Pandemi Corona, Perajin Kerupuk Rambak Khas Kendal Sepi Pesanan
loading...
A
A
A
KENDAL - Perajin kerupuk rambak di Desa Penanggulan, Kecamatan Pegandon, Kendal mengeluhkan sepinya pesanan menjelang Hari Raya Idul Fitri. Padahal biasanya, pada pertengahan bulan Ramadhan, pemintaan melonjak, bahkan para perajin sampai kewalahan memenuhinya.
Sepinya pembeli kerupuk kulit kerbau ini karenanya adanya pandemi COVID-19 yang belum juga berakhir. Produksi kerupuk rambak pun turun hingga 60% dan membuat para perajin merugi puluhan juta rupiah. Akibatnya, sebagian industri rumahan ini gulung tikar.
Dari sekian perajin yang masih bertahan, salah satunya adalah Sri Mulyani. Namun dia harus mengurangi jumlah produksi kerupuk rambaknya dan terpaksa merumahkan sejumlah pekerja karena permintaan kerupuk rambak tidak sebanyak dulu. Produksi hanya dilakukan setiap dua hari sekali, itu pun untuk menghabiskan bahan baku yang sudah siap untuk diolah. ( )
Syamsudin, salah satu pekerja mengatakan, sejak pandemi COVID-19 di tempat bekerja mengurangi intensitas produksi. Dari semula 3 waktu produksi dalam sehari, kini hanya satu produksi dengan jumlah pekerja yang disesuaikan.
“Padahal biasanya jika mendekati Lebaran seperti saat ini permintaan pasar meningkat tajam,” kata Syamsudin, Kamis (21/5/2020).
Turunnya permintaan kerupuk rambak karena sejumlah daerah memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) karena virus corona. Seperti Jakarta, Bandung, dan lainnya.
Lihat Juga: Perkuat Industri Kreatif dan UMKM, Airin-Ade Hadirkan Program Kreasi serta Community Center
Sepinya pembeli kerupuk kulit kerbau ini karenanya adanya pandemi COVID-19 yang belum juga berakhir. Produksi kerupuk rambak pun turun hingga 60% dan membuat para perajin merugi puluhan juta rupiah. Akibatnya, sebagian industri rumahan ini gulung tikar.
Dari sekian perajin yang masih bertahan, salah satunya adalah Sri Mulyani. Namun dia harus mengurangi jumlah produksi kerupuk rambaknya dan terpaksa merumahkan sejumlah pekerja karena permintaan kerupuk rambak tidak sebanyak dulu. Produksi hanya dilakukan setiap dua hari sekali, itu pun untuk menghabiskan bahan baku yang sudah siap untuk diolah. ( )
Syamsudin, salah satu pekerja mengatakan, sejak pandemi COVID-19 di tempat bekerja mengurangi intensitas produksi. Dari semula 3 waktu produksi dalam sehari, kini hanya satu produksi dengan jumlah pekerja yang disesuaikan.
“Padahal biasanya jika mendekati Lebaran seperti saat ini permintaan pasar meningkat tajam,” kata Syamsudin, Kamis (21/5/2020).
Turunnya permintaan kerupuk rambak karena sejumlah daerah memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) karena virus corona. Seperti Jakarta, Bandung, dan lainnya.
Lihat Juga: Perkuat Industri Kreatif dan UMKM, Airin-Ade Hadirkan Program Kreasi serta Community Center
(abd)