Bantu Pemprov Jabar, Ikatan Pemulung Bangun Sistem Pengolahan Sampah Digital

Kamis, 18 Februari 2021 - 09:14 WIB
loading...
Bantu Pemprov Jabar,...
Mitra Greeny (berseragam biru) tengah mengambil sampah yang telah dipilah oleh warga Bandung. Foto/Agung Bakti Sarasa
A A A
BANDUNG - Pemerintah daerah (pemda), khususnya di wilayah Provinsi Jawa Barat masih dihadapkan pada peliknya persoalan sampah . Minimnya kesadaran masyarakat dalam memilah sampah dituding sebagai salah satu penyebabnya.

Melihat kondisi tersebut, para pemulung yang tergabung dalam Ikatan Pemulung Indonesia (IPI) berupaya membantu pemda dalam mengatasi persoalan tersebut, salah satunya dengan membangun sistem pengolahan sampah berbasis digital.

Melalui aplikasi Greeny yang telah diluncurkan Januari 2021 lalu, IPI mengajak masyarakat memilah sampah langsung dari sumbernya. Tentunya, hal itu bukan hanya sekadar ajakan karena Greeny memberikan manfaat langsung bagi masyarakat berupa uang tunai dari sampah yang dipilahnya.

Baca juga: Kapolsek Cantik dan Belasan Anak Buahnya Diduga Pesta Sabu, Kriminolog: Rusak Kepercayaan

"Masyarakat umumnya malas untuk memilah sampah, ini yang jadi persoalan. Melalui aplikasi ini, kita dorong masyarakat, agar mau memilah sampahnya," ujar Ketua Umum IPI, Pris Poly Lengkong di sela pelatihan aplikasi Greeny di kawasan Setiabudhi, Kota Bandung, Rabu (17/2/2021).

Tidak hanya itu, melalui kehadiran Greeny, pihaknya pun ingin mengangkat derajat para pemulung yang selama ini kerap dipandang sebelah mata karena identik dengan kotor dan kumuh hingga seringkali diperlakukan tidak layak.

"Padahal, selama ini pemulung merupakan orang yang mendedikasikan setiap saat waktunya untuk membersihkan sampah orang lain," ujarnya.

Melalui aplikasi Greeny, pemulung memasuki era teknologi 4.0 dimana mereka bisa bekerja dengan lebih layak, seperti menggunakan seragam, kendaraan untuk mengambil sampah, dan gadget yang memadai serta penghasilan yang lebih baik.

Baca juga: Ponorogo Geger! Cicak Dua Kepala dan Lima Kaki Muncul di Warung Bakso

"Selain itu, pemulung 4.0 ini nantinya akan dibuat lebih beredukasi untuk menjamin kenyamanan masyarakat," katanya.

Selain di Provinsi Jabar, tambah Poly, pihaknya pun kini telah dan akan terus mengembangkan sistem pengolahan sampah digital tersebut di sejumlah provinsi lainnya di Indonesia.

Founder Greeny, Boy Tjakra mengatakan, Greeny memudahkan pengolahan sampah non-organik dengan tujuan peningkatan kualitas lingkungan hidup melalui teknologi informasi dan komunikasi.

Bahkan, Greeny juga memanfaatkan jasa layanan perbankan. Pasalnya, Greeny adalah platform yang mampu mengubah sampah menjadi sesuatu yang bernilai uang. Aplikasi tersebut, memberikan solusi untuk lingkungan hidup dan memberikan penghasilan kepada warga serta memberikan kesempatan kerja kepada masyarakat sebagai mitra dan pelapak sampah.

"Setiap pengguna Greeny hanya cukup menempatkan sampah plastik, kertas, dan logam ke dalam wadah yang telah disediakan oleh Greeny di setiap rumah pengguna aplikasi," ujarnya.

Boy menjelaskan, sampah non-organik yang dimasukan ke dalam wadah telah dikelompokan seperti plastik, kertas, dan logam. Setelah wadah sampah pengguna penuh, pengguna aplikasi tinggal menekan tombol untuk memanggil mitra melalui fitur kontak, chat maupun WhatsApp.

Mitra kemudian akan menjemput sampah non-organik setiap saat yang diinginkan pengguna aplikasi Greeny. Setelah mitra memeriksa dan menimbang secara akurat bersama pengguna aplikasi atau warga, mitra akan menutup rapat polybag yang dilanjutkan dengan scan quick response (QR).

"Seluruh data informasi sampah tersebut disampaikan melalui kode QR pada aplikasi dimana informasi tersebut juga secara otomatis diterima pada aplikasi Greeny, warga, mitra, RW, dan pelapak Greeny," paparnya.

Dengan aplikasi Greeny, semua elemen yang terlibat seperti warga, RW, mitra, dan pelapak akan mendapat manfaat dari sistem transaksi ini. Pengguna aplikasi pun dapat menarik tunai setiap saat untuk berbagai kebutuhan di dalam aplikasi doku yang sudah ditentukan oleh Greeny.

"Selain warga, lingkungan pun ikut merasakan manfaat dari aplikasi Greeny ini karena ikut membantu pemerintah dalam pengelolaan sampah," katanya.

Sementara itu, Kepala Seksi Persampahan Dinas Perumahan dan Pemukiman Provinsi Jabar, Dadang yang hadir secara virtual mengakui pentingnya pemilahan sampah, agar tidak terjadi penumpukan di tempat pembuangan akhir (TPA).

"Saat ini mayoritas sampah masih tidak dipilah, baik sampah organik dan non-organik seperti plastik kerap disatukan dalam satu wadah ketika dibuang ke tong sampah. Minimnya pemilhan ini membuat jumlah sampah di setiap TPS (tempat pembuangan sampah) dan TPA menumpuk," ungkapnya.

Dia memaparkan, saat ini, timbunan sampah yang dapat tertangani hanya sekitar 30,31 persen. Karenanya, Dadang mengapresiasi dan menyambut baik terobosan yang dilakukan oleh IPI lewat pengembangan pengolahan sampah berbasis digital tersebut.

Pemprov Jabar, tambah Dadang, memiliki target jumlah sampah yang bisa dipilih mencapai 90,20 persen pada 2028 mendatang dengan volume sampah yang diperkirakan mencapai 25.000-30.000 ton per hari.

"Kami sekarang dituntut menyelesaikan persoalan ini makanya kita gandeng berbagai komunitas termasuk dari Greeny, agar secara nyata bisa ikut serta menyelesaikan masalah" kata Dadang.
(msd)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3123 seconds (0.1#10.140)