Yayasan 10 November, Langkah Warga Berantas Kemiskinan Lewat Pendidikan
loading...
A
A
A
SURABAYA - Banyak cara dilakukan untuk memaknai Hari Pahlawan . Salah satunya yang dilakukan warga Surabaya, dengan mendirikan Yayasan 10 November . Yayasan ini hadir dari masyarakat Surabaya, untuk melestarikan spirit 10 November melalui tindakan nyata. Salah satu tindakan nyata itu dilakukan dalam upaya mengentas kemiskinan melalui bidang pendidikan. (Baca juga: Korwil MOI Bali Nusra Terancam Dipolisikan Usai Catut Nama Wartawan )
Ketua Pengurus Yayasan 10 November , Bachrul Amiq menuturkan, 10 November adalah momentum bersejarah dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Ketika dahulu arek-arek Suroboyo mempertahankan negeri ini dari kembalinya penjajah ke Indonesia, maka sebagai generasi penerus bangsa sudah seharusnya mengisi kemerdekaan yang telah dipertahankan oleh para pahlawan .
"Nah, salah satu cita-cita kemerdekaan yang masih perlu mendapat perhatian adalah mencerdaskan bangsa. Apalagi, konstitusi ini menjamin bahwa setiap warga Negara harus memperoleh pendidikan," kata Amiq, Selasa (10/11/2020).
Ia melanjutkan, faktanya adalah masih ada warga negara yang sulit mengakses pendidikan itu dengan alasan ekonomi, karena keterbatasan daya tampung sekolah-sekolah gratis negeri ataupun swasta. Nah, atas dasar inilah kemudian memantik mereka untuk mengumpulkan orang-orang mumpuni dengan berbuat tindakan nyata mendukung pemerintah.
"Bentuknya kita mendirikan Yayasan 10 November . Jadi resmi didirikan yang tujuannya murni untuk kegiatan sosial dalam rangka memberikan biaya pendidikan untuk anak-anak miskin," jelasnya. (Baca juga: Tak Kuat Bertengkar dengan Kekasih, Pria Ini Tegak Racun Rumput )
Nantinya, kata Amiq, kegiatan yayasan 10 November ini adalah bagaimana menghimpun dana dari publik. Baik itu dari masyarakat sebagai individu, ataupun badan usaha. "Nantinya dana yang telah terkumpul itu akan disalurkan dalam bentuk biaya pendidikan," katanya.
Amiq yang juga Rektor Universitas Dr. Soetomo Surabaya (Unitomo) Surabaya ini menyatakan, bantuan biaya pendidikan itu tak hanya sekadar disalurkan. Sebab, pihaknya juga melakukan pendampingan, monitoring dan evaluasi terhadap bagaimana keberhasilan dari siswa yang mendapat bantuan pendidikan itu. "Jadi anak yang kita berikan biaya pendidikan itu sejauh mana berhasil, sustainable-nya (berkelanjutan)," jelasnya. (Baca juga: Ada Suara Gemuruh Dari Merapi, BPPTKG: Guguran Material Lama )
Menurut dia, bantuan biaya pendidikan ini bakal menyasar ke semua jenjang, baik itu SD, SMP, SMA maupun perguruan tinggi. Tentunya mereka yang mendapat bantuan ini betul-betul berasal dari keluarga miskin. "Jadi untuk semua jenjang pendidikan. Ketika ada anak dari keluarga miskin kita lakukan verifikasi dulu, dan jika benar maka kita bantu," urai dia.
Amiq menyampaikan, bahwa tujuan akhir dari tindakan nyata melalui bidang pendidikan ini sebetulnya untuk melakukan lompatan status sosial ekonomi. Ia mencontohkan, ketika orang tua penerima bantuan ini adalah tukang tambal ban, dan anaknya disekolahkan hingga tinggi, maka anak itu harus lebih sukses dan dapat menyejahterahkan keluarganya.
"Jadi saya kira kita harus melakukan bantuan itu secara tuntas sampai melakukan perubahan status sosial ekonomi anak dari keluarga miskin akhirnya menjadi mampu atau tidak miskin," kata Amiq. (Baca juga: Timses Bupati Pelalawan Diduga Kendalikan Jaringan Narkotika Internasional )
Sementara itu, Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini sebelumnya menyatakan, saat ini seluruh pemangku kebijakan telah menjadi sosok pahlawan kemanusiaan. Di saat pandemi ini, mereka telah membuktikan bahwa seluruh elemen masyarakat berbondong-bondong memutus wabah dengan cara yang beraneka ragam. Dari situlah ia menyimpulkan, bahwa makna pahlawan bukan lagi membawa senjata.
