Haji Denny Berbagi Pengalaman di Pesantren Anwar Muhammad Tanah Bumbu
loading...
A
A
A
BATULICIN - Calon Gubernur Kalimantan Selatan (Kalsel), Denny Indrayana berbagi pengalaman kepada ratusan santri dan santriwati Pondok Pesantren Anwar Muhammad, Desa Sinar Bulan, Kecamatan Satui, Kabupaten Tanah Bumbu , Rabu (18/11/2020).
Wamenkum HAM era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) berbagi pengalaman dan motivasi belajar. "Sangat beruntung saat ini adik-adik bisa duduk di lembaga pendidikan pondok pesantren. Saya sendiri kalau bisa memutar waktu, ingin belajar di pesantren," kata pria yang sering dipanggil Haji Denny itu. (Baca juga: Maklumat Anti Politik Uang Haji Denny-Difri)
Dia mengatakan, pendidikan pesantren menjadi salah satu solusi terbaik menghadapi tantangan zaman. Basis ilmu agama yang dimiliki santri akan menyelamatkan dari kerusakan tatatan pergaulan modern yang hedonis dan jauh dari manfaat bagi orang lain. Meski demikian, Haji Denny juga menekankan para santri juga membuka diri dari perkembangan informasi dunia luar. "Ini penting juga, agar para santri tidak ketinggalan dari pesatnya informasi pengetahuan saat ini melalui dunia digital," ujarnya. (Baca juga: Gempa 5,3 SR Guncang Pesisir Selatan hingga Padang)
Pria kelahiran Stagen, sebuah desa terpencil di Kotabaru ini berhasil meraih pendidikan hingga jenjang tertinggi. Termasuk menduduki jabatan strategis di pemerintahan. Semua kesuksesan itu dapat diraih dengan vara belajar sungguh-sungguh dan membuat perencanaan dalam hidup.
"Saya mengawali pendidikan di TK Tunas Rimba, Stagen Kotabaru. Lalu pindah ke Banjarbaru, melanjutkan sekolah di SDN Mawar Kencana Banjarbaru, SMPN 2 Banjarbaru, dan SMAN 1 Banjarbaru," kisahnya.
Denny mengatakan, sekolah atau belajar dimana pun sepanjang serius, pasti ada manfaatnya. "Keseriusan kita untuk menuntut ilmu ditentukan banyaknya waktu kita untuk belajar," tegasnya.
Selain itu, dia juga menekankan pentingnya bersosialisasi dan berorganisasi. Hal tersebut dilakukan sepanjang pendidikan di SMP, SMA, hingga kuliah, terus berkecimpung dalam organisasi. Dia menegaskan, kemampuan berinteraksi dengan lingkungan menjadi modal penting bagi santri kelak dalam menjalani kehidupan nyata.
"Tantangan interaksi saat ini tak semudah dulu. Di luar banyak hal telah mengubah pergaulan. Hadirnya teknologi, internet, membuat orang saling terhubung yang harus digunakan untuk menambah relasi dan pengetahuan. Dengan berinteraksi, kita bisa mengerti karakter orang," katanya.
Denny menegaskan, organisasi apapun, baik internal pesantren hingga seni dan olahraga sangat penting. Dengan saling mengenal, seseorang akan bisa mengetahui kekurangan dan kelebihan masing-masing. "Hal ini yang kemudian memacu kita untuk menutupi kekurangan dan lebih mengasah kemampuan kita lebih bagus lagi," katanya.
Termasuk saat kuliah, kesukaan ayah tiga anak ini untuk berorganisasi terus diasah. Ia pun terjun dalam Pers Mahasiswa dan Senat (sekarang Badan Eksekutif mahasiswa).
Ia mengatakan, lewat berorganisasi kemampuan memimpin akan terasah. Teman-temannya seperti pakar hukum Tata Negara Refly Harun juga Gubernur Jakarta Anis Baswedan adalah orang-orang yang rajin membaca, menulis dan berorganisasi. Dengan berorganisasi kesempatan maju lebih besar.
"Orang besar, biasanya adalah para aktivis. Selain mereka yang bekerja keras dan tekun belajar," tegasnya. Tamat dari Fakultas Hukum UGM, Denny melanjutkan kuliah S2 di AS dan selanjutnya diterima menjadi dosen di UGM.
Lalu ia pun melanjutkan study dengan beasiswa S3 atau doktor di Australia. "Dari situ saya terus belajar, menulis di berbagai media. Terutama terkait dengan pemerintahan dan hukum yang menjadi bidang saya. Sampai kemudian ditawari jadi staf khusus di bidang hukum dan Wakil Menteri Hukum dan HAM era Presiden SBY," katanya.
