Bangkrut? Pengusaha Ramai-ramai Jual Hotel Berbintang di Bandung

Selasa, 16 Februari 2021 - 14:45 WIB
loading...
Bangkrut? Pengusaha Ramai-ramai Jual Hotel Berbintang di Bandung
ilustrasi
A A A
BANDUNG - Diduga akibat tekanan pandemi, pengusaha ramai-ramai menjual hotel di Bandung. Hotel yang dijual tak hanya dari kelas melati, tetapi juga hotel berbintang yang sudah cukup dikenal wisatawan.

Pantauan MNC Portal Indonesia di situs dotproperty.id, hotel tersebut dijual dengan harga puluhan juta hingga ratusan miliar. Hotel melati yang ditawarkan di situs tersebut diantaranya The Naripan seharga Rp47 miliar.

Baca juga: Viral, Usai Dapat Ganti Rugi Pertamina, Warga Sedesa di Tuban Borong Mobil Baru

Kemudian hotel berbintang ada Grand Serela Setiabudhi Rp320 miliar, Hotel Gino Feruci di Jalan Braga senilai Rp239 miliar, Dago Highland Resort Bandung Rp150 miliar, Hotel Serela Riau Rp260 miliar, dan lainnya.

Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jawa Barat Herman Muhtar mengakui, tidak sedikit pengusaha yang memilih menjual hotel lantaran tingginya biaya operasional. Mereka menjual hotel mayoritas karena sudah tidak kuat lagi dengan kondisi saat ini.

"Mungkin karena sudah sangat tertekan sejak pademi mulai terjadi tahun lalu. Mereka enggak kuat lagi membayar biaya operasional atau tanggungan terhadap perbankan. Jadi gak ada cara lain," kata Herman, Selasa (16/2/2021).

Baca juga: Goda Istri Pemilik Warung, Oknum LSM di OKUS Tewas Mengenaskan Ditebas Parang

Tidak sedikit pengusaha yang menawarkan hotelnya di situs jual beli online. Bahkan, banyak pengusaha yang sebenarnya menjual secara diam diam. Dia memprediksi, jumlahnya jauh lebih banyak.

Menurut dia, harga jual hotel yang ditawarkan pengusaha juga tergolong lebih murah dari harga rata rata. Walaupun begitu, tidak mudah menjual hotel seharga puluhan hingga ratusan miliar, saat kondisi pandemi seperti ini.

Kendati begitu, fenomena menjual hotel tak hanya terjadi di Bandung saja. Beberapa daerah di Jabar atau tempat wisata juga melakukan hal serupa. Seperti di Bali, Yogyakarta, Jakarta, dan lainnya.

"Ini hampir terjadi di beberapa daerah. Karena okupansi memang masih sangat rendah. Sementara biaya operasional tetap tinggi dan belum ada kepastian sampai kapan pandemi berakhir," imbuh Herman
(msd)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 1.5906 seconds (0.1#10.140)