Jadi Akses Utama, Jembatan Gantung Ciwaru Lebak Bantuan UEA Dibuka
loading...
A
A
A
LEBAK - Jembatan Gantung Ciwaru di Kabupaten Lebak , Provinsi Banten diresmikan Lembaga Hilal Ahmar (Bulan Sabit Merah) Uni Emirat Arab (UEA) Kamis, 22 April 2021. Jembatan ini dibangun dengan biaya penuh dari pemerintah UEA.
Baca juga: Diduga Kerap Terima Pungli, Wali Kota Bobby Nasution Copot Lurah Sidorame Timur
Jembatan sepanjang 100 meter ini menghubungkan Desa Ciwaru dan Desa Pasir Tanjung yang terletak di kedua sisi Sungai Ciberang, Lebak. Jembatan gantung ini sangat membantu kelancaran kegiatan ekonomi dan sosial di antara kedua desa tersebut dengan desa-desa tetangga.
Baca juga: Jembatan Gantung di Lebak Ambruk, Akses Penyeberangan Terputus
Tanpa menggunakan jembatan itu, warga terpaksa harus menempuh perjalanan sejarak 5 kilometer untuk mencapai desa yang terletak di seberang sungai. Jembatan ini membantu sekitar 1000 keluarga, dan diperkirakan ada 1.000 orang yang akan melewatinya setiap hari.
Jembatan dibangun bekerjasama dengan Yayasan Relawan Kampung, sebuah lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang banyak membantu pembangunan jembatan di kawasan pedesaan di Indonesia. Pembangunan jembatan selesai dalam waktu 70 hari dengan melibatkan 30 pekerja dan 3 insinyur. Semua pekerja berasal dari penduduk setempat.
Duta Besar UEA untuk Indonesia, HE Abdulla Salem AlDhaheri menegaskan bahwa hubungan bilateral antara Uni Emirat Arab dan Republik Indonesia diikat oleh semangat persaudaraan dan solidaritas, penghargaan dan penghormatan, selain juga kesamaan visi antara dua kepala negara dan dan rakyat yang bersahabat.
Duta Besar menjelaskan, peresmian jembatan gantung ini adalah hasil dari kerja sama dan solidaritas di antara kedua negara yang telah berlangsung lama. Jembatan ini juga merupakan bagian dari bantuan kemanusiaan yang sejak lama dilakukan oleh UEA dan lembaga sosialnya untuk membantu rakyat Indonesia.
Masyarakat sekitar menyampaikan terima kasih dan apresiasi yang sebesar-besarnya kepada UEA atas bantuannya membangun jembatan ini dalam waktu singkat. Jembatan gantung ini sangat dibutuhkan oleh warga setempat karena membantu kegiatan ekonomi, perdagangan dan sosial mereka.
Jembatan ini juga sangat bermanfaat dalam menghemat tenaga, waktu dan uang dalam pergerakan orang maupun distribusi barang di antara dua desa yang berseberangan.
Peresmian Jembatan Gantung Ciwaru dihadiri para diplomat dari Kedutaan UEA di Jakarta, sejumlah pejabat dari pemerintah daerah, kepolisian dan TNI, warga setempat dan tim pelaksana proyek di lapangan.
Hubungan UEA-Indonesia terus mencatat perkembangan luar biasa di bidang politik, ekonomi, perdagangan, dan budaya. UEA melalui lembaga amalnya ikut membantu masyarakat Indonesia selama beberapa dekade terakhir, khususnya saat terjadi bencana alam seperti gempa bumi dan banjir.
Badan amal UEA juga aktif membangun masjid, sekolah dan fasilitas kesehatan, selain juga membantu anak yatim piatu dan fakir miskin. Yang terbaru adalah bantuan kemanusiaan UEA melalui Bulan Sabit Merah kepada 2500 keluarga korban bencana longsor di Jawa Barat beberapa waktu lalu, juga bantuan untuk 30.000 orang yang terdampak bencana gempa bumi di kabupaten Mamuju, provinsi Sulawesi Barat, Januari 2021 lalu.
Baca juga: Diduga Kerap Terima Pungli, Wali Kota Bobby Nasution Copot Lurah Sidorame Timur
Jembatan sepanjang 100 meter ini menghubungkan Desa Ciwaru dan Desa Pasir Tanjung yang terletak di kedua sisi Sungai Ciberang, Lebak. Jembatan gantung ini sangat membantu kelancaran kegiatan ekonomi dan sosial di antara kedua desa tersebut dengan desa-desa tetangga.
Baca juga: Jembatan Gantung di Lebak Ambruk, Akses Penyeberangan Terputus
Tanpa menggunakan jembatan itu, warga terpaksa harus menempuh perjalanan sejarak 5 kilometer untuk mencapai desa yang terletak di seberang sungai. Jembatan ini membantu sekitar 1000 keluarga, dan diperkirakan ada 1.000 orang yang akan melewatinya setiap hari.
Jembatan dibangun bekerjasama dengan Yayasan Relawan Kampung, sebuah lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang banyak membantu pembangunan jembatan di kawasan pedesaan di Indonesia. Pembangunan jembatan selesai dalam waktu 70 hari dengan melibatkan 30 pekerja dan 3 insinyur. Semua pekerja berasal dari penduduk setempat.
Duta Besar UEA untuk Indonesia, HE Abdulla Salem AlDhaheri menegaskan bahwa hubungan bilateral antara Uni Emirat Arab dan Republik Indonesia diikat oleh semangat persaudaraan dan solidaritas, penghargaan dan penghormatan, selain juga kesamaan visi antara dua kepala negara dan dan rakyat yang bersahabat.
Duta Besar menjelaskan, peresmian jembatan gantung ini adalah hasil dari kerja sama dan solidaritas di antara kedua negara yang telah berlangsung lama. Jembatan ini juga merupakan bagian dari bantuan kemanusiaan yang sejak lama dilakukan oleh UEA dan lembaga sosialnya untuk membantu rakyat Indonesia.
Masyarakat sekitar menyampaikan terima kasih dan apresiasi yang sebesar-besarnya kepada UEA atas bantuannya membangun jembatan ini dalam waktu singkat. Jembatan gantung ini sangat dibutuhkan oleh warga setempat karena membantu kegiatan ekonomi, perdagangan dan sosial mereka.
Jembatan ini juga sangat bermanfaat dalam menghemat tenaga, waktu dan uang dalam pergerakan orang maupun distribusi barang di antara dua desa yang berseberangan.
Peresmian Jembatan Gantung Ciwaru dihadiri para diplomat dari Kedutaan UEA di Jakarta, sejumlah pejabat dari pemerintah daerah, kepolisian dan TNI, warga setempat dan tim pelaksana proyek di lapangan.
Hubungan UEA-Indonesia terus mencatat perkembangan luar biasa di bidang politik, ekonomi, perdagangan, dan budaya. UEA melalui lembaga amalnya ikut membantu masyarakat Indonesia selama beberapa dekade terakhir, khususnya saat terjadi bencana alam seperti gempa bumi dan banjir.
Badan amal UEA juga aktif membangun masjid, sekolah dan fasilitas kesehatan, selain juga membantu anak yatim piatu dan fakir miskin. Yang terbaru adalah bantuan kemanusiaan UEA melalui Bulan Sabit Merah kepada 2500 keluarga korban bencana longsor di Jawa Barat beberapa waktu lalu, juga bantuan untuk 30.000 orang yang terdampak bencana gempa bumi di kabupaten Mamuju, provinsi Sulawesi Barat, Januari 2021 lalu.
(shf)