Cerita Penyintas COVID-19 Blitar, Setelah Sembuh Tubuh Menjadi Cepat Lelah
loading...
A
A
A
BLITAR - Perubahan stamina dirasakan Edi Purwanto (44), warga Kelurahan Plosokerep, Kecamatan Sananwetan, Kota Blitar paska dinyatakan sembuh dari COVID-19. Sampai hari ini ia merasakan mudah lelah. Untuk beraktifitas agak berat yang sebelumnya biasa ia lakukan, Edi harus memaksakan diri.
"Sekarang ini menjadi gampang capek," tutur Edi kepada Sindonews.com Rabu (27/1/2021). Usai menjalani karantina 18 hari, Edi sudah beraktifitas seperti biasa. Sudah keluar rumah. Berinteraksi dengan tetangga, dan kadang kadang juga menyempatkan ngopi di warung yang tidak jauh dari rumah.
Baca juga: Terinspirasi Ganjar Pranowo, Wali Kota Blitar Belanja Penyimpan Plasma Rp400 Juta
Edi tidak lagi merasa terasingkan. "Sudah ngobrol ngobrol," katanya. Secara umum, warga di sekitar tempat tinggalnya, sudah bisa menerima kehadirannya. Setiap bertemu, mereka tidak lagi membuat jarak. Meski masih ada satu dua orang yang masih terlihat enggan mendekat, Edi bisa memakluminya.
"Masih ada juga yang terlihat masih takut takut mendekat. Gak papa. Wajar," tambahnya. Pada awal bulan Januari, Edi dinyatakan terkonfirmasi positif COVID-19. Begitu juga istrinya, dua anaknya yang masih SD dan SMP, serta dua orang mertuanya. Entah terpapar dari mana, Edi tidak tahu pasti.
Sesuai anjuran satgas, mereka menjalani karantina mandiri selama 14 hari. Selama itu bertahan di dalam rumah. Ruang terluar yang bisa dijamah, kata Edi hanya teras rumah. Itupun hanya ketika berjemur di pagi hari. Kebutuhan makan tiga kali sehari, dipasok petugas.
Baca juga: 3 Pelajar Putri Tewas Tenggelam saat Bermain di Waduk Cerme Kidul
"Serasa menjadi tahanan rumah adalah siksaan tersendiri. Merasa menjadi makhluk yang berbeda. Karenanya sangat senang ketika ada yang menyapa, baik via WA maupun dari jauh," kata Edi. Untuk memastikan kesembuhan, isolasi mandiri tersebut, ditambah empat hari.
Kecuali ayah mertuanya yang meninggal dunia, semuanya dinyatakan sembuh. "Alhamdulillah kami sekeluarga bisa melewati masa sulit itu," papar Edi. Sejak dinyatakan pulih, dan itu diumumkan Ketua RT melalui grup WA di lingkungan, Edi sudah tidak lagi merasa demam.
Keluhan pilek, batuk kering, serta nyeri kepala yang sempat membuatnya nyaris tidak sadarkan diri, telah lenyap. Namun staminanya berubah. Edi merasakan tubuhnya tidak sekuat dulu. Dibanding sebelum terpapar COVID-19, ia merasa mudah lelah. Kemudian juga kerap mengantuk, dan hanya nyaman jika dipakai rebahan.
"Sekarang ini menjadi gampang capek," tutur Edi kepada Sindonews.com Rabu (27/1/2021). Usai menjalani karantina 18 hari, Edi sudah beraktifitas seperti biasa. Sudah keluar rumah. Berinteraksi dengan tetangga, dan kadang kadang juga menyempatkan ngopi di warung yang tidak jauh dari rumah.
Baca juga: Terinspirasi Ganjar Pranowo, Wali Kota Blitar Belanja Penyimpan Plasma Rp400 Juta
Edi tidak lagi merasa terasingkan. "Sudah ngobrol ngobrol," katanya. Secara umum, warga di sekitar tempat tinggalnya, sudah bisa menerima kehadirannya. Setiap bertemu, mereka tidak lagi membuat jarak. Meski masih ada satu dua orang yang masih terlihat enggan mendekat, Edi bisa memakluminya.
"Masih ada juga yang terlihat masih takut takut mendekat. Gak papa. Wajar," tambahnya. Pada awal bulan Januari, Edi dinyatakan terkonfirmasi positif COVID-19. Begitu juga istrinya, dua anaknya yang masih SD dan SMP, serta dua orang mertuanya. Entah terpapar dari mana, Edi tidak tahu pasti.
Sesuai anjuran satgas, mereka menjalani karantina mandiri selama 14 hari. Selama itu bertahan di dalam rumah. Ruang terluar yang bisa dijamah, kata Edi hanya teras rumah. Itupun hanya ketika berjemur di pagi hari. Kebutuhan makan tiga kali sehari, dipasok petugas.
Baca juga: 3 Pelajar Putri Tewas Tenggelam saat Bermain di Waduk Cerme Kidul
"Serasa menjadi tahanan rumah adalah siksaan tersendiri. Merasa menjadi makhluk yang berbeda. Karenanya sangat senang ketika ada yang menyapa, baik via WA maupun dari jauh," kata Edi. Untuk memastikan kesembuhan, isolasi mandiri tersebut, ditambah empat hari.
Kecuali ayah mertuanya yang meninggal dunia, semuanya dinyatakan sembuh. "Alhamdulillah kami sekeluarga bisa melewati masa sulit itu," papar Edi. Sejak dinyatakan pulih, dan itu diumumkan Ketua RT melalui grup WA di lingkungan, Edi sudah tidak lagi merasa demam.
Keluhan pilek, batuk kering, serta nyeri kepala yang sempat membuatnya nyaris tidak sadarkan diri, telah lenyap. Namun staminanya berubah. Edi merasakan tubuhnya tidak sekuat dulu. Dibanding sebelum terpapar COVID-19, ia merasa mudah lelah. Kemudian juga kerap mengantuk, dan hanya nyaman jika dipakai rebahan.