Gelar Edukasi Online, Dokter Siloam Hospitals: Penting Kenali Nyeri di Kepala

Sabtu, 17 Juli 2021 - 20:40 WIB
loading...
Gelar Edukasi Online,...
Foto ilustrasi SINDOnews
A A A
DEPOK - Melalui edukasi online, dr. Riezky Valentina Astari, Sp.S., dari Siloam Hospitals Jantung Diagram menyampaikan pentingnya mengenal jenis-jenis nyeri di kepala dan bagaimana cara menanganinya.

Berdasarkan klasifikasi, jelas dokter Riezky, nyeri kepala terbagi menjadi tiga bagian. Pertama, nyeri kepala primer yang biasanya seperti migrain, nyeri kepala tipe tegang, dan nyeri kepala tipe kluster.

Kedua, nyeri kepala sekunder adalah nyeri kepala karena cedera kepala, infeksi, stroke, gangguan mata, telinga, hidung, sinus, gigi, mulut, konsumsi obat, gangguan psikiatri dan lainnya."Kemudian ada pula nyeri kepala lainnya (ketiga), yaitu yang tidak termasuk dari 2 kategori di atas," tutur dr. Riezky pada webinar yang digelar Jumat (16/07).

Selanjutnya, dokter Riezky menjelaskan bahwa nyeri kepala migrain ditandai rasa nyeri pada satu sisi kepala dengan rasa nyeri sedang sampai dengan nyeri berat. "Sehingga nyeri kepala migrain cenderung ingin beristirahat atau menutup mata dengan durasi yang berlangsung antara 4 jam sampai 72 jam, akan merasakan gejala mual, muntah, fotofobia, dan fonofobia," urainya.

Sementara untuk nyeri kepala tipe tegang, lanjutnya, ditandai rasa nyeri pada kedua sisi kepala dengan perasaan seperti ditindih beban berat. "Tingkat nyerinya sedang, namun tidak mengganggu aktifitas dengan durasi yang bervariasi," kata dokter ahli saraf ini.

Adapun untuk nyeri kepala kuster, akan ditandai rasa nyeri pada satu sisi kepala yang umumnya di sekitar mata. Nyeri yang dirasakan terus-menerus, semakin berat hingga membuat pasien gelisah, durasi nyeri yang dirasakan sekitar 30 menit sampai 3 jam. "Gejala yang dialami adalah mata merah, hidung berair, berkeringat, kelopak mata bengkak," tuturnya.

Nah, bagaimana penanganan nyeri di kepala? Menurut dr. Riezky, terapi nyeri kepala dapat dibedakan menjadi terapi abortif, terapi preventif, dan terapi non obat. Terapi abortif, jelas dokter, bertujuan untuk mengobati episode nyeri kepala yang sedang dialami dengan menggunakan obat-obatan jenis analgesik atau antimuntah.

Selanjutnya, terapi preventif dapat dilakukan untuk mengurangi frekuensi dan lama serangan. "Terapi preventif diharapkan dapat meningkatkan respon pasien terhadap pengobatan sehingga pada akhirnya dapat mengurangi biaya pengobatan pasien," ujarnya.

Terapi non obat yang dapat dilakukan pasien nyeri kepala yaitu menghindari atau mengelola faktor pencetus nyeri kepala. Faktor pencetus antara lain perubahan pola tidur, makanan, stress, rutinitas, cuaca, lingkungan tempat tinggal. Terapi non obat bisa juga dengan melakukan teknik relaksasi, menghindari merokok, hindari konsumsi alkohol, serta mempertahankan kualitas tidur yang baik.

"Jadi, pengobatan nyeri kepala bergantung dari karakteristik nyeri kepala yang dialami pasien dan faktor-faktor penyebabnya. Bila tidak ada gejala lain yang berbahaya, sakit kepala dapat diredakan dengan obat-obatan yang dijual bebas, seperti paracetamol," saran dokter.

Bila sakit kepala dirasa mengkhawatirkan, maka sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang sesuai. Pencegahan sakit kepala dapat dilakukan dengan menerapkan perilaku hidup yang sehat.

"Misalnya beristirahat dengan cukup dan rutin berolahraga. Sedangkan untuk nyeri kepala sekunder akibat penyakit lain yang mendasari, pencegahan yang terbaik adalah dengan mengobati penyebabnya," tutupnya.
(don)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3817 seconds (0.1#10.140)