Dampak Pandemi COVID-19, Produksi Tempe di Sleman Turun hingga 57 Persen
loading...
A
A
A
SLEMAN - Pandemi COVID-19 bukan hanya berdampak pada sektor kesehatan, namun juga berimbas pada keberlangsungan usaha produksi tempe di Sleman. Satu di antaranya seperti yang dialami oleh produksi tempe di Joho, Condongcatur, Depok, Sleman, yang turun hingga 57%. Bahkan di Jakarta dan Jawa Barat, selama tiga hari 1-3 Januari 2021 memutuskan untuk mogok beroperasi
Hal ini lantaran kacang kedelai sebagai bahan dasar pembuat tempe berkurang. Sebab kedelai impor, sulit masuk Indonesia. Sementara kedelai lokal belum bisa memenuhi kebutuhan produksi. Sehingga harga kedelai juga mengalami kenaikan hingga 30%, yakni dari Rp7200 menjadi Rp9200 per kilogram (kg). (Baca juga: 80% Usaha Mikro Sudah Enggak Punya Tabungan, MUI: Orang Miskin Makin Banyak)
Pengusaha tempe di Joho, Condongcatur, Depok, Sleman, Triono, 42 mengatakan kenaikan harga kedelai itu dirasa sejak awal pandemi, Maret 2020. Meski begitu tetap memproduksi tempe. Hanya mengurangi jumlahnya.
Yaitu dari rata-rata 700 kg per hari menjadi 300 kg per hari atau berkurang hingga 57%. “Ini dilakukan untuk tetap memenuhi permintaan pelanggan,” kata Triono, Sabtu (2/1/2020). ( Baca juga: Airlangga Bandingkan Krisis Covid-19 dengan 1998 dan 2008, Siapa Paling Parah?)
Selain itu, juga tidak menaikkan harga. Untuk tempe ukuran paling besar dengan berat 500 gram dijual dengan Rp6 ribu. Tempe ukuran 350 gram Rp3 ribu dan tempe dengan berat 100 gram dijual Rp2 ribu.“Dengan tidak ada kenaikan harga, permintaan pelanggan terus ada,” paparnya.
Untuk itu, berharap pemerintah memperhatikan para produsen tempe dengan menurunkan harga kacang kedelai.
Lihat Juga: Peringatan Hari Tempe Nasional di Balikpapan, Akmal Malik: Jadikan Panganan Generasi Emas!
Hal ini lantaran kacang kedelai sebagai bahan dasar pembuat tempe berkurang. Sebab kedelai impor, sulit masuk Indonesia. Sementara kedelai lokal belum bisa memenuhi kebutuhan produksi. Sehingga harga kedelai juga mengalami kenaikan hingga 30%, yakni dari Rp7200 menjadi Rp9200 per kilogram (kg). (Baca juga: 80% Usaha Mikro Sudah Enggak Punya Tabungan, MUI: Orang Miskin Makin Banyak)
Pengusaha tempe di Joho, Condongcatur, Depok, Sleman, Triono, 42 mengatakan kenaikan harga kedelai itu dirasa sejak awal pandemi, Maret 2020. Meski begitu tetap memproduksi tempe. Hanya mengurangi jumlahnya.
Yaitu dari rata-rata 700 kg per hari menjadi 300 kg per hari atau berkurang hingga 57%. “Ini dilakukan untuk tetap memenuhi permintaan pelanggan,” kata Triono, Sabtu (2/1/2020). ( Baca juga: Airlangga Bandingkan Krisis Covid-19 dengan 1998 dan 2008, Siapa Paling Parah?)
Selain itu, juga tidak menaikkan harga. Untuk tempe ukuran paling besar dengan berat 500 gram dijual dengan Rp6 ribu. Tempe ukuran 350 gram Rp3 ribu dan tempe dengan berat 100 gram dijual Rp2 ribu.“Dengan tidak ada kenaikan harga, permintaan pelanggan terus ada,” paparnya.
Untuk itu, berharap pemerintah memperhatikan para produsen tempe dengan menurunkan harga kacang kedelai.
Lihat Juga: Peringatan Hari Tempe Nasional di Balikpapan, Akmal Malik: Jadikan Panganan Generasi Emas!
(don)