2 Kali Disuntik Vaksin COVID-19, Ridwan Kamil Sebut Tak Ada Efek Samping, Cuma Kantuk
loading...
A
A
A
BANDUNG - Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengaku sudah dua kali disuntik vaksin COVID-19 produksi Sinovac. Dia menyebut tidak ada efek samping dari penggunaan vaksin tersebut.
(Baca juga: Setelah Presiden Jokowi, Ini Daftar Pejabat yang Divaksinasi COVID-19)
"Kesaksian saya sebagai relawan, rata-rata alhamdulillah tidak ada efek samping. Paling hanya pegal 1 jam setelah disuntik dan saya mah mengantuk selama 3 hari," kata Kang Emil- sapaan akrab Ridwan Kamil melalui unggahan video di Instagram @ridwankamil, dikutip Rabu (13/1/2021).
(Baca juga: Vaksinasi COVID-19 Dilakukan 4 Tahap, Inilah Tahapannya!)
"Tidak ada demam tidak ada bengkak, tidak nambah panjang si otong dan tidak berubah jadi hijau Hulk atau apapun yang selama ini banyak dikhawatirkan mereka yang terkena hoax," katanya.
Kang Emil menyebutkan vaksin ini justru memberikan efek yang baik bagi tubuh. "Badan merasa lebih sehat, nafsu makan naik dan nafsu julid turun," katanya.
Menurutnya, ada dua kelompok masyarakat yang merespons secara rasional kehadiran vaksin, dan ada yang merespons secara emosional. Mereka yang merespons secara rasional akan berfikir secara ilmiah dan baik sementara yang merespons secara emosional, tidak percaya dan tidak mau divaksin. "Biasanya yang tidak percaya, tidak mau dan sebagainya, karena bertanya bukan kepada ahlinya. Ada yang bertanya ke musisi, ke profesi arsitek, hal-hal yang sebenarnya bukan ahlinya," katanya.
Selain itu, ada juga yang terprovokasi informasi yang disebar di sejumlah di media sosial dan termakah berita bohong atau hoaks. Sedangkan mereka yang rasional biasanya tetap bertanya tapi kepada mereka yang memiliki referensi. yakni ahli vaksin, BPOM, MUI atau ulama. "Biasanya kelompok yang rasional ini karena mereka mendapatkan informasi dari ahlinya," katanya.
Ridwan Kamil menyebutkan bahwa para tahap pertama yang dimulai pada hari ini, Presiden Joko Widodo akan menjadi yang pertama disuntik. "Bapak Presiden sebagai teladan akan menjadi individu pertama yang akan disuntik vaksin. Lanjut para nakes, kepala daerah sebagai contoh dan profesi rawan covid," tuturnya.
Ridwan Kamil sendiri mengaku sudah dua kali disuntik vaksin Covid-19, melalui produk Biofarma-Sinovac. "Jadi tidak perlu disuntik lagi. Hasilnya sangat menggembirakan: Efikasi 65,3% (diatas standar WHO 50%). Dan 3 bulan setelah disuntik, pasukan antibodi muncul berlimpah 99%," tuturnya.
Dikatakan Ridwan Kamil, pada tahap 1 minggu ini akan digunakan vaksin Sinovac yang dibeli langsung setelah berhasil menjalani tiga tes di Brasil (78% efikasi) dan Turki (90% efikasi). "Tahap 2-3 baru pake vaksin Bio farma atau Pfizer atau Astrazeneca. Semua sama saja," katanya.
Menurutnya, jika tidak darurat, vaksinasi adalah pilihan. Namun situasi darurat perang pandemi ini maka vaksinasi adalah kewajiban. "Menolaknya berarti membahayakan keselamatan masyarakat dan negara dan tentu ada sanksi sesuai hukum darurat wabah dan karantina kesehatan," tuturnya.