Sementara itu, pengasuh PP Anwar Muhammad, KH Fadhli Jamal menyatakan sangat bersyukur atas kedatangan Haji Denny guna berbagi pengalaman. Hal tersebut akan menjadi motivasi bagi santri untuk lebih giat belajar. "Ada sekitar 250 santri dan santriwati yang belajar di sini. Berharap semua santri bisa sukses dengan belajar tekun dari pengalaman Pak Haji Denny," katanya.
Wamenkum HAM era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) berbagi pengalaman dan motivasi belajar. "Sangat beruntung saat ini adik-adik bisa duduk di lembaga pendidikan pondok pesantren. Saya sendiri kalau bisa memutar waktu, ingin belajar di pesantren," kata pria yang sering dipanggil Haji Denny itu. (Baca juga: Maklumat Anti Politik Uang Haji Denny-Difri)
Dia mengatakan, pendidikan pesantren menjadi salah satu solusi terbaik menghadapi tantangan zaman. Basis ilmu agama yang dimiliki santri akan menyelamatkan dari kerusakan tatatan pergaulan modern yang hedonis dan jauh dari manfaat bagi orang lain. Meski demikian, Haji Denny juga menekankan para santri juga membuka diri dari perkembangan informasi dunia luar. "Ini penting juga, agar para santri tidak ketinggalan dari pesatnya informasi pengetahuan saat ini melalui dunia digital," ujarnya. (Baca juga: Gempa 5,3 SR Guncang Pesisir Selatan hingga Padang)
Pria kelahiran Stagen, sebuah desa terpencil di Kotabaru ini berhasil meraih pendidikan hingga jenjang tertinggi. Termasuk menduduki jabatan strategis di pemerintahan. Semua kesuksesan itu dapat diraih dengan vara belajar sungguh-sungguh dan membuat perencanaan dalam hidup.
"Saya mengawali pendidikan di TK Tunas Rimba, Stagen Kotabaru. Lalu pindah ke Banjarbaru, melanjutkan sekolah di SDN Mawar Kencana Banjarbaru, SMPN 2 Banjarbaru, dan SMAN 1 Banjarbaru," kisahnya.
Denny mengatakan, sekolah atau belajar dimana pun sepanjang serius, pasti ada manfaatnya. "Keseriusan kita untuk menuntut ilmu ditentukan banyaknya waktu kita untuk belajar," tegasnya.
Selain itu, dia juga menekankan pentingnya bersosialisasi dan berorganisasi. Hal tersebut dilakukan sepanjang pendidikan di SMP, SMA, hingga kuliah, terus berkecimpung dalam organisasi. Dia menegaskan, kemampuan berinteraksi dengan lingkungan menjadi modal penting bagi santri kelak dalam menjalani kehidupan nyata.
"Tantangan interaksi saat ini tak semudah dulu. Di luar banyak hal telah mengubah pergaulan. Hadirnya teknologi, internet, membuat orang saling terhubung yang harus digunakan untuk menambah relasi dan pengetahuan. Dengan berinteraksi, kita bisa mengerti karakter orang," katanya.
Denny menegaskan, organisasi apapun, baik internal pesantren hingga seni dan olahraga sangat penting. Dengan saling mengenal, seseorang akan bisa mengetahui kekurangan dan kelebihan masing-masing. "Hal ini yang kemudian memacu kita untuk menutupi kekurangan dan lebih mengasah kemampuan kita lebih bagus lagi," katanya.
Termasuk saat kuliah, kesukaan ayah tiga anak ini untuk berorganisasi terus diasah. Ia pun terjun dalam Pers Mahasiswa dan Senat (sekarang Badan Eksekutif mahasiswa).
Ia mengatakan, lewat berorganisasi kemampuan memimpin akan terasah. Teman-temannya seperti pakar hukum Tata Negara Refly Harun juga Gubernur Jakarta Anis Baswedan adalah orang-orang yang rajin membaca, menulis dan berorganisasi. Dengan berorganisasi kesempatan maju lebih besar.
"Orang besar, biasanya adalah para aktivis. Selain mereka yang bekerja keras dan tekun belajar," tegasnya. Tamat dari Fakultas Hukum UGM, Denny melanjutkan kuliah S2 di AS dan selanjutnya diterima menjadi dosen di UGM.
Lalu ia pun melanjutkan study dengan beasiswa S3 atau doktor di Australia. "Dari situ saya terus belajar, menulis di berbagai media. Terutama terkait dengan pemerintahan dan hukum yang menjadi bidang saya. Sampai kemudian ditawari jadi staf khusus di bidang hukum dan Wakil Menteri Hukum dan HAM era Presiden SBY," katanya.
Sementara itu, pengasuh PP Anwar Muhammad, KH Fadhli Jamal menyatakan sangat bersyukur atas kedatangan Haji Denny guna berbagi pengalaman. Hal tersebut akan menjadi motivasi bagi santri untuk lebih giat belajar. "Ada sekitar 250 santri dan santriwati yang belajar di sini. Berharap semua santri bisa sukses dengan belajar tekun dari pengalaman Pak Haji Denny," katanya.
(shf)