Lewat Webinar, Siloam Hospitals Palangkaraya Berbagi Ilmu Cara Penanganan Anak Terpapar COVID-19

Sabtu, 31 Juli 2021 - 09:17 WIB
loading...
Lewat Webinar, Siloam...
Dokter Agustina, DPPS, Sp.A., dari Siloam Hospitals Palangka Raya memberikan edukasi kepada orang tua soal bagaimana menghadapi situasi jika buah hati mereka terpapar corona. Foto istimewa
A A A
PALANGKARAYA - Beberapa minggu terakhir ini, pasien COVID-19 anak terus mengalami peningkatan. Karena itu, sangat penting bagi orang tua untuk mengetahui gejalanya jika anak terpapar COVID-19 agar dapat segera mencari bantuan medis.

Melalui webinar, dokter Agustina, DPPS, Sp.A., dari Siloam Hospitals Palangka Raya memberikan edukasi kepada orang tua soal bagaimana menghadapi situasi jika buah hati mereka terpapar corona.

Dokter Agustina mengatakan, para orangtua tidak perlu khawatir atau panik jika menghadapi situasi demikian. Karena itu, mengenali gejalanya pada anak dan cara penanganan secara tepat akan lebih baik.

Dokter menyebutkan beberapa gejala COVID-19 pada anak-anak, diantaranya yaitu demam, sakit kepala, gejala saluran nafas seperti batuk, kehilangan rasa atau bau, sesak nafas, sakit tenggorokan, hidung tersumbat disertai pilek, nyeri otot. Bisa juga berupa gejala saluran cerna seperti mual atau muntah, diare, sakit perut, nafsu makan buruk, terutama pada bayi di bawah 1 tahun.

"Adanya gejala seperti banyak tidur dan nafas cepat, terdapat cekungan di dinding dada, saturasi oksigen kurang dari 95 persen. Selain itu, juga disertai demam lebih dari 7 hari. Kejang, sulit makan dan minum. Dan bila ada penurunan kesadaran, maka segera bawa anak ke Rumah Sakit," tutur dokter Agustina, Kamis (29/07/2021) melalui Zoom Webinar bertajuk 'Apakah Anak Saya Terinfeksi COVID-19? Ketahui Gejala dan Penanganannya' di Palangkaraya.

Namun, menurut dokter, rasa khawatir para orangtua merupakan hal normal. Apalagi, pada anak usia balita, mereka masih belum bisa mengkomunikasikan apa saja yang mereka rasakan. "Karenanya, segera mengenali gejala yang timbul sejak awal seperti yang saya sampaikan tadi, merupakan hal tepat sebelum memberikan pertolongan lanjutan" imbuhnya.

Menurutnya, resiko tinggi anak terpapar COVID-19 terutama tertular dari orangtuanya yang pulang bekerja, tertular dari klaster keluarga, terbatasnya akses deteksi dini, dan anak bermain tanpa protol kesehatan. "Untuk itu bagi orangtua sebaiknya hindarilah membawa anak keluar rumah, kecuali darurat," tutur dokter Agustina.

Orang tua, lanjutnya, dapat menerapkan isolasi mandiri pada anak, dengan syarat yang perlu diperhatikan seperti, tidak bergejala/asimtomatik, gejala ringan (batuk, pilek, demam, diare, muntah, ruam-ruam), anak masih aktif, bisa makan dan minum, menerapkan etika batuk, memantau gejala/keluhan, pemeriksaan suhu tubuh 2 kali sehari saat pagi dan malam, dan lingkungan rumah/kamar memiliki ventilasi yang baik.

"Namun perlu diperhatikan dalam penerapan isoman bahwa orang tua dapat tetap mengasuh anak yang positif, disarankan yang beresiko rendah, jika ada orang tua atau anggota keluarga yang positif, maka dapat diisolasi bersama disarankan berikan jarak tidur 2 meter dengan kasur terpisah. Tetap berikan dukungan psikologis pada anak," beber Agustina.

Lalu, selama kegiatan isolasi mandiri, protokol kesehatan tetap dilakukan, yaitu menggunakan masker, jaga jarak, cuci tangan, menerapkan etika batuk, periksa suhu tubuh pada pagi dan malam hari, periksa saturasi oksigen dan frekuensi nadi, pantau laju napas, tetap berikan ASI pada bayi, dan berikan makanan bergizi pada anak.

"Siapkan juga beberapa alat dirumah seperti termometer dan oxymeter, obat demam seperti paracetamol, suplemen yang dianjurkan berupa vitamin C, vitamin D3 dan Zinc," katanya.

Dijelaskannya, setelah selesai isolasi, umumnya gejala akan hilang dalam 14 hari. Namun dianjurkan melakukan pemeriksaan swab ulang 10-14 hari setelah swab pertama positif. Bila tidak bisa melakukan pemeriksaan swab, maka disarankan isolasi selama 10 hari + 3 hari setelah bebas gejala.

"Pada penderita dengan gejala berat atau pasien kronik, umumnya masa menular lebih panjang, sehingga dokter yang akan menentukan kapan selesai isolasi," ujarnya.

Lebih lanjut Agustina menjelaskan bahwa vaksinasi masih menjadi salah satu upaya pencegahan yang dapat dilakukan oleh para orangtua untuk menghindari paparan COVID-19 pada anak. Rekomendasi terbaru untuk vaksin COVID-19 saat ini bisa diberikan pada anak mulai usia 12-18 tahun.

"Jadi bagi orang tua agar anak aman dari COVID-19, maka perlu mengenali gejala pada anak, segera bawa ke faskes untuk mendapatkan diagnosa dan perawatan yang tepat, jangan membawa bayi dan anak keluar rumah, serta berikan asupan gizi yang seimbang untuk mendukung daya tahan tubuh si kecil," tutupnya.
(don)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3007 seconds (0.1#10.140)