Ahli ITB Sebut 50 Persen Suplai Air Terbuang Sia-sia

Rabu, 24 Maret 2021 - 06:16 WIB
loading...
Ahli ITB Sebut 50 Persen...
Diskusi terkait peringatan Hari Air Dunia di Inews Tv, Selasa (23/3/2021). Foto istimewa
A A A
BANDUNG - Guru Besar ITB Bidang Rekayasa Air, Indratmo Soekarno menilai, sumber air di Indonesia cukup melimpah. Sayangnya, air belum digunakan secara maksimal sehingga hampir 50% terbuang sia sia.

Demikian disampaikan Indratmo saat menjadi pembicara dalam diskusi terkait peringatan Hari Air Dunia di Inews Tv, Selasa (23/3/2021). Hadir juga sebagai pembicara Kepala Dinas Sumber Daya Air Provinsi Jawa Barat Dikky Achmad Sidik. Baca juga: Nyaris Bentrok, Warga Dua Desa di Gunungkidul Saling Berebut Sumber Air

Menurut Indratmo, sumber daya air di Indonesia sudah terdegradasi. Sebagai contoh, dari sisi penggunaan sangatlah boros karena masih banyak kebocoran akibat air yang terbuang begitu saja. "Kita boros pemanfaatan sumber air. Baik untuk pertanian, antara 40-50% air terbuang. Juga untuk air minum, kebocoran masih tinggi, baik aspek teknikal maupun non teknikal," katanya.

Dia menjelaskan, pemanfaatan sumber daya air dari jenis permukaan dan tanah masih banyak yang terbuang begitu saja ke laut. "Belum bisa termanfaatkan dengan baik, masih boros, masih banyak yang terbuang ke laut. Baru 6% yang termanfaatkan," katanya.

Begitu pun saat hujan turun, airnya terbuang begitu saja ke sungai hingga menuju laut. Pada sisi lain, menurutnya air tanah kita pun tidak maksimal penggunaannya. Sebagai contoh, di kawasan industri banyak penggunaan air tanah secara berlebihan. "Akibat mereka tak bisa mendapatkan pelayanan air, sehingga untuk industri harus ambil air tanah," katanya.

Akibatnya, tambah dia, pengambilan air tanah berlebihan akan berdampak terhadap ketersediaan. Sebab, pada sisi lain jumlah air yang tersimpan di tanah sangat berkurang. Salah satu penyebabnya karena semakin hilangnya resapan di kawasan hulu akibat alih fungsi menjadi pemukiman. "Jadi saat kering kekurangan air, saat hujan airnya tak teresap, karena tak punya tampungan," katanya.

Sementara itu, menurutnya dari sisi penggunaan pun adanya ketidakadilan antara warga kalangan atas dengan bawah. Dia menilai, warga kelas atas justru lebih murah dan mudah dalam memeroleh air bersih.

Dia menambahkan, kondisi ini berbeda dengan di luar negeri. "Mereka lebih melihat bagaimana meningkatkan nilai air. Penggunaan air sangat efisien," katanya seraya menyebut teknologi pun di luar negeri sudah diterapkan dengan baik.

Oleh karena itu, dia mengajak semua pihak untuk bersama-sama mengedukasi kepada sesama. "Kita edukasi ke masyarakat bagaimana kita memperlakukan air dengan baik dari hulu," katanya.

Kepala Dinas SDA Jawa Barat Dikky Achmad Sidik mengajak semua pihak untuk bersama-sama menjaga air. Air harus bisa ditahan sebanyak-banyaknya di hulu. Sebagai contoh, menurutnya di hulu harus terus digalakkan reboisasi. "Supaya air lebih banyak meresap ke tanah di hulu," katanya.

Selain itu, Dikky memastikan harus membuat penampungan sebanyak-banyaknya. "Masyarakat harus bayak bangun sumur resapan. Sebagai tampungan. Jadi aliran air ke bawahnya tak akan menambah debit," katanya.

Tak hanya itu, dia juga mengajak peran serta masyarakat untuk menjaga kualitas air dengan mengurangi pencemaran, menjaga akses air, dan menumbuhkan partisipasi masyarakat untuk menjaga lingkungan air agar bisa berkelanjutan.
(don)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1971 seconds (0.1#10.140)