Cegah Teror, Mahfud MD Minta Tokoh Agama Tata Kesadaran Masyarakat
loading...
A
A
A
MAKASSAR - Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam), Mahfud MD meminta tokoh agama untuk menata kesadaran rohani masyarakat. Langkah itu dinilai jadi upaya pencegahan agar sel terorisme tidak berkembang pesat.
"Kita sudah bersepakat dalam menghadapi terorisme , negara akan menegakkan hukum, menjamin ketertiban dan menangkap pelakunya. Sedangkan tokoh agama di masjid, gereja, kelenteng, pure dan sebagainya itu menjamin dan menata kesadaran umat ataupun masyarakat," kata Mahfud dalam kunjungannya di Gereja Katedral Makassar , Jumat (23/4).
Menurut Mahfud itu merupakan pembagian tugas, tujuannya menciptakan kedamaian, kerukunan, keamanan, dan kenyamanan umat beragama di Indonesia.
"Sesuai dengan tujuan semua agama, sehingga kita bisa hidup damai antara sesama manusia dalam rangka mengabdi dan melayani Tuhan," tukasnya.
Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi ini menegaskan, gerakan terorisme ataupun tindakan teror tidak mewakili agama manapun. Terlebih ketika upaya terorisme membawa-bawa perjuangan atas nama agama tertentu. Mahmud secara keras mengatakan itu adalah paham yang sesat.
"Karena terorisme dan teror itu musuh semua agama. Bahwa pelakunya orang beragama yang mengaku berjuang atas nama agama, bagi paham dan kesadaran yang normal itu adalah paham dan kesadaran yang sesat, kalau memperjuangkan agama melalui teror," tegas Mahfud.
Olehnya itu menurut dia, terorisme tidak bisa dianggap mewakili agama manapun dan harus dilawan oleh semua agama manapun. Mahfud juga mengutuk keras tindakan kelompok teroris di Gereja Katedral Makassar , Minggu 28 Maret, pagi lalu. "Itu tindakan biadab," imbuhnya.
Guru Besar Hukum Tata Negara di Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta ini beranggapan, agama adalah rahmat setiap umat, tidak melulu soal keyakinan tertentu. Melainkan jalan kebenaran dan keyakinan yang harus dilindungi bersama-sama.
"Agama itu di manapun untuk kebaikan umat manusia, selain mengabdi atau melayani Tuhan, agama itu mengabdi untuk kebaikan manusia, karena Tuhan dari agama apapun, selalu mengajarkan kemanusian," jelas Mafmud.
Buktinya kata dia, dalam peristiwa itu ada lima orang muslim yang terkena imbas akibat ledakan bom bunuh diri. Mereka terluka, salah satunya disebutkan bernama Tompo.
"Ini bukti teroris tidak mewakili agama tertentu, kalau terorisnya mengaku memperjuangkan Islam ini pak Tompo orang Islam. Ada lima korban yang muslim itu, termasuk Pak Tompo," jelas pria asal Madura Jawa Timur ini.
Dia menegaskan, pemerintah telah berupaya keras menindak terorisme di Indonesia, baik melalui aturan hukum maupun instansi dan pembentukan aparat khusus yang menangani terorisme . "Ada Densus, ada BNPT, ada Polisi, TNI dan sebagainya," ujar Mahfud.
Menurutnya penanganan terorisme perlu kehatian-hatian. Aparat tidak bisa menindaki langsung orang yang dicurigai teroris. Penindakan selalu mengacu pada aturan hukum. "Sehingga harus hati-hati tidak sembarang menangkap orang," tutur Mahfud.
Lihat Juga: Cerita Mahfud MD Dikawal 2 Anggota Sat-81/Gultor Kopassus Anak Buah Luhut saat Konflik Cicak Vs Buaya
"Kita sudah bersepakat dalam menghadapi terorisme , negara akan menegakkan hukum, menjamin ketertiban dan menangkap pelakunya. Sedangkan tokoh agama di masjid, gereja, kelenteng, pure dan sebagainya itu menjamin dan menata kesadaran umat ataupun masyarakat," kata Mahfud dalam kunjungannya di Gereja Katedral Makassar , Jumat (23/4).
Menurut Mahfud itu merupakan pembagian tugas, tujuannya menciptakan kedamaian, kerukunan, keamanan, dan kenyamanan umat beragama di Indonesia.
"Sesuai dengan tujuan semua agama, sehingga kita bisa hidup damai antara sesama manusia dalam rangka mengabdi dan melayani Tuhan," tukasnya.
Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi ini menegaskan, gerakan terorisme ataupun tindakan teror tidak mewakili agama manapun. Terlebih ketika upaya terorisme membawa-bawa perjuangan atas nama agama tertentu. Mahmud secara keras mengatakan itu adalah paham yang sesat.
"Karena terorisme dan teror itu musuh semua agama. Bahwa pelakunya orang beragama yang mengaku berjuang atas nama agama, bagi paham dan kesadaran yang normal itu adalah paham dan kesadaran yang sesat, kalau memperjuangkan agama melalui teror," tegas Mahfud.
Olehnya itu menurut dia, terorisme tidak bisa dianggap mewakili agama manapun dan harus dilawan oleh semua agama manapun. Mahfud juga mengutuk keras tindakan kelompok teroris di Gereja Katedral Makassar , Minggu 28 Maret, pagi lalu. "Itu tindakan biadab," imbuhnya.
Guru Besar Hukum Tata Negara di Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta ini beranggapan, agama adalah rahmat setiap umat, tidak melulu soal keyakinan tertentu. Melainkan jalan kebenaran dan keyakinan yang harus dilindungi bersama-sama.
"Agama itu di manapun untuk kebaikan umat manusia, selain mengabdi atau melayani Tuhan, agama itu mengabdi untuk kebaikan manusia, karena Tuhan dari agama apapun, selalu mengajarkan kemanusian," jelas Mafmud.
Buktinya kata dia, dalam peristiwa itu ada lima orang muslim yang terkena imbas akibat ledakan bom bunuh diri. Mereka terluka, salah satunya disebutkan bernama Tompo.
"Ini bukti teroris tidak mewakili agama tertentu, kalau terorisnya mengaku memperjuangkan Islam ini pak Tompo orang Islam. Ada lima korban yang muslim itu, termasuk Pak Tompo," jelas pria asal Madura Jawa Timur ini.
Dia menegaskan, pemerintah telah berupaya keras menindak terorisme di Indonesia, baik melalui aturan hukum maupun instansi dan pembentukan aparat khusus yang menangani terorisme . "Ada Densus, ada BNPT, ada Polisi, TNI dan sebagainya," ujar Mahfud.
Menurutnya penanganan terorisme perlu kehatian-hatian. Aparat tidak bisa menindaki langsung orang yang dicurigai teroris. Penindakan selalu mengacu pada aturan hukum. "Sehingga harus hati-hati tidak sembarang menangkap orang," tutur Mahfud.
Lihat Juga: Cerita Mahfud MD Dikawal 2 Anggota Sat-81/Gultor Kopassus Anak Buah Luhut saat Konflik Cicak Vs Buaya
(luq)