Kisah Tragis Punahnya Banteng di Hutan Buru Belanda Cagar Alam Pangandaran
loading...
A
A
A
Punahnya banteng di lokasi hutan buru warisan penjajah Belanda yang kini jadi Cagar Alam Pangandaran terjadi usai letusan Gunung Galunggung, Tasikmalaya.
Cagar alam yang berlokasi di Desa Pananjung, Kecamatan/Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat merupakan salah satu warisan Belanda yang dulunya merupakan hutan buru di tahun 1930.
Warga Pangandaran, Usman mengatakan, satwa yang berada di Cagar Alam Pangandaran didatangkan oleh Pemerintah Hindia Belanda yakni rusa dan banteng Jawa (bos javanicus) pada 1934.
Foto/SINDOnews/Syamsul Ma'arif
"Hingga kini koleksi rusa masih lestari sementara banteng menurut informasi sudah tidak ada lagi," kata Usman. Cerita orang tua dahulu, tambah Usman, pelepasan banteng dan rusa sebanyak 80 ekor. Populasinya bagus dan terjaga sampai 1982.
"Setelah Gunung Galunggung Tasikmalaya meletus pada tahun 1982, populasinya menurun karena pakan alami dan sumber air tertimbun abu vulkanik," ungkapnya.
Foto/disparbud.jabarprov.go.id
Upaya petugas membuat bak air minum dan memberikan rumput dari luar untuk pakan juga tidak membuahkan hasil lantaran banteng di Pangandaran tidak menyukai pakan pemberian manusia.
Kejadian abu vulkanik Gunung Galunggung yang menimbun pakan banteng di Cagar Alam Pangandaran terjadi hampir 8 bulan hingga akhirnya populasi satwa menurun drastis.
Foto/disparbud.jabarprov.go.id
Usman menuturkan, sekitar tahun 1997 banteng masih terpantau di lokasi Cagar Alam, tetapi sekarang sudah tidak ada sama sekali.
Luas keseluruhan area lahan Cagar Alam Pananjung mencapai 1.000 hektare yang terdiri dari 37,7 hektare sebagai Taman Wisata Alam (TWA) sisanya sebagai Cagar Alam Pananjung dibagi menjadi dua kawasan yaitu Cagar Alam seluas 419,3 hektare dan area Cagar Alam Laut seluas 470 hektare.
Foto/disparbud.jabarprov.go.id
"Kawasan TWA sendiri dikelola oleh Perum Perhutani dan kawasan Cagar Alam di bawah pengelolaan BKSDA," kata Usman (55) terang Usman.
Foto/disparbud.jabarprov.go.id
Sebagai pengganti banteng yang punah, tahun 2003 dipopulasikan delapan ekor sapi Bali. Sapi Bali dipilih karena bentuknya mirip dengan banteng.
"Kini panorama banteng tinggal kenangan, harapan saya di Cagar Alam kembali ada banteng sebagai sarana edukasi untuk masyarakat," pungkasnya.
Lihat Juga: Kisah Tumenggung Pati Pembisik Sultan Amangkurat I Meredam Konflik Kesultanan Mataram dengan Banten
Cagar alam yang berlokasi di Desa Pananjung, Kecamatan/Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat merupakan salah satu warisan Belanda yang dulunya merupakan hutan buru di tahun 1930.
Warga Pangandaran, Usman mengatakan, satwa yang berada di Cagar Alam Pangandaran didatangkan oleh Pemerintah Hindia Belanda yakni rusa dan banteng Jawa (bos javanicus) pada 1934.
Foto/SINDOnews/Syamsul Ma'arif
"Hingga kini koleksi rusa masih lestari sementara banteng menurut informasi sudah tidak ada lagi," kata Usman. Cerita orang tua dahulu, tambah Usman, pelepasan banteng dan rusa sebanyak 80 ekor. Populasinya bagus dan terjaga sampai 1982.
"Setelah Gunung Galunggung Tasikmalaya meletus pada tahun 1982, populasinya menurun karena pakan alami dan sumber air tertimbun abu vulkanik," ungkapnya.
Foto/disparbud.jabarprov.go.id
Upaya petugas membuat bak air minum dan memberikan rumput dari luar untuk pakan juga tidak membuahkan hasil lantaran banteng di Pangandaran tidak menyukai pakan pemberian manusia.
Kejadian abu vulkanik Gunung Galunggung yang menimbun pakan banteng di Cagar Alam Pangandaran terjadi hampir 8 bulan hingga akhirnya populasi satwa menurun drastis.
Foto/disparbud.jabarprov.go.id
Usman menuturkan, sekitar tahun 1997 banteng masih terpantau di lokasi Cagar Alam, tetapi sekarang sudah tidak ada sama sekali.
Luas keseluruhan area lahan Cagar Alam Pananjung mencapai 1.000 hektare yang terdiri dari 37,7 hektare sebagai Taman Wisata Alam (TWA) sisanya sebagai Cagar Alam Pananjung dibagi menjadi dua kawasan yaitu Cagar Alam seluas 419,3 hektare dan area Cagar Alam Laut seluas 470 hektare.
Foto/disparbud.jabarprov.go.id
"Kawasan TWA sendiri dikelola oleh Perum Perhutani dan kawasan Cagar Alam di bawah pengelolaan BKSDA," kata Usman (55) terang Usman.
Foto/disparbud.jabarprov.go.id
Sebagai pengganti banteng yang punah, tahun 2003 dipopulasikan delapan ekor sapi Bali. Sapi Bali dipilih karena bentuknya mirip dengan banteng.
"Kini panorama banteng tinggal kenangan, harapan saya di Cagar Alam kembali ada banteng sebagai sarana edukasi untuk masyarakat," pungkasnya.
Lihat Juga: Kisah Tumenggung Pati Pembisik Sultan Amangkurat I Meredam Konflik Kesultanan Mataram dengan Banten
(shf)