Ketua DPD Partai Golkar Soroti Tingkat Kemiskinan di Jawa Timur
loading...
A
A
A
SURABAYA - Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, jumlah penduduk miskin Indonesia per Maret 2020 sebanyak 26,42 juta jiwa atau sebesar 9,78% dari total jumlah penduduk. Sedangkan jumlah penduduk miskin di Jatim tercatat 4.419.100 jiwa atau 11,09% dari total jumlah penduduk.
“Dari berganti ganti Gubernur, angka kemiskinan Jawa Timur selalu tinggi. Dan ini menjadi PR (pekerjaan rumah) Pemprov Jawa Timur. Namun, IPM (Indek Pembangunan Manusia) cukup baik diatas 70%, ini luar biasa," kata Sarmuji, Kamis (31/12/2020).
(Baca juga: 8 Daerah di Jawa Timur Berstatus Zona Merah COVID-19 )
Data BPS juga mencatat, jumlah warga miskin di Jatim pada Maret 2020 tersebut bertambah 363.100 jiwa dibandingkan dengan kondisi September 2019 yang tercatat sebesar 4.056.000 atau 10,20% dari total penduduk.
Di sisi lain,Sarmuji juga menyoroti kinerja perekonomian di Jatim yang terdampak pandemi COVID-19. Selama triwulan III 2020, ekonomi Jatim minus 3,75%. Angka itu masih lebih baik dibanding triwulan sebelumnya yang minus 5,90%. Secara kumulatif Januari – September 2020, ekonomi Jatim minus 2,29%.
Sejumlah sektor usaha yang menjadi penyumbang tertinggi dalam mendorong perekonomian Jatim di triwulan III 2020 adalah sektor jasa lainnya yang tumbuh 30,68%, disusul sektor transportasi dan pergudangan tumbuh 21,43%, akomodasi makanan dan minuman 9,71%, konstruksi 7,92%, industri pengolahan 7,32%, perdagangan 7,17%, jasa perusahaan 5,24%, dan jasa pendidikan 4,66%.
(Baca juga:COVID-19 Masih Mengancam, PDIP Jatim Ajak Warga Rayakan Malam Pergantian Tahun Sederhana)
"Pertumbuhan ekonomi Jatim juga dipicu di sektor ekspor dan perdagangan antar provinsi. Permintaan tertinggi seperti komoditas furniture. Mungkin karena banyak orang bekerja di rumah (WFH), mereka lalu memperhatikan kursinya harus ganti," ujar Sarmuji.
Guna meningkatkan kinerja perdagangan, Ketua Umum Keluarga Alumni Universitas Negeri Jember (KAUJE) ini meminta Pemprov Jatim memetakan negara mana saja yang membutuhkan produk dari Jatim.
Selain itu, perdagangan dalam negeri juga harus dimaksimalkan. "Perlu dicatat bahwa, untuk Indonesia timur, kebutuhan telur itu dipasok dari Jatim. Produksi telur kita cukup besar," pungkas Sarmuji.
“Dari berganti ganti Gubernur, angka kemiskinan Jawa Timur selalu tinggi. Dan ini menjadi PR (pekerjaan rumah) Pemprov Jawa Timur. Namun, IPM (Indek Pembangunan Manusia) cukup baik diatas 70%, ini luar biasa," kata Sarmuji, Kamis (31/12/2020).
(Baca juga: 8 Daerah di Jawa Timur Berstatus Zona Merah COVID-19 )
Data BPS juga mencatat, jumlah warga miskin di Jatim pada Maret 2020 tersebut bertambah 363.100 jiwa dibandingkan dengan kondisi September 2019 yang tercatat sebesar 4.056.000 atau 10,20% dari total penduduk.
Di sisi lain,Sarmuji juga menyoroti kinerja perekonomian di Jatim yang terdampak pandemi COVID-19. Selama triwulan III 2020, ekonomi Jatim minus 3,75%. Angka itu masih lebih baik dibanding triwulan sebelumnya yang minus 5,90%. Secara kumulatif Januari – September 2020, ekonomi Jatim minus 2,29%.
Sejumlah sektor usaha yang menjadi penyumbang tertinggi dalam mendorong perekonomian Jatim di triwulan III 2020 adalah sektor jasa lainnya yang tumbuh 30,68%, disusul sektor transportasi dan pergudangan tumbuh 21,43%, akomodasi makanan dan minuman 9,71%, konstruksi 7,92%, industri pengolahan 7,32%, perdagangan 7,17%, jasa perusahaan 5,24%, dan jasa pendidikan 4,66%.
(Baca juga:COVID-19 Masih Mengancam, PDIP Jatim Ajak Warga Rayakan Malam Pergantian Tahun Sederhana)
"Pertumbuhan ekonomi Jatim juga dipicu di sektor ekspor dan perdagangan antar provinsi. Permintaan tertinggi seperti komoditas furniture. Mungkin karena banyak orang bekerja di rumah (WFH), mereka lalu memperhatikan kursinya harus ganti," ujar Sarmuji.
Guna meningkatkan kinerja perdagangan, Ketua Umum Keluarga Alumni Universitas Negeri Jember (KAUJE) ini meminta Pemprov Jatim memetakan negara mana saja yang membutuhkan produk dari Jatim.
Selain itu, perdagangan dalam negeri juga harus dimaksimalkan. "Perlu dicatat bahwa, untuk Indonesia timur, kebutuhan telur itu dipasok dari Jatim. Produksi telur kita cukup besar," pungkas Sarmuji.
(msd)