Cerita Seru Mendaki Gunung Gede di Masa Pandemi

Sabtu, 14 November 2020 - 06:22 WIB
loading...
A A A
Salah satu guide yang mendampingi kami mengatakan, keberadaan pedagang dan relawan memang ada kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya, pendaki yang sakit bisa ditolong lebih cepat. Pengunjung juga dimanjakan dengan tersedianya mie siap saji, air mineral, gorengan, buah sampai minuman aneka rasa. Kekurangannya sampah berserakan di mana-mana. Namun diakui, para pedagang, relawan bersama para pemandu wisata kerap melakukan pembersihan di TNGP. (Resep Sayur Lodeh, Makanan Khas Jawa Barat yang Bikin Ketagihan)

Malam itu, kami membuka tenda dengan berselimut kabut Surya Kencana. Hingga keesokan paginya, usai berbenah dan mengambil air dari mata air di padang indah ini untuk persiapan sarapan dan bekal perjalanan berikutnya. Namun sayang, di sekitar mata air mengalir jernih itu masih ada saja pendaki yang membuang hajat. Padahal ada ratusan orang mengakses air ini ketika bermalam atau melintas. Menjelang siang, cuaca sangat cerah.

Usai sarapan dan beres-beres, kami berangkat menuju puncak gunung Gede. Beruntungnya, anak kami, Umar tidak rewel. Di dalam kursi gendong yang saya panggul, Umar sangat senang dan nampak begitu menikmati pendakian. Hujan rintik kemudian deras, mewarnai perjalanan menuju puncak. Namun tidak berlangsung lama. Persis pukul 12.45, hujan berangsur menipis, dan kami putuskan untuk melanjutkan perjalanan.

Melintasi jalan terjal berbatu dan akar pohon di sepanjang jalur menuju puncak, memaksa banyak pendaki melepaskan masker. Alasannya sederhana, terasa sesak saat bernafas. “Yang penting jaga jarak Om,” seloroh seorang anak muda di dekat kami.

Subhanallah walhamdulillah wala ilaha illallah wallahu akbar….! Tepat pukul 13.12 WIB, kami sampai di puncak gunung berketinggian 2.958Mdpl ini. Suasana haru makin nelangsa diiring gerimis yang membasahi tanah dan tubuh kami. Sejenak kami nikmati makanan ringan yang ada. Kurang lebih setengah jam berada di puncak dan puas berswa foto, kami kemudian bergegas ke bawah, turun via jalur Cibodas.

Jalur Cibodas dikenal panjang dan berbatu, namun lebih landai. Walau perjalanan pulang sedikit lebih mudah, tapi kami putuskan untuk beristirahat sejenak dan makan siang di Kandang Badak, nama Pos Pendakian di persimpangan antara jalur gunung Gede dan Pangrango. Tak berapa lama, kami pun melanjutkan perjalanan hingga tiba di gerbang jalur Cibodas.

Yang disesalkan, terlihat pendaki yang masuk dan keluar di gerbang Cibodas tidak dites suhu tubuh. Jumlah petugas yang berjaga juga tidak memadai. Padahal ini penting, untuk mengontrol aktivitas para pendaki terutama memastikan bahwa protokol kesehatan penanganan pandemi benar-benar dijalankan.

Tak hanya itu. Satu kebiasaan buruk yang dari dulu tak berubah, yakni masih saja ada pendaki yang membuang sampah terserah, terutama di sepanjang jalur pendakian dan shelter-shelter yang disediakan. Meski tidak sedikit pula pendaki yang senantiasa menjaga kebersihan gunung, dengan membuat program bersih gunung bahkan pendakian zero waste dan lainnya. Hal positif ini dilakukan sebagai wujud cinta para pendaki di area bermain dan belajarnya, sekaligus tempat berpetualangnya.
(end)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1492 seconds (0.1#10.140)