Menelusuri Jembatan Kereta Terpanjang Peninggalan Belanda di Cikubang Bandung Barat

Senin, 31 Mei 2021 - 05:00 WIB
loading...
Menelusuri Jembatan Kereta Terpanjang Peninggalan Belanda di Cikubang Bandung Barat
Jembatan Kereta Cikubang yang dibangun Belanda sekitar tahun 1906 masih tampak kokoh dan menjadi urat nadi jalur utama akses kereta api Bandung-Jakarta dan sebaliknya.Adi Haryanto
A A A
BANDUNG BARAT - Penjajahan kolonial Belanda selama 350 tahun memang membuat bangsa Indonesia menderita. Pengorbanan dari mulai tenaga, pikiran, materi, hingga nyawa, dari para pejuang bumi pertiwi sudah tak terhitung nilainya guna bisa bebas dari belenggu penjajahan.

Meskipun banyak menyisakan kepedihan, tidak bisa dipungkiri jika kolonial Belanda juga mewariskan berbagai infrastruktur bangunan, jalan, jembatan, dll, yang hingga kini masih aktif dimanfaatkan. Awalnya memang infrastruktur itu dibangun untuk menunjang aktivitas kaum penjajah, tapi kini telah menjelma menjadi fasilitas publik.

Salah satunya adalah keberadaan Jembatan Kereta Cikubang yang berlokasi di Desa Nyalindung, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat (KBB). Jembatan yang dibangun sekitar tahun 1906 ini masih kokoh berdiri dan menjadi jalur utama akses kereta api Bandung-Jakarta dan sebaliknya.

Keberadaan jembatan kereta api aktif terpanjang di pulau Jawa ini menjadi saksi bisu perjalanan sejarah bangsa. Kontruksinya yang kokoh dan keberadaannya yang membelah perbukitan di kawasan Cipatat membuat jembatan sepanjang 300 meter ini tampak begitu instagramable.

Tak ayal tempat ini kadang kala menjadi salah satu spot untuk berfoto karena memiliki pemandangan yang indah. Walaupun harus waspada dan hati-hati karena sewaktu-waktu kereta ada yang melintas. Tapi bagi warga sekitar mereka sudah tahu jam berapa kereta biasa melintas sehingga bisa diprediksi kapan waktu yang tepat untuk berfoto.

"Pemandangannya bagus, eksotis, menantang adrenalin juga, dan instagrammable. Buat tempat foto sangat bagus," kata salah seorang pemuda yang kebetulan sedang berfoto di Jembatan Kereta Cikubang, Agus (19).

Menurutnya, dari kawasan Jembatan Kereta Cikubang, sejauh mata mamandang bisa melihat hamparan kawasan pemandangan perbukitan yang menghijau. Belum lagi tidak jauh dari jembatan ini, bisa melihat juga jembatan Tol Cipularang yang melintang sehingga lalu lalang kendaraan terlihat jelas. "View seperti ini langka, apalagi bisa liat jembatan Tol Cipularang juga," imbuhnya.

Berdasarkan literasi sejarah, pembangunan jembatan kereta Cikubang oleh Belanda bertujuan untuk memangkas waktu tempuh dari Priangan (Jawa Barat) ke Batavia (Jakarta), dibanding melalui jalur Buitenzorg (Bogor). Namun rencana ini sempat mendapatkan penolakan karena anggaran yang dibutuhkan sangat besar.

Di dalam buku Sejarah Kereta Api di Priangan karya Agus Mulyana (2017) disebutkan, rencana pembuatan jalur kereta api Karawang-Padalarang dilakukan sepanjang tahun 1901-1906. Jalur ini banyak melewati lereng gunung, kondisi seperti itu membuat pelaksana proyek harus membangun jembatan. Di jalur ini tercatat sekurang-kurangnya ada 8 jembatan yang dibangun.

Besi untuk pembuatan jembatan di jalur Karawang-Padalarang berasal dari Eropa yang dikirim melalui jalur laut ke Tanjung Priok Batavia. Pengiriman bahan ini tak selalu berjalan mulus, bahkan sempat mangkrak hingga berbulan-bulan. Ada pula besi yang dikirim melalui pelabuhan Cilacap. Bahkan pengiriman bahan besi jembatan sempat mengalami keterlambatan hampir 8 bulan.

"Proyek ini pada saat itu membutuhkan biaya sebesar f12 juta dan sempat menuai pro-kontra dari anggota parlemen Belanda. Belum lagi daerah yang dilewati penduduknya masih jarang sehingga secara ekonomi dianggap tidak menguntungkan," tulis Agus dalam bukunya. Baca: Kisah Sawito, Lelaki Blitar yang Ditangkap Kaki Tangan Soeharto Atas Tuduhan Makar.

Parlemen justru mendorong pemerintah membangun jalur ganda Buitenzorg-Batavia. Jika keukeuh jalur Karawang-Padalarang dibangun, bukan tidak mungkin lajur Buitenzorg-Batavia akan sepi. Namun akhirnya proyek itu diketuk palu karena sebanyak 56 anggota parlemen setuju, dan hanya 6 orang tidak setuju.

Kini setelah 115 tahun berlalu, jembatan yang dibangun Belanda tersebut masih tampak kokoh. Perawatan yang itensif dan penambahan penguatan konstruksi yang dilakukan PT KAI membuat jembatan ini masih menjadi urat nadi transportasi kereta api yang menghubungkan Jakarta-Bandung.

Bahkan kereta api dari Jakarta yang menuju Jawa Tengah dan Jawa Timur lewat jalur selatan pasti akan melintas di jembatan bersejarah tersebut. Jembatan ini tentunya masih akan terus mewarnai perjalanan bangsa ke depan dan menjadi cerita berseri bagi generasi bangsa ke depan. Baca Juga: Misteri Batu Meteor dan Kisah Kehebatan Pusaka Tombak Baru Klinting serta Kiai Pleret.
(nag)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1543 seconds (0.1#10.140)