"Menjadi pahlawan kemanusiaan itu dapat dilakukan oleh siapapun. Nah, sekarang ini yang perlu terus kita tingkatkan adalah kita harus menjadi pahlawan - pahlawan kemanusiaan," kata Risma usai Upacara Peringatan Hari Pahlawan ke-75 di Taman Surya Balai Kota Surabaya.
Ketua Pengurus Yayasan 10 November , Bachrul Amiq menuturkan, 10 November adalah momentum bersejarah dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Ketika dahulu arek-arek Suroboyo mempertahankan negeri ini dari kembalinya penjajah ke Indonesia, maka sebagai generasi penerus bangsa sudah seharusnya mengisi kemerdekaan yang telah dipertahankan oleh para pahlawan .
"Nah, salah satu cita-cita kemerdekaan yang masih perlu mendapat perhatian adalah mencerdaskan bangsa. Apalagi, konstitusi ini menjamin bahwa setiap warga Negara harus memperoleh pendidikan," kata Amiq, Selasa (10/11/2020).
Ia melanjutkan, faktanya adalah masih ada warga negara yang sulit mengakses pendidikan itu dengan alasan ekonomi, karena keterbatasan daya tampung sekolah-sekolah gratis negeri ataupun swasta. Nah, atas dasar inilah kemudian memantik mereka untuk mengumpulkan orang-orang mumpuni dengan berbuat tindakan nyata mendukung pemerintah.
"Bentuknya kita mendirikan Yayasan 10 November . Jadi resmi didirikan yang tujuannya murni untuk kegiatan sosial dalam rangka memberikan biaya pendidikan untuk anak-anak miskin," jelasnya. (Baca juga: Tak Kuat Bertengkar dengan Kekasih, Pria Ini Tegak Racun Rumput )
Nantinya, kata Amiq, kegiatan yayasan 10 November ini adalah bagaimana menghimpun dana dari publik. Baik itu dari masyarakat sebagai individu, ataupun badan usaha. "Nantinya dana yang telah terkumpul itu akan disalurkan dalam bentuk biaya pendidikan," katanya.
Amiq yang juga Rektor Universitas Dr. Soetomo Surabaya (Unitomo) Surabaya ini menyatakan, bantuan biaya pendidikan itu tak hanya sekadar disalurkan. Sebab, pihaknya juga melakukan pendampingan, monitoring dan evaluasi terhadap bagaimana keberhasilan dari siswa yang mendapat bantuan pendidikan itu. "Jadi anak yang kita berikan biaya pendidikan itu sejauh mana berhasil, sustainable-nya (berkelanjutan)," jelasnya. (Baca juga: Ada Suara Gemuruh Dari Merapi, BPPTKG: Guguran Material Lama )
Menurut dia, bantuan biaya pendidikan ini bakal menyasar ke semua jenjang, baik itu SD, SMP, SMA maupun perguruan tinggi. Tentunya mereka yang mendapat bantuan ini betul-betul berasal dari keluarga miskin. "Jadi untuk semua jenjang pendidikan. Ketika ada anak dari keluarga miskin kita lakukan verifikasi dulu, dan jika benar maka kita bantu," urai dia.
Amiq menyampaikan, bahwa tujuan akhir dari tindakan nyata melalui bidang pendidikan ini sebetulnya untuk melakukan lompatan status sosial ekonomi. Ia mencontohkan, ketika orang tua penerima bantuan ini adalah tukang tambal ban, dan anaknya disekolahkan hingga tinggi, maka anak itu harus lebih sukses dan dapat menyejahterahkan keluarganya.
"Jadi saya kira kita harus melakukan bantuan itu secara tuntas sampai melakukan perubahan status sosial ekonomi anak dari keluarga miskin akhirnya menjadi mampu atau tidak miskin," kata Amiq. (Baca juga: Timses Bupati Pelalawan Diduga Kendalikan Jaringan Narkotika Internasional )
Sementara itu, Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini sebelumnya menyatakan, saat ini seluruh pemangku kebijakan telah menjadi sosok pahlawan kemanusiaan. Di saat pandemi ini, mereka telah membuktikan bahwa seluruh elemen masyarakat berbondong-bondong memutus wabah dengan cara yang beraneka ragam. Dari situlah ia menyimpulkan, bahwa makna pahlawan bukan lagi membawa senjata.
"Menjadi pahlawan kemanusiaan itu dapat dilakukan oleh siapapun. Nah, sekarang ini yang perlu terus kita tingkatkan adalah kita harus menjadi pahlawan - pahlawan kemanusiaan," kata Risma usai Upacara Peringatan Hari Pahlawan ke-75 di Taman Surya Balai Kota Surabaya.
(eyt)