Gawat, Bahasa Pasan di Minahasa Tenggara Jarang Dipakai dan Terancam Punah
loading...
A
A
A
MINAHASA TENGGARA - Bahasa Pasan yang merupakan salah satu bahasa daerah di Sulawesi Utara dari etnis Minahasa jarang dipakai dalam percakapan sehari-hari dan kini terancam punah.
Baca juga: Kluster Minimarket di Sulut Menggila, Kasus COVID-19 Bertambah 39 Orang
Berdasarkan penelitian Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Minahasa Tenggara, sebagian besar kelompok masyarakat tidak lagi menggunakan bahasa yang berasal dari sub etnis Pasan ini.
Baca juga: Penampakan Rumah Senilai Rp400 Juta yang Dihancurkan Suami Lantaran Istri Selingkuh
"Dari kajian kami bersama dengan Dinas Kebudayaan Provinsi, Bahasa Pasan yang ada di Kabupaten Minahasa Tenggara saat ini terancam punah," kata Kepala Disparbud Kabupaten Minahasa Tenggara, Sartje Taogan, Rabu (23/6/2021).
Dia mengungkapkan bahwa karena sudah jarang digunakan maka lama-kelamaan mulai dilupakan. "Saat ini kesulitan mencari masyarakat yang masih menggunakan bahasa tersebut," ujarnya.
Sartje menambahkan, pihaknya berupaya agar tokoh-tokoh budaya di sub etnis Pasan dilibatkan dalam pelestarian bahasa daerah ini.
Sementara Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Minahasa Tenggara, Ascke Benu mengungkapkan, saat ini sedang diupayakan agar bahasa daerah masuk dalam mata pelajaran siswa.
"Saat ini kami memasukkan bahasa daerah sebagai mata pelajaran muatan lokal, yang diajarkan pada tingkatan pendidikan dasar," katanya.
Ascke mengakui kendala dalam pelaksanaan tersebut, yakni keterbatasan tenaga pengajar yang khusus memberikan mata pelajaran muatan lokal bahasa daerah.
"Kami juga akan berkoordinasi dengan balai bahasa untuk memaksimalkan upaya kami dalam pelestarian bahasa daerah di Minahasa Tenggara," ujarnya.
Wakil Bupati Minahasa Tenggara, Joke Legi khawatir karena Bahasa Pasan tidak digunakan dalam interaksi masyarakat setiap hari.
"Ini menjadi perhatian bersama, baik dari pemerintah, maupun masyarakat. Karena bahasa daerah merupakan identitas dan bagian dari budaya yang harus dijaga serta dipelihara," katanya.
Legi berharap masyarakat, khususnya para pemerhati budaya yang berada di wilayah sub etnis Pasan kembali aktif menggunakan bahasa daerah.
"Jangan sampai bahasa ini punah. Nantinya generasi yang akan datang tidak tahu lagi identitas budaya mereka," ujarnya.
Diketahui Kabupaten Minahasa Tenggara terdiri dari tiga sub etnis, yakni Pasan, Tonsawang, dan Ponosakan yang tergabung dalam rumpun etnis Minahasa.
Baca juga: Kluster Minimarket di Sulut Menggila, Kasus COVID-19 Bertambah 39 Orang
Berdasarkan penelitian Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Minahasa Tenggara, sebagian besar kelompok masyarakat tidak lagi menggunakan bahasa yang berasal dari sub etnis Pasan ini.
Baca juga: Penampakan Rumah Senilai Rp400 Juta yang Dihancurkan Suami Lantaran Istri Selingkuh
"Dari kajian kami bersama dengan Dinas Kebudayaan Provinsi, Bahasa Pasan yang ada di Kabupaten Minahasa Tenggara saat ini terancam punah," kata Kepala Disparbud Kabupaten Minahasa Tenggara, Sartje Taogan, Rabu (23/6/2021).
Dia mengungkapkan bahwa karena sudah jarang digunakan maka lama-kelamaan mulai dilupakan. "Saat ini kesulitan mencari masyarakat yang masih menggunakan bahasa tersebut," ujarnya.
Sartje menambahkan, pihaknya berupaya agar tokoh-tokoh budaya di sub etnis Pasan dilibatkan dalam pelestarian bahasa daerah ini.
Sementara Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Minahasa Tenggara, Ascke Benu mengungkapkan, saat ini sedang diupayakan agar bahasa daerah masuk dalam mata pelajaran siswa.
"Saat ini kami memasukkan bahasa daerah sebagai mata pelajaran muatan lokal, yang diajarkan pada tingkatan pendidikan dasar," katanya.
Ascke mengakui kendala dalam pelaksanaan tersebut, yakni keterbatasan tenaga pengajar yang khusus memberikan mata pelajaran muatan lokal bahasa daerah.
"Kami juga akan berkoordinasi dengan balai bahasa untuk memaksimalkan upaya kami dalam pelestarian bahasa daerah di Minahasa Tenggara," ujarnya.
Wakil Bupati Minahasa Tenggara, Joke Legi khawatir karena Bahasa Pasan tidak digunakan dalam interaksi masyarakat setiap hari.
"Ini menjadi perhatian bersama, baik dari pemerintah, maupun masyarakat. Karena bahasa daerah merupakan identitas dan bagian dari budaya yang harus dijaga serta dipelihara," katanya.
Legi berharap masyarakat, khususnya para pemerhati budaya yang berada di wilayah sub etnis Pasan kembali aktif menggunakan bahasa daerah.
"Jangan sampai bahasa ini punah. Nantinya generasi yang akan datang tidak tahu lagi identitas budaya mereka," ujarnya.
Diketahui Kabupaten Minahasa Tenggara terdiri dari tiga sub etnis, yakni Pasan, Tonsawang, dan Ponosakan yang tergabung dalam rumpun etnis Minahasa.
(shf)