Ganjar Cerita Percepatan Penanganan COVID-19 dengan Konsep Jogo Tonggo

Sabtu, 10 Juli 2021 - 13:21 WIB
loading...
Ganjar Cerita Percepatan Penanganan COVID-19 dengan Konsep Jogo Tonggo
Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo saat webinar Masyarakat Ilmu Pemerintahan Indonesia (MIPI) bertajuk Ujian dan Tantangan Sistem Pemerintahan Daerah Indonesia di Tengah Pandemi COVID-19, Sabtu (10/7/2021). Foto/Ist
A A A
SEMARANG - Gubernur Jawa Tengah (Jateng), Ganjar Pranowo membeberkan upaya percepatan dalam penanganan pandemi COVID-19 melalui konsep Jogo Tonggo .

Baca juga: 11 Jenis Obat COVID-19 Langka, Polda Jateng Gelar Penyelidikan

Ganjar menggungkapkan hal itu dalam webinar Masyarakat Ilmu Pemerintahan Indonesia (MIPI) bertajuk Ujian dan Tantangan Sistem Pemerintahan Daerah Indonesia di Tengah Pandemi COVID-19, Sabtu (10/7/2021).

Baca juga: Jogetnya dengan 2 Wanita Seksi Gemparkan Grobogan, Kades Disanksi Bangun Tempat Isolasi

Gubernur dua periode itu menceritakan tantangan yang dihadapi dengan menghadirkan kebijakan yang bottom up, mikro zonasi, dan berbasis kebudayaan dan social community. Kondisi di hilir pada saat pergerakan masyarakat dibatasi melalui kebijakan PPKM Darurat, kata dia, perlu diterapkan kebijakan tidak hanya top-down. Namun juga buttom-up.

Dengan kebijakan berbasis mikro zonasi, diharapkan pergerakan masyarakat semakin dapat dikendalikan. “Sebenarnya yang Jogo Tonggo itu justru hari ini kita gencarkan kembali, kita gas lagi. Kalau pergerakan masyarakat ruangnya lebih besar, maka mereka akan bergerak ke mana-mana dan itu akan sulit dikendalikan, maka kita coba dengan mikro zonasi,” katanya.

Jogo Tonggo merupakan inovasi pemberantasan COVID-19 berbasis kewilayahan. Melalui Instruksi Gubernur Nomor 1 Tahun 2020 dibentuklah Satgas Jogo Tonggo yang memberdayakan warga hingga wilayah Rukun Warga (RW).

“Mikro zonasi inilah improvement yang kita lakukan sehingga Jogo Tonggo itu berjalan. Faktanya nih, katanya ada PKK, dasawisma, kelompok tani, karang taruna, ada kiai, ada kelompok agama, tokoh agama, tokoh masyarakat," lanjutnya.

"Itu fakta di desa ada, ada pendamping desa, itu fakatanya ada di desa semua, komunitas-komunitas ini sebenarnya karena ada dan hidup di masyarakat, mengapa kemudian kita tidak ajak, itulah Jogo Tonggo," beber Ganjar.

Sesuai namanya, Jogo Tonggo mengedepankan partisipasi aktif warga untuk saling menjaga dari penularan COVID-19. Jika ada yang terinfeksi virus Corona, warga dapat saling menjaga dengan memberikan perhatian, dan tidak memberikan stigma pada mereka yang tertular.

"Konsepnya sederhana saja, jagalah tetanggamu jangan kasih stigmatisasi, kamu tak kasih panduan, kamu saya training, sehingga kalau seandainya, kalau ya, nanti bantuan dari pemerintah ‘ngga cukup, jangan ngamuk, tapi dibantu," imbuhnya.

Ganjar juga bercerita, tentang seorang asisten penjual sayuran yang ditemuinya, yang rela menyumbangkan dua ikat kacang panjang yang dimilikinya ke posko. Di tengah keterbatasan penghasilannya, ia berbesar hati berbagi untuk sesama.

Pada saat ditanya alasannya dalam menyumbang, sang asisten penjual sayur tersebut berujuar “Kasihan pak, ada yang butuh makan, ini kan soal kemanusiaan.”

“Kaya disamber gledek saya, itu masyarakat yang kemudian dia memberikan perhatian, ada yg ngasih gelas segela, ditaruh diikat di situ, ini butuh manjamen pake Jogo Tonggo untuk me-manage kondisi-kondisi itu,” tutur Ganjar.

Diketahui, konsep Jogo Tonggo yang digagas Pemerintah Provinsi Jawa Tengah itu juga menjadi salah satu juara dalam acara Top Inovasi Pelayanan Publik, Inovasi Penanganan COVID-19 dan Pengaduan Terbaik 2020, dalam kategori Pelayanan Publik Penanganan COVID-19 dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan RB).

Dengan kosep itu, Ganjar berharap seluruh elemen masyarakat dapat terlibat dalam penanganan pandemi beserta dampaknya.
(shf)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3399 seconds (0.1#10.140)