Tren BOR Jabar Terus Menurun, Tenda Darurat RS COVID-19 Bakal Dibongkar

Jum'at, 23 Juli 2021 - 12:39 WIB
loading...
Tren BOR Jabar Terus Menurun, Tenda Darurat RS COVID-19 Bakal Dibongkar
Seiring tren BOR yang terus menurun, tenda-tenda darurat di RS rujukan COVID-19 bakal dibongkar. Foto/Humas Jabar
A A A
BANDUNG - Tren tingkat keterisian tempat tidur atau bed occupancy ratio (BOR) rumah sakit (RS) rujukan COVID-19 di Provinsi Jabar terus menunjukkan penurunan.

Baca juga: Lantik Dani Ramdan Jadi Pj Bupati Bekasi, Ridwan Kamil Titip 3 Pesan Penting

Gubernur Jabar, Ridwan Kamil mengungkapkan, berdasarkan data Kamis (22/7/2021), BOR RS rujukan COVID-19 kembali turun ke angka 75% atau turun cukup signifikan dibandingkan puncaknya pada 4 Juli 2021 yang mencapai 90,69%.

Baca juga: Mantap! Putra Suku Anak Dalam Jambi Ini Lolos Jadi Polisi

"Berita baik hari ini BOR kami turun terus dari puncaknya di tanggal 4 Juli itu RS kita mencapai 90,69 persen. Hari ini sudah turun menjadi 75,16 persen. Sehingga berita cerita tenda-tenda darurat BNPB seperti di Kota Bekasi itu perlahan sudah mulai akan dibongkar," ujar Ridwan Kamil saat melaporkan penanganan COVID-19 kepada Wakil Presiden Ma'ruf Amin secara virtual, Kamis (22/7/2021).

Meski begitu, lanjutnya, pihaknya tetap melakukan berbagai upaya untuk menekan BOR, seperti memperbanyak ruang isolasi terpusat, termasuk di desa/kelurahan. Kemudian, menaikkan kapasitas tempat tidur hingga menyiapkan hotel-hotel dan apartemen untuk pusat pemulihan pascarawat.

"Jadi di hulunya kita tahan di pusat isolasi desa, di akhirnya kita pindahkan ke pusat pemulihan," kata Gubernur yang akrab disapa Kang Emil itu.

Terkait kasus harian, Kang Emil mengakui bahwa kasus positif COVID-19 harian di Jabar masih tinggi, meskipun angkanya juga terus menurun. Secara total, angka kasus aktif COVID-19 di Jabar mencapai 123.000 dan mayoritas melakukan isolasi mandiri di rumah.

"Secara umum kasus aktif kita 123.000, mayoritas pasien COVID-19 di Jabar ada di rumah-rumah isoman, yang sembuh 405.000, meninggal kurang lebih total 7.611," paparnya.

Menurut Kang Emil, naiknya kasus aktif di Jabar bermula saat libur Idul Fitri serta adanya varian COVID-19 delta yang semakin membuat jumlah kasus naik. Sebelum Idul Fitri, kata Kang Emil, BOR Jabar berada di bawah 30%, termasuk kasus aktif COVID-19 pun masih berada di bawah rata-rata nasional.

"Varian delta COVID-19 tidak bisa dibatasi dengan batasan administrasi, sehingga isu naiknya tidak hanya di Jawa Barat tapi di Jawa dan Bali," jelasnya.

Terkait dengan tingkat kepatuhan masyarakat dalam pelaksanaan PPKM Darurat, Kang Emil menyebut ada sedikit peningkatan, khususnya disipin memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan pakai sabun.

"Kita punya aplikasi untuk mengukur kedisiplinan, 670.000 titik melaporkan melalui handphone antara periode selama PPKM ada 4 juta manusia yang terpantau. Hari-hari ini ketaatan menggunakan masker ada di 86 persen menjaga jarak di 85 persen," terangnya.

Kemudian, persentase masyarakat yang diam di rumah selama PPKM Darurat pun meningkat. Meskipun berdasarkan indeks mobilitas, masih ada beberapa daerah pergerakannya tinggi pada malam hari, khususnya di kawasan industri.

"Kalau kita gunakan teknologi lain, persentase masyarakat yang di rumah meningkat dari rata-rata, naik 30 persen yang tidak ke mana-mana," sebutnya.

Di sisi lain, Kang Emil menyatakan, Pemprov Jabar akan terus mengakselerasi program vaksinasi. Pasalnya, hingga saat ini, persentase vaksinasi di Jabar terbilang masih rendah.

Menurutnya, kondisi tersebut terjadi akibat kurangnya pasokan vaksin. Sebenarnya, imbuh Kang Emil, sudah ada stok 10 juta dosis dari pemerintah pusat di mana 72% diantaranya sudah disuntikkan kepada masyarakat.

Kurangnya pasokan vaksin tersebut ditengatai karena banyak daerah yang 'menabung' vaksin untuk suntikan dosis kedua. Oleh karena itu, Kang Emil meminta pemerintah kabupaten/kota agar tidak menunda vaksinasi dosis kedua.

"Vaksinasi hari ini barangnya memang habis, dari 10 juta dosis 72 persen sudah direalisasi. Kemudian, atas kebijakan Pak Menkes, 28 persen jangan ditabung untuk dosis dua," katanya.
(shf)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3222 seconds (0.1#10.140)
pixels