Peneliti Sebut Gempa Besar M6,1 Seperti di Malang Berpotensi Terjadi di Jalur Banten hingga Banyuwangi
loading...
![Peneliti Sebut Gempa...](https://pict.sindonews.net/dyn/732/pena/news/2021/04/11/704/393338/peneliti-sebut-gempa-besar-m61-seperti-di-malang-berpotensi-terjadi-di-jalur-banten-hingga-banyuwangi-gja.jpg)
Gempa bermagnitudo 6,1 yang mengguncang wilayah Malang masih berpotensi terjadi lagi di Jalur Banten hingga Banyuwangi. Foto Paviliun Cempaka RSUD Mardi Waluyo yang rusak parah akibat gempa/Antara
A
A
A
MALANG - Gempa bermagnitudo 6,1 yang mengguncang wilayah Malang terjadi karena ada tumbukan Lempengan Indo-Australia. Tumbukan serupa masih berpotensi terjadi lagi. Peneliti senior dari Pusat Penelitian Mitigasi Kebencanaan dan Perubahan Iklim (Puslit MKPI) ITS Amien Widodo menuturkan, gempa yang terjadi di Kabupaten Malang terjadi setelah adanya aktivitas zona subduksi yang terbentuk akibat tumbukan lempeng Indo-Australia dengan lempeng Eurasia.
Tumbukan lempeng tersebut terjadi sekitar 200 kilometer dari pantai selatan Jawa. “Karena posisi tumbukan miring, maka sepanjang jalur tumbukan dua lempeng tersebut terjadilah gempa,” kata Amien, Minggu (11/4/2021).
Dosen Departemen Teknik Geofisika ITS ini melanjutkan, kejadian ini adalah hal yang lumrah terjadi mengingat letak geografis Indonesia berada di pertemuan tiga lempeng utama dunia, yaitu Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik.
Baca: Dampak Gempa Besar Malang, Ini 6 Titik Lokasi Kerusakan
Amien mengatakan, bahwa tumbukan dua lempeng tersebut terus mengalami pergesaran yang kecepatannya mencapai 7 centimeter per tahun. Pergeseran akan terus terjadi hingga ada bagian tumbukan yang pecah dan menimbulkan gempa.
“Jalur tumbukan ini berada dari daerah Banten hingga Banyuwangi,” jelasnya.
Baca juga: Diguncang Gempa Besar, Ini Penampakan Bangunan yang Ambruk di Malang
Beruntung, gempa bermagnitudo 6,7 ini tidak berpotensi menimbulkan tsunami. Hal ini disebabkan karena pergeseran lapisan terjadi secara horizontal dan tidak menyebabkan gelombang tinggi air laut.
Tumbukan lempeng tersebut terjadi sekitar 200 kilometer dari pantai selatan Jawa. “Karena posisi tumbukan miring, maka sepanjang jalur tumbukan dua lempeng tersebut terjadilah gempa,” kata Amien, Minggu (11/4/2021).
Dosen Departemen Teknik Geofisika ITS ini melanjutkan, kejadian ini adalah hal yang lumrah terjadi mengingat letak geografis Indonesia berada di pertemuan tiga lempeng utama dunia, yaitu Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik.
Baca: Dampak Gempa Besar Malang, Ini 6 Titik Lokasi Kerusakan
Amien mengatakan, bahwa tumbukan dua lempeng tersebut terus mengalami pergesaran yang kecepatannya mencapai 7 centimeter per tahun. Pergeseran akan terus terjadi hingga ada bagian tumbukan yang pecah dan menimbulkan gempa.
“Jalur tumbukan ini berada dari daerah Banten hingga Banyuwangi,” jelasnya.
Baca juga: Diguncang Gempa Besar, Ini Penampakan Bangunan yang Ambruk di Malang
Beruntung, gempa bermagnitudo 6,7 ini tidak berpotensi menimbulkan tsunami. Hal ini disebabkan karena pergeseran lapisan terjadi secara horizontal dan tidak menyebabkan gelombang tinggi air laut.
(sms)