Miris, Makam Tokoh Masyarakat Dibongkar dan Dipindahkan karena Keluarga Beda Pilihan Pilkades
loading...
A
A
A
PANDEGLANG - Hanya karena berbeda pilihan dalam Pilkades , makam salah seorang tokoh bernama Ujang Rahmat di Kampung Koranji, Desa Tegalwangi, Kecamatan Menes, Pandeglang, Banten terpaksa dipindahkan ke Kampung Kacapi Amis.
Jenazah yang sudah dimakamkan hampir 3 tahun itu digali pihak keluarga dan masyarakat untuk dipindahkan ke tempat pemakaman umum setempat.
Isak tangis keluarga pecah, saat melihat jasad yang tinggal tulang belulang itu diangkat kembali dan di balut dengan kain kafan. Salah seorang anak korban jatuh pingsan, karena tak sanggup melihat penderitaan sang ayah yang harus dipindahkan ke makam lain dengan menempuh perjalanan yang cukup curam.
Menurut Sanan, salah seorang kerabat keluarga, pemindahan makam ayah mereka disebabkan adanya ketersinggungan antara pihak keluarga dengan salah satu timses dari calon kepala desa bernama Shihab.
Pemilik tanah mempersoalkan anak korban bernama Ade Sadeli yang tidak mendukungnya. Apalagi beberapa hari yang lalu, Ade Sadeli diundang untuk bakar ikan di rumah balon kades lain, yang ternyata mengundang amarah pemilik makam.
"Pemilik lahan mempersoalkan keluarganya dan makam tersebut dengan kata-kata sudah ditumpangi selama tiga tahun hingga akhirnya makan tersebut dibongkar dan dipindahkan," kata Sanan. Baca: Geram Polisi Hanya Diam, Ratusan Emak-emak Gerebek Lokasi Judi Tembak Ikan.
Semenatara Emat Rahmatullah, Sekretaris Desa Tegal Wangi mengaku pihaknya telah mengetahui adanya pemindahan makam di desa mereka. Diduga pemindahan makam tersebut, terjadi akibat dukungan terhadap salah seorang calon kepala desa. "Pihak desa berharap masalah ini dapat diselesaikan di tingkat desa agar tidak memicu kisruh saat pelaksanaan pilkades nantinya," pungkasnya.
Belakangan diketahui, jika shihab, sang pemilik pemilik lahan, sudah meminta maaf kepada pihak keluarga almarhum atas kata-katanya tersebut, dan berharap makam tidak dipindahkan. Baca Juga: Medan Membara, Bersenjatakan Batu dan Pedang 2 Kubu Remaja Tawuran di Tugu Sei Nonang.
Jenazah yang sudah dimakamkan hampir 3 tahun itu digali pihak keluarga dan masyarakat untuk dipindahkan ke tempat pemakaman umum setempat.
Isak tangis keluarga pecah, saat melihat jasad yang tinggal tulang belulang itu diangkat kembali dan di balut dengan kain kafan. Salah seorang anak korban jatuh pingsan, karena tak sanggup melihat penderitaan sang ayah yang harus dipindahkan ke makam lain dengan menempuh perjalanan yang cukup curam.
Menurut Sanan, salah seorang kerabat keluarga, pemindahan makam ayah mereka disebabkan adanya ketersinggungan antara pihak keluarga dengan salah satu timses dari calon kepala desa bernama Shihab.
Pemilik tanah mempersoalkan anak korban bernama Ade Sadeli yang tidak mendukungnya. Apalagi beberapa hari yang lalu, Ade Sadeli diundang untuk bakar ikan di rumah balon kades lain, yang ternyata mengundang amarah pemilik makam.
"Pemilik lahan mempersoalkan keluarganya dan makam tersebut dengan kata-kata sudah ditumpangi selama tiga tahun hingga akhirnya makan tersebut dibongkar dan dipindahkan," kata Sanan. Baca: Geram Polisi Hanya Diam, Ratusan Emak-emak Gerebek Lokasi Judi Tembak Ikan.
Semenatara Emat Rahmatullah, Sekretaris Desa Tegal Wangi mengaku pihaknya telah mengetahui adanya pemindahan makam di desa mereka. Diduga pemindahan makam tersebut, terjadi akibat dukungan terhadap salah seorang calon kepala desa. "Pihak desa berharap masalah ini dapat diselesaikan di tingkat desa agar tidak memicu kisruh saat pelaksanaan pilkades nantinya," pungkasnya.
Belakangan diketahui, jika shihab, sang pemilik pemilik lahan, sudah meminta maaf kepada pihak keluarga almarhum atas kata-katanya tersebut, dan berharap makam tidak dipindahkan. Baca Juga: Medan Membara, Bersenjatakan Batu dan Pedang 2 Kubu Remaja Tawuran di Tugu Sei Nonang.
(nag)