Kisah Pilu Bocah Cirebon, Ditinggal Ibu dan Terbaring Lumpuh Selama 10 Tahun
loading...

Herlis (12) asal Cirebon, Jawa Barat hanya bisa terbaring lumpuh di tempat tidur selama 10 tahun terakhir dengan kondisinya sangat memprihatinkan. Foto/iNews TV/Miftahuddin
A
A
A
CIREBON - Herlis (12) asal Cirebon , Jawa Barat hanya bisa terbaring lumpuh di tempat tidur selama 10 tahun terakhir. Kondisinya sangat memprihatinkan hingga perlu bantuan untuk penanganan terapi dan medis.
Baca juga: Kisah Pilu Alde Maulana, CPNS Penyandang Disabilitas yang Digagalkan Jadi PNS
Herlis tinggal bersama neneknya di lingkungan RT 01 RW 11 Samadikun Utara, Kelurahan Kesenden, Kecamatan Kejaksan. Penyakit yang dideritanya diketahui sejak masih bayi. Menurut neneknya, Euis Sukmaningsih, sejak usia 8 bulan Herlis mengalami keterlambatan pertumbuhan karena lahir secara prematur. "Diusia 1 tahun lebih belum bisa merangkak dan hanya bisa melihat," ujarnya.
Baca juga: Kisah Pilu Korban Terorisme, Cacat Fisik Hingga Kehilangan Orang Tercinta
Herlis yang ditinggal ibunya sejak usia 2 tahun harus hidup bersama neneknya, yang sehari hari menjadi pemulung rongsok untuk mencukupi kebutuhan. Sementara bapaknya melaut di Merauke yang biasa pulang setahun sekali.
RW setempat berharap adanya bantuan berupa kursi roda dan juga untuk penanganan terapi maupun medis. "Kami warga hanya berharap ada dernawan, yang bisa meringankan beban mereka," ujar Ketua RW 11 Samadikun Utara, Rohman, Jumat (23/4/2021).
Rohman menambahkan, pihaknya berharap pemerintah bisa mencari membantu solusikan untuk meringankan sedikit beban Herlis.
Lihat Juga: Menyayat Hati! Tangis Bripda Fajri Pecah saat Evakuasi Lakalantas, Korban Tewas Ternyata Ayah Kandungnya
Baca juga: Kisah Pilu Alde Maulana, CPNS Penyandang Disabilitas yang Digagalkan Jadi PNS
Herlis tinggal bersama neneknya di lingkungan RT 01 RW 11 Samadikun Utara, Kelurahan Kesenden, Kecamatan Kejaksan. Penyakit yang dideritanya diketahui sejak masih bayi. Menurut neneknya, Euis Sukmaningsih, sejak usia 8 bulan Herlis mengalami keterlambatan pertumbuhan karena lahir secara prematur. "Diusia 1 tahun lebih belum bisa merangkak dan hanya bisa melihat," ujarnya.
Baca juga: Kisah Pilu Korban Terorisme, Cacat Fisik Hingga Kehilangan Orang Tercinta
Herlis yang ditinggal ibunya sejak usia 2 tahun harus hidup bersama neneknya, yang sehari hari menjadi pemulung rongsok untuk mencukupi kebutuhan. Sementara bapaknya melaut di Merauke yang biasa pulang setahun sekali.
RW setempat berharap adanya bantuan berupa kursi roda dan juga untuk penanganan terapi maupun medis. "Kami warga hanya berharap ada dernawan, yang bisa meringankan beban mereka," ujar Ketua RW 11 Samadikun Utara, Rohman, Jumat (23/4/2021).
Rohman menambahkan, pihaknya berharap pemerintah bisa mencari membantu solusikan untuk meringankan sedikit beban Herlis.
Lihat Juga: Menyayat Hati! Tangis Bripda Fajri Pecah saat Evakuasi Lakalantas, Korban Tewas Ternyata Ayah Kandungnya
(shf)