Bali Belum Pulih, KPM Berharap Bantuan Sosial Tunai Segera Cair

Minggu, 13 Juni 2021 - 04:54 WIB
loading...
Bali Belum Pulih, KPM...
Sektor pariwisata di Bali yang menjadi penopang ekonomi masyarakat hingga sekarang masih belum pulih. Warga berharap bantuan sosial tunai (BST) segera cair. Foto/Ilustrasi/Dok.SINDOnews
A A A
DENPASAR - Pandemi COVID-19 melumpuhkan sektor pariwisata yang menjadi penopang pertumbuhan ekonomi Bali. Sehingga banyak para pelaku pariwisata yang terkena imbasnya.

Baca juga: Baliho Mbak Puan Bertebaran di Surabaya, Pengamat: Pemanasan Menuju Pilpres 2024

Kondisi sulit tersebut salah satunya dialami ibu Ketut yang tinggal di kawasan Jalan Kapten Japa, Dangin Puri Kelod, Kecamatan Denpasar Timur, Bali. Sebagai ibu rumah tangga dengan tiga anak, dia mengandalkan suaminya untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga.

Baca juga: Sebulan Tebar Teror di Kabupaten Puncak Papua, KKB Dilumpuhkan, 4 Tewas Ditembak, 11 Luka

Namun, nasib kurang beruntung justru dihadapi suaminya yang bekerja di sebuah restoran. Selama satu setengah tahun suaminya sudah tidak bekerja kembali karena terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) lantaran restoran tutup karena terdampak pandemi COVID-19.

"Mulai Maret tahun lalu (PHK). Pariwisata tutup, sehingga tamu tidak ada yang datang ke Bali. Akhirnya tidak kerja lagi," katanya, Sabtu (13/6/2021).

Meskipun mengalami nasib kurang beruntung, namun Ketut mendapatkan rezeki lain yakni berhak mendapatkan bantuan sosial tunai (BST) dari pemerintah. BST merupakan bantuan uang senilai Rp300 ribu dari Kementerian Sosial (Kemensos) yang disalurkan melalui PT Pos Indonesia (Persero) setiap bulan.

"Saya dikasih tahu oleh kepala desa, bahwa saya dapat bantuan BST. Disuruh ambilnya di kantor Pos. Ya sudah, saya kumpulkan KTP dan KK. Prosesnya berlangsung cepat," katanya.

Ketut yang menjadi keluarga penerima manfaat (KPM) pertama kali mendapatkan BST sebesar Rp600 ribu (dirapel dua bulan). Dia mengaku komoditas utama yang dibeli sesudah menerima dana bantuan adalah beras. Bantuan ini sangat terasa manfaatnya, terutama dalam memenuhi kebutuhan hidup. Dengan adanya BST, dia tidak pusing untuk menghidupi ketiga anaknya.

"Anak saya yang pertama baru saja mendapatkan kerja. Yang kedua baru 22 tahun, masih kuliah. Ketiga baru 20 tahun. Namun dia tidak mau kuliah karena tidak ada biaya," katanya.

Untuk tahun ini, terakhir kali Ketut mendapatkan BST pada April lalu. Setelah April, BST sempat diumumkan tidak akan dilanjutkan lagi. Namun, pemerintah kembali memutuskan untuk memperpanjang selama dua bulan.

Namun hingga kini BST itu belum kunjung cair. Padahal, Ketut bersama KPM lainnya sudah menantikan bantuan tersebut. Kesulitan memenuhi kebutuhan hidup selama dua bulan sangat terasa. "Kami belum menerima juga. Masih menunggu," ujar Ketut.

Ketut memohon kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Mensos Tri Rismaharini untuk segera mencairkan BST tersebut. Pemenuhan kebutuhan untuk bertahan hidup sudah sangat mendesak. Ditambah, situasi di Bali yang masih belum normal. "Pak Jokowi dan ibu Mensos. Saya butuh sekali bantuan bapak untuk segera mencairkan BST," katanya.
(shf)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1600 seconds (0.1#10.140)