Peringati Hari Pahlawan, Komunitas Ini Singgung Eri Cahyadi
loading...
A
A
A
SURABAYA - Untuk memperingati Hari Pahlawan 10 November , belasan pemuda menggelar aksi di depan Rumah Radio Bung Tomo di Jalan Mawar, Surabaya, Senin (9/10) malam. Dalam aksinya, mereka menyinggung nama calon Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi.
Belasan pemuda yang tergabung dalam komunitas Wong Suroboyo ini menggelar aksi dengan menyalakan lilin secara bersama-sama. Hal itu dilakukan sebagai tanda keprihatinan para generasi milenial atas nasib Rumah Radio Bung Tomo. (Baca juga: Peringati Hari Pahlawan, Pelajar di Surabaya Pentaskan Drama Kolosal )
Selain itu, para pemuda secara bergantian menyampaikan orasi perihal Rumah Radio Bung Tomo. “Di belakang kita ini bangunan cagar budaya, rumah Radio Bung Tomo. Kalau tidak ada ini pasti tidak ada kemerdekaan di Surabaya. Tapi sekarang nasibnya hancur,” kata salah satu pemuda peserta aksi saat berorasi.
Dalam orasinya mereka juga menyingung Calon Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi. Mereka menyebut nama Eri yang pernah menjabat sebagai Kepala Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Pemkot Surabaya.
“Rumah di belakang ini merupakan tempat yang paling bersejarah di Surabaya. Tempat seperti ini wajib dilindungi oleh pemerintah. Namun nyatanya saat 2016 bangunan rumah ini diratakan dan kita tahu Dinas Cipta Karya Tata Ruang Pemkot Surabaya saat itu dikepalai Pak Eri Cahyadi. Apakah layak calon walikota seperti ini maju dalam pemilihan Wali Kota Surabaya? Biar masyarakat yang menilai,” katanya.
Usai menyampaikan orasinya, para pemuda ini berbaris membentuk huruf U dan melakukan doa bersama. Kemudian aksi ini ditutup dengan menyanyikan lagu nasional Indonesia Raya. (Baca juga: Makna Pahlawan di Mata Anak Papua Binaan BRSPDF Wirajaya )
Koordinator Wong Suroboyo Unang Setia menjelaskan, selain untuk memperingati Hari Pahlawan, aksi ini juga sebagai bentuk kritik terhadap pemerintah. Menurutnya, meski saat ini Rumah Radio Bung Tomo telah dibangun dengan bangunan baru, namun bangunan baru tersebut sudah tidak lagi memiliki nilai sejarah.
“Bangunan baru sudah tidak ada lagi nilai sejarahnya, itu yang kita kritik. Apalagi orang yang merobohkan bangunan bersejarah ini adalah orang yang akan memimpin di Surabaya. Itu yang tidak kita setujui,” tegas Unang.
Ia menilai bahwa Eri Cahyadi menjadi salah satu orang yang bertanggungjawab atas hilangnya nilai sejarah Rumah Radio Bung Tomo. “Dulu sebagai Kepala Dinas Cipta Karya Tata Ruang. Kita tidak setuju jika Pak Eri menjadi Walikota,” pungkasnya.
Lihat Juga: Digadang-gadang Jadi Panglima, Mayjen Imam Soedja'i Pilih Berperang pada Pertempuran November 1945
Belasan pemuda yang tergabung dalam komunitas Wong Suroboyo ini menggelar aksi dengan menyalakan lilin secara bersama-sama. Hal itu dilakukan sebagai tanda keprihatinan para generasi milenial atas nasib Rumah Radio Bung Tomo. (Baca juga: Peringati Hari Pahlawan, Pelajar di Surabaya Pentaskan Drama Kolosal )
Selain itu, para pemuda secara bergantian menyampaikan orasi perihal Rumah Radio Bung Tomo. “Di belakang kita ini bangunan cagar budaya, rumah Radio Bung Tomo. Kalau tