Kisah Keraton Merapi, Kerajaan Jin hingga Penampakan Awan Petruk

Minggu, 20 Desember 2020 - 05:00 WIB
loading...
Kisah Keraton Merapi, Kerajaan Jin hingga Penampakan Awan Petruk
Meningkatnya aktivitas Gunung Merapi ini sering dikaitkan dengan hal-hal mistis yang berkembang di masyarakat. Fot Dok SINDOnews
A A A
Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi ( BPPTKG ) sejak 5 November 2020 lalu menetapkan status Gunung Merapi naik menjadi level III (siaga). Penetapan status Siaga ini karena peningkatan aktivitas gunung api yang terletak di perbatasan empat wilayah yaitu Sleman (DIY) Magelang, Boyolali dan Klaten, Jawa Tengah (Jateng).

Dengan status Siaga ini, seluruh aktivitas dan kegiatan di radius 5 kilometer (KM) dari puncak Merapi, tidak diperbolehkan. Meningkatnya aktivitas Gunung Merapi ini sering dikaitkan dengan hal-hal mistis yang berkembang di masyarakat.

Dimana Gunung Merapi di dunia supranatural dianggap sebagai salah satu pusatnya kerajaan makhluk halus di Indonesia. Gunung ini juga punya kaitan yang sangat erat dengan laut selatan Jawa yang sangat kental dengan mistisnya.

Gunung Merapi diyakini dikuasai oleh kerajaan gaib yang sering disebut sebagai Keraton Merapi. Konon Keraton Merapi ini sudah ada sejak dahulu bahkan dikenal memiliki hubungan yang erat dengan awal pendirian Kesultanan Mataram pada masa lampau. Ada sebuah cerita yang menyebutkan jika Keraton Merapi membantu Kerajaan Mataram ketika itu untuk mengalahkan Kerajaan Pajang dengan cara menewaskan pasukan Kerajaan Pajang lewat letusannya.
(Baca: Terjadi Guguran Lava 1954 Merapi, Ini Penjelasan BPPTKG)

"Keraton Merapi diyakini dihuni sejumlah tokoh gaib yang namanya sudah tidak asing lagi di telinga penduduk sekitar Merapi,” kata Tomon tokoh masyarakat lereng Merapi warga Wonokerto, Turi, Sleman, Tomon Hario Wirosobo.

Salah satunya, kata Tomon, yaitu Eyang Merapi yang merupakan seorang raja alias pemimpin dari para makhluk gaib yang mendiami Keraton Merapi. Selanjutnya Eyang Sapu Jagad merupakan penunggu kawah Merapi dan menjadi pengambil keputusan apakah Merapi akan meletus atau tidak. Eyang Sapu Jagad memiliki dua orang panglima yang bernama Kiai Grinjing Wesi dan Kkai Grinjing Kawat.

Kemudian Eyang Megantara merupakan salah satu tokoh pemuka yang tinggal di puncak Merapi. Tugasnya adalah untuk mengendalikan cuaca dan mengawasi daerah sekitar Merapi. Juga ada Nyi Gadung Melati yang merupakan pimpinan para pasukan wanita Keraton Merapi dan bertugas untuk menjaga kesuburan tanaman dan juga menjaga binatang ternak di sekitar Gunung Merapi.

Tokoh selanjutnya adalah Eyang Antaboga yang ditugaskan untuk menjaga keseimbangan gunung agar tidak sampai tenggelam ke dalam bumi. Sementara Kiai Petruk bertanggung jawab terhadap keselamatan penduduk Merapi. Ia ditugaskan untuk memberi tahu warga ketika akan terjadi letusan sehingga mereka dapat menyelamatkan diri. Kiai sapu Angin merupakan salah satu pimpinan roh halus yang bertugas untuk mengatur arah angin.

Sedangkan Kiai Wola Wali merupakan salah satu tokoh yang tinggal di istana Keraton Merapi. Tugasnya adalah untuk menjaga dan membersihkan teras Keraton Merapi dan juga bertugas untuk menjaga ternak dan satwa yang ada di gunung.

“Ia juga sering memberikan informasi mengenai waktu terjadinya letusan kepada para penduduk di sekitar Gunung Merapi,” terangnya.

Selain itu Gunung Merapi yang memiliki ketinggian 2.968 m di atas permukaan laut ini juga memiliki memiliki beberapa lokasi yang dianggap angker. Lokasi tersebut terbentang dari mulai hutan, lereng, hingga puncak gunungnya. Para penduduk di sana sangat menghormati tempat tersebut. Di antaranya dilarang untuk menebang pohon, mengambil rumput, memindahkan, hingga merusak benda-benda yang ada di kawasan tersebut.

“Selain larangan aktivitas tersebut, kita juga tidak boleh berbicara kotor atau berbuat maksiat di tempat tersebut. Jika melanggar, maka biasanya akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan,” kata dia.
(Bisa diklik : Gara-gara Ikuti Panduan Google Maps, Bus Pariwisata Tersesat dan Terperosok ke Sawah)

Tempat angker yang paling terkenal di Gunung Merapi adalah Pasar Bubrah. Pasar Bubrah merupakan sebuah punggung bukit yang tepat berada di bawah kawah Merapi. Keadaan di lokasi ini cukup datar dan didominasi dengan bebatuan sisa letusan terdahulu. Di lokasi ini juga tidak terdapat pepohonan tinggi besar.

Jaraknya yang hanya satu kilometer sebelum kawah puncak Merapi membuat Pasar Bubrah menjadi lokasi favorit untuk beristirahat. Banyak pendaki yang mendirikan tenda di sini untuk bermalam dan menunggu matahari terbit keesokan harinya. Nah ketika malam hari itulah para pendaki biasanya mendengar suara riuh di lokasi tersebut.

Suara riuh tersebut mirip dengan aktivitas jual beli yang terjadi di pasar. Tidak hanya itu saja, suara alunan gamelan dan gending jawa juga terkadang sayup-sayup terdengar di antara keriuhan tersebut. Para masyarakat juga percaya jika bebatuan yang berserakan di lokasi tersebut merupakan warung dan meja makannya para makhluk halus pengunjung pasar tersebut.

Tidak sedikit dari pendaki yang menginap di Pasar Bubrah pernah melihat penampakan berbagai makhluk gaib. Beberapa di antaranya adalah penampakan wanita berambut panjang yang bergelantungan di bukit, atau makhluk gaib yang menyamar sebagai pendaki lain dengan atribut lengkap.

Sosok keraton khas jawa juga sering muncul di lokasi ini. Sosok tersebut biasanya adalah para penjaga keraton dan nyai sinden dengan pakaian tradisionalnya yang khas. Bahkan ada juga yang pernah melihat pasukan perang tradisional dengan peralatan yang lengkap.

Gunung Wutoh juga dianggap sebagai tempat yang cukup angker di Gunung Merapi. Lokasi tersebut dipercaya sebagai pintu gerbang utama menuju Keraton Merapi yang terletak di kawah puncaknya. Masyarakat percaya jika Gunung Wutoh ini dijaga Nyai Gadung Melati

Nyai Gadung Melati seringkali menampakkan diri dalam mimpi penduduk sekitar Gunung Merapi dengan mengenakan pakaian berwarna hijau daun melati. Mimpi itu biasanya dianggap sebagai pertanda akan terjadi letusan dalam waktu dekat

Selain tiga lokasi di atas, masih banyak tempat lainnya di Gunung Merapi yang dianggap angker dan tersebar di berbagai wilayah. Tempat-tempat tersebut di antaranya adalah Bukit Turgo, Telaga putri, Muncar, Goa Jepang, Plawangan, Bebeng, Ringin Putih, Umbul Temanten, dan Watu Gajah.

Beberapa hutan juga dianggap memiliki aura mistis yang sangat kuat seperti Hutan Gamelan dan Bingungan serta Hutan Pijen dan Blumbang. Hutan Patuk Alap-alap juga dianggap angker karena dipercaya sebagai tempat penggembalaan ternak milik Keraton

Banyak orang yang percaya dengan mitos tersebut namun tidak sedikit pula yang menganggapnya hanya mitos. Orang-orang yang tidak percaya biasanya melihat berbagai fenomena tersebut dari sisi ilmiah.

Sebagai contoh, suara riuh yang terjadi di Pasar Bubrah merupakan efek dari angin malam yang bertiup dengan kencang di daerah tersebut. Angin tersebut bertiup kencang dari bawah melewati lereng-lereng sehingga akan menghasilkan fenomena suara yang berisik seperti layaknya keadaan di sebuah pasar.

“Selain itu, keberadaan tempat-tempat yang dianggap angker tersebut juga merupakan cara nenek moyang kita agar kita tidak merusak alam. Dengan adanya larangan menebang pohon dan semacamnya, maka secara otomatis wilayah tersebut akan tetap asri dan akan menopang kehidupan penduduk di sekitarnya dengan baik,” ungkapnya.

Sedangkan mengenai penampakan sosok gaib yang dilihat oleh para pendaki, mungkin hal tersebut bisa saja hanyalah halusinasi dari mereka yang kelelahan. Namun bisa juga ada jin yang memang menampakan dirinya untuk menggoda iman manusia.

“Dalam Agama Islam, jin memang salah satu makhluk ciptaan Allah yang banyak tinggal di kawasan hutan dan pegunungan. Namun kewajiban kita hanyalah mempercayai keberadaannya dan kita tidak boleh mengimani, meminta pertolongan, atau bahkan hingga menyembah jin tersebut,” jelasnya.
(sms)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1026 seconds (0.1#10.140)