Dirinya mengajak untuk bela negara dengan menjauhi potensi menjadi penular Covid-19 yang membahayakan masyarakat dengan mengikuti vaksinasi dengan sukarela. "Vaksin hanya metode pengurang wabah. Tetap jalankan metode 3M dalam keseharian kita," katanya
(Baca juga: Setelah Presiden Jokowi, Ini Daftar Pejabat yang Divaksinasi COVID-19)
"Kesaksian saya sebagai relawan, rata-rata alhamdulillah tidak ada efek samping. Paling hanya pegal 1 jam setelah disuntik dan saya mah mengantuk selama 3 hari," kata Kang Emil- sapaan akrab Ridwan Kamil melalui unggahan video di Instagram @ridwankamil, dikutip Rabu (13/1/2021).
(Baca juga: Vaksinasi COVID-19 Dilakukan 4 Tahap, Inilah Tahapannya!)
"Tidak ada demam tidak ada bengkak, tidak nambah panjang si otong dan tidak berubah jadi hijau Hulk atau apapun yang selama ini banyak dikhawatirkan mereka yang terkena hoax," katanya.
Kang Emil menyebutkan vaksin ini justru memberikan efek yang baik bagi tubuh. "Badan merasa lebih sehat, nafsu makan naik dan nafsu julid turun," katanya.
Menurutnya, ada dua kelompok masyarakat yang merespons secara rasional kehadiran vaksin, dan ada yang merespons secara emosional. Mereka yang merespons secara rasional akan berfikir secara ilmiah dan baik sementara yang merespons secara emosional, tidak percaya dan tidak mau divaksin. "Biasanya yang tidak percaya, tidak mau dan sebagainya, karena bertanya bukan kepada ahlinya. Ada yang bertanya ke musisi, ke profesi arsitek, hal-hal yang sebenarnya bukan ahlinya," katanya.
Selain itu, ada juga yang terprovokasi informasi yang disebar di sejumlah di media sosial dan termakah berita bohong atau hoaks. Sedangkan mereka yang rasional biasanya tetap bertanya tapi kepada mereka yang memiliki referensi. yakni ahli vaksin, BPOM, MUI atau ulama. "Biasanya kelompok yang rasional ini karena mereka mendapatkan informasi dari ahlinya," katanya.
Ridwan Kamil menyebutkan bahwa para tahap pertama yang dimulai pada hari ini, Presiden Joko Widodo akan menjadi yang pertama disuntik. "Bapak Presiden sebagai teladan akan menjadi individu pertama yang akan disuntik vaksin. Lanjut para nakes, kepala daerah sebagai contoh dan profesi rawan covid," tuturnya.
Ridwan Kamil sendiri mengaku sudah dua kali disuntik vaksin Covid-19, melalui produk Biofarma-Sinovac. "Jadi tidak perlu disuntik lagi. Hasilnya sangat menggembirakan: Efikasi 65,3% (diatas standar WHO 50%). Dan 3 bulan setelah disuntik, pasukan antibodi muncul berlimpah 99%," tuturnya.
Dikatakan Ridwan Kamil, pada tahap 1 minggu ini akan digunakan vaksin Sinovac yang dibeli langsung setelah berhasil menjalani tiga tes di Brasil (78% efikasi) dan Turki (90% efikasi). "Tahap 2-3 baru pake vaksin Bio farma atau Pfizer atau Astrazeneca. Semua sama saja," katanya.
Menurutnya, jika tidak darurat, vaksinasi adalah pilihan. Namun situasi darurat perang pandemi ini maka vaksinasi adalah kewajiban. "Menolaknya berarti membahayakan keselamatan masyarakat dan negara dan tentu ada sanksi sesuai hukum darurat wabah dan karantina kesehatan," tuturnya.
Dirinya mengajak untuk bela negara dengan menjauhi potensi menjadi penular Covid-19 yang membahayakan masyarakat dengan mengikuti vaksinasi dengan sukarela. "Vaksin hanya metode pengurang wabah. Tetap jalankan metode 3M dalam keseharian kita," katanya
(shf)