian tersebut berlangsung pada 23 Mei 2020, namun tidak berlangsung lama karena TPNPB mendapati aparat Indonesia kembali melakukan penerjunan pasukan menggunakan 4 buah helikopter.
Egianus menegaskan, bahwa demi keselamatannya dan anak buah maka kelompok Kodap III Ndugama terpaksa menarik diri dan kembali memasuki hutan untuk bersembunyi dari kejaran aparat.
Langkah kabar mundurnya gerombolan Egianus Kogoya juga dibenarkan oleh salah seorang warga yang diketahui saat itu sedang berada di hutan.
AT (masyarakat) mengtakan bahwa tepat pada 22 Mei lalu seluruh warga telah diancam untuk meninggalkan rumah dan segera kabur masuk ke hutan. AT menjelaskan, bahwa saat itu kelompok Egianus memaksa dengan alasan akan terjadi perang antara Kodap III dengan pasukan aparat keamanan Indonesia.
AT merasa kesal lantaran merasa direpotkan dengan kehadiran kelompok TPNPB yang seolah kembali mengancam ketenteraman masyarakat di Nduga secara umum. Ia menuturkan bahwa kelompok masyarakat sipil tidak seharusnya dilibatkan dalam agenda perang, bahkan sudah setahun belakangan daerah di Kenyam ini sudah cukup aman.
AT juga mengatakan bahwa mayoritas masyarakat di Kota Kenyam menyatakan ketidak sukaannya terhadap kelompok TPNPB yang terus menerus merugikan dan menghambat. "Oleh karena itu segala bentuk ‘atas nama’ yang dilakukan oleh TPNPB tidak mutlak karena hanya ancaman,"timpalnya.
Sementara Jubir Komnas-TPNPB Sebby Sambom mengatakan, bahwa TPNPB telah melakukan penyerangan terhadap pos TNI-Polri yang ada di Kabupaten Nduga dari tanggal 18 hingga 25 Mei tahun 2020 lalu. Selain itu KKB menyebutkan telah merampas amunisi serta alat komunikasi lainnya milik TNI/Polri. Selain itu mereka telah menduduki 4 Pos darurat TNI/Polri.
Pasukan TPNPB berhasil menduduki Pos Darurat yang telah ditinggalkan TNI-Polri kemudian merampas perlengkapan militer yang tertinggal, diantaranya, 60 magasen peluru aktif dengan amunisi sebanyak 1.800 butir, peluru rantai 3 unit yang per butir belum hitung, 16 peluru roket basoka, 30 buah tas ransel, 12 buah HP kamera merek Samsung, 6 buah HT, 2 HP Satelit Inmarsat dan Thuraya, 15 buah Rompi Anti Peluru, Sepatu, Baju-Celana, terpal dan peralatan lainnya yang belum dirinci.