Waduh, Akibat Pandemi Tingkat Literasi Warga Jabar Turun, Ini Langkah Pemda
loading...
A
A
A
BANDUNG - Pandemi virus Corona ternyata berdampak terhadap minat baca masyarakat. Tingkat literasi masyarakat berkurang salah satunya karena ditutupnya sejumlah fasilitas membaca seperti perpustakaan.
Akademisi ilmu perpustakaan dan informasi dari Universitas Padjajaran (Unpad) Asep Saeful Rohman mengatakan, berdasarkan hasil penelitian terbarunya bersama Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Provinsi Jawa Barat, terjadi penurunan indeks baca masyarakat.
Asep menjelaskan, penelitiannya ini dilakukan terhadap 4.799 responden di 27 kabupaten/kota di Jawa Barat pada September-November lalu. Berdasarkan itu, menurutnya indeks baca masyarakat Jawa Barat berada di angka 61,49 atau masuk kategori cukup.
Namun, hal ini menunjukkan adanya penurunan karena berdasarkan survei terakhir pada 2016 lalu, indeks baca masyarakat berada di angkat 68.
Dia pun menjelaskan sejumlah faktor yang menyebabkan penurunan tersebut. Asep menuturkan, terdapat tiga faktor utama yang memengaruhi kebiasaan membaca masyarakat, yakni tersedianya bahan bacaan yang memadai, bervariasinya bahan bacaan dan sumber informasi, mudah ditemukannya bahan bacaan, dan terpenuhinya keinginan serta kebutuhan pembaca.
Menurut dia, pada masa pandemi ini banyak perpustakaan yang tutup demi mencegah penyebaran virus Corona.
"Kita lihat sekolah-sekolah tutup, kampus-kampus tutup, otomatis perpustakaannya pun ikut tutup. Bukan hanya di provinsi, perpustakaan di kota/kabupaten pun ikut tutup untuk menghindari kerumunan," katanya saat memaparkan hasil penelitian tersebut di kantor Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Provinsi Jawa Barat.
Berdasarkan penelitiannya itu, variabel ketersediaan fasilitas membaca dan sumber informasi itu ada di angka 52,33. "Memang menurun, hampir 10 poin dari hasil penelitian di tahun 2016 lalu," ujarnya.
Sementara itu, untuk pemanfaatan bahan bacaan dan sumber informasi, berdasarkan penelitiannya berada di angka 68,61.
"Artinya masyarakat Jabar masih cukup baik di dalam memanfaatkan bahan bacaan, baik yang dimiliki atau yang didapatkan dari sarana lainnya," kata dia.
Sedangkan variabel ketiga dalam mengukur indeka baca masyarakat Jawa Barar ialah kebiasaan membaca masyararakat. Hasil penelitian tersebut berada di angkat 63,54.
"Kita patut bersyukur, masyarakat masih memiliki kebiasaan yang cukup. Walaupun dalam kondisi ini tidak melihat kondisi masyarakat. Mungkin di rumahnya masing-masing mereka tetap melaksanakan membaca," kata dia.
Semantara itu, Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Provinsi Jawa Barat Ahmad Hadadi mengatakan, pihaknya terus berupaya meningkatkan indeks membaca masyarakat. Salah satunya dengan berusaha menambah sarana membaca seperti perpustakaan.
Menurut dia, saat ini perpustakaan di Jawa Barat sebanyak 22.116. Jumlah ini mencapai 47,06% dari lembaga yang ada sebanyak 44.996.
Dia pun mendorong lembaga-lembaga yang belum memiliki perpustakaan agar segera membangun fasilitas membaca tersebut. Selain itu, Hadadi menyebut pihaknya terus meningkatkan ketersediaan fasilitas membaca selain perpustakaan formal.
"Kami menyediakan perpustakaan digital," ujarnya. Perpustakaan digital ini bisa diakses dengan mengunduh aplikasi candil yang sudah tersedia di google playstore dan app store.
(Baca juga: Miris Petani Milenial di Kota Cimahi Hanya Ada 12 Orang, Ketahanan Pangan Terancam)
Tak hanya itu, lanjut dia, pihaknya pun menyiapkan pojok bacaan di seluruh kabupaten/kota di Jawa Barat. "Ada kotak literasi cerdas yang tersedia di seluruh kecamatan di Jawa Barat. Di situ koleksi bukunya terus ditambah," katanya.
(Baca juga: Jelang Tahun Baru, Aparat Gabungan Razia Tempat Hiburan Malam di Bandung)
Hadadi pun menyebut, pihaknya bersama pemerintah kabupaten/kota menunjuk duta baca yang saat ini jumlah mencapai 1.549. "Mereka bekerjasama dengan komunitas-komunitas untuk meningkatkan tingkat membaca masyarakat," imbuh dia.
