Miris, Keluarga Raja Solo Berseteru Kondisi Keraton Makin Memprihatinkan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Konflik keluarga raja di Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat atau Keraton Solo telah ramai sejak tahun 2004. Konflik dimulai sejak Pakubuwono XII wafat dan tidak menunjuk putra mahkota.
Perebutan tahta ini dilakukan oleh Hangabehi dan Tedjowulan yang masing-masing mendeklarasikan diri sebagai Pakubuwono XIII. Kisruh itupun beberapa kali bergulir hingga pada Kamis 11 Februari 2021 lalu disebutkan lima orang terkunci di lingkungan keraton yakni yakni GKR Wandansari atau Gusti Moeng, GKR Timoer Rumbai, dua penari bernama Warna dan Ika, serta seorang abdi dalem.
Meskipun beberapa pihak berkeinginan menguasai tahta, tapi di saat yang sama kondisi Keraton Solo sangat memprihatinkan. Kondisi ini terungkap dari video miliki Gusti Moeng yang sempat terkunci di dalam keraton dan diunggah di akun YouTube Berita Surakarta.
“Pagi jam 6 pagi saya di Keputren yang luar biasa. Sudah rusak. Tidak terpelihara dan disapu pun tidak,” tutur Gusti Moeng.
“Ini Purwokanti yang dulu untuk meronce bunga, menyiapkan bunga untuk pusaka-pusaka keraton keadaannya sangat memprihatinkan. Ini semak belukar yang sudah tidak pernah disentuh tangan untuk dirapikan,” lanjutnya.
Bahkan pada video tersebut, Gusti Moeng menyebut Pantai Rukmi yang dulu ditinggalinya begitu kotor.
“Ini pantai Rukmi tempat tinggal saya dulu. Ndalem Peradaban. Luar biasa kotornya karena abdi dalem yang masih saya tugaskan di sini hanya boleh masuk setiap hari kamis saja dibatasi saja hanya satu jam,” ucapnya.
Selain itu pada sisi lingkungan keraton yang lain nampak kanopi di suatu bangunan keraton rubuh. Termasuk kerusakan di atap penunjang bangunan utama. “Dapat bantuan sana sini, sana sini dibiarkan saudara-saudara,” ungkapnya. .
Dia mengaku tidak tahu mengapa sampai ada pembiaran sehingga membuat kondisi keraton begitu memprihatinkan. Dia meminta dukungan untuk dapat kembali ke keraton sehingga dapat mengurusi bangunan yang rusak dan kotor.
“Saya engga tahu kenapa ada pembiaran oleh, saya tidak bisa menyebut siapa, atau pemerintah atau oknum pejabat, saya engga tahu. Keadaan keraton dibiarkan seperti ini. Saya hanya minta dukungan untuk bisa kembali masuk keraton dan ngurusi keraton ini,” katanya.
Perebutan tahta ini dilakukan oleh Hangabehi dan Tedjowulan yang masing-masing mendeklarasikan diri sebagai Pakubuwono XIII. Kisruh itupun beberapa kali bergulir hingga pada Kamis 11 Februari 2021 lalu disebutkan lima orang terkunci di lingkungan keraton yakni yakni GKR Wandansari atau Gusti Moeng, GKR Timoer Rumbai, dua penari bernama Warna dan Ika, serta seorang abdi dalem.
Baca Juga
Meskipun beberapa pihak berkeinginan menguasai tahta, tapi di saat yang sama kondisi Keraton Solo sangat memprihatinkan. Kondisi ini terungkap dari video miliki Gusti Moeng yang sempat terkunci di dalam keraton dan diunggah di akun YouTube Berita Surakarta.
“Pagi jam 6 pagi saya di Keputren yang luar biasa. Sudah rusak. Tidak terpelihara dan disapu pun tidak,” tutur Gusti Moeng.
“Ini Purwokanti yang dulu untuk meronce bunga, menyiapkan bunga untuk pusaka-pusaka keraton keadaannya sangat memprihatinkan. Ini semak belukar yang sudah tidak pernah disentuh tangan untuk dirapikan,” lanjutnya.
Bahkan pada video tersebut, Gusti Moeng menyebut Pantai Rukmi yang dulu ditinggalinya begitu kotor.
“Ini pantai Rukmi tempat tinggal saya dulu. Ndalem Peradaban. Luar biasa kotornya karena abdi dalem yang masih saya tugaskan di sini hanya boleh masuk setiap hari kamis saja dibatasi saja hanya satu jam,” ucapnya.
Selain itu pada sisi lingkungan keraton yang lain nampak kanopi di suatu bangunan keraton rubuh. Termasuk kerusakan di atap penunjang bangunan utama. “Dapat bantuan sana sini, sana sini dibiarkan saudara-saudara,” ungkapnya. .
Dia mengaku tidak tahu mengapa sampai ada pembiaran sehingga membuat kondisi keraton begitu memprihatinkan. Dia meminta dukungan untuk dapat kembali ke keraton sehingga dapat mengurusi bangunan yang rusak dan kotor.
“Saya engga tahu kenapa ada pembiaran oleh, saya tidak bisa menyebut siapa, atau pemerintah atau oknum pejabat, saya engga tahu. Keadaan keraton dibiarkan seperti ini. Saya hanya minta dukungan untuk bisa kembali masuk keraton dan ngurusi keraton ini,” katanya.
(shf)