Akademisi ilmu perpustakaan dan informasi dari Universitas Padjajaran (Unpad) Asep Saeful Rohman mengatakan, berdasarkan hasil penelitian terbarunya bersama Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Provinsi Jawa Barat, terjadi penurunan indeks baca masyarakat.
Asep menjelaskan, penelitiannya ini dilakukan terhadap 4.799 responden di 27 kabupaten/kota di Jawa Barat pada September-November lalu. Berdasarkan itu, menurutnya indeks baca masyarakat Jawa Barat berada di angka 61,49 atau masuk kategori cukup.
Namun, hal ini menunjukkan adanya penurunan karena berdasarkan survei terakhir pada 2016 lalu, indeks baca masyarakat berada di angkat 68.
Dia pun menjelaskan sejumlah faktor yang menyebabkan penurunan tersebut. Asep menuturkan, terdapat tiga faktor utama yang memengaruhi kebiasaan membaca masyarakat, yakni tersedianya bahan bacaan yang memadai, bervariasinya bahan bacaan dan sumber informasi, mudah ditemukannya bahan bacaan, dan terpenuhinya keinginan serta kebutuhan pembaca.
Menurut dia, pada masa pandemi ini banyak perpustakaan yang tutup demi mencegah penyebaran virus Corona.
"Kita lihat sekolah-sekolah tutup, kampus-kampus tutup, otomatis perpustakaannya pun ikut tutup. Bukan hanya di provinsi, perpustakaan di kota/kabupaten pun ikut tutup untuk menghindari kerumunan," katanya saat memaparkan hasil penelitian tersebut di kantor Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Provinsi Jawa Barat.
Berdasarkan penelitiannya itu, variabel ketersediaan fasilitas membaca dan sumber informasi itu ada di angka 52,33. "Memang menurun, hampir 10 poin dari hasil penelitian di tahun 2016 lalu," ujarnya.
Sementara itu, untuk pemanfaatan bahan bacaan dan sumber informasi, berdasarkan penelitiannya berada di angka 68,61.
"Artinya masyarakat Jabar masih cukup baik di dalam memanfaatkan bahan bacaan, baik yang dimiliki atau yang didapatkan dari sarana lainnya," kata dia.
Sedangkan variabel ketiga dalam mengukur indeka baca masyarakat Jawa Barar ialah kebiasaan membaca masyararakat. Hasil penelitian tersebut berada di angkat 63,54.
"Kita patut bersyukur, masyarakat masih memiliki kebiasaan yang cukup. Walaupun dalam kondisi ini tidak melihat kondisi masyarakat. Mungkin di rumahnya masing-masing mereka tetap melaksanakan membaca," kata dia.
Semantara itu, Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Provinsi Jawa Barat Ahmad Hadadi mengatakan, pihaknya terus berupaya meningkatkan indeks membaca masyarakat. Salah satunya dengan berusaha menambah sarana membaca seperti perpustakaan.
Menurut dia, saat ini perpustakaan di Jawa Barat sebanyak 22.116. Jumlah ini mencapai 47,06% dari lembaga yang ada sebanyak 44.996.
Dia pun mendorong lembaga-lembaga yang belum memiliki perpustakaan agar segera membangun fasilitas membaca tersebut. Selain itu, Hadadi menyebut pihaknya terus meningkatkan ketersediaan fasilitas membaca selain perpustakaan formal.
"Kami menyediakan perpustakaan digital," ujarnya. Perpustakaan digital ini bisa diakses dengan mengunduh aplikasi candil yang sudah tersedia di google playstore dan app store.
(Baca juga: Miris Petani Milenial di Kota Cimahi Hanya Ada 12 Orang, Ketahanan Pangan Terancam)
Tak hanya itu, lanjut dia, pihaknya pun menyiapkan pojok bacaan di seluruh kabupaten/kota di Jawa Barat. "Ada kotak literasi cerdas yang tersedia di seluruh kecamatan di Jawa Barat. Di situ koleksi bukunya terus ditambah," katanya.
(Baca juga: Jelang Tahun Baru, Aparat Gabungan Razia Tempat Hiburan Malam di Bandung)
Hadadi pun menyebut, pihaknya bersama pemerintah kabupaten/kota menunjuk duta baca yang saat ini jumlah mencapai 1.549. "Mereka bekerjasama dengan komunitas-komunitas untuk meningkatkan tingkat membaca masyarakat," imbuh dia.
(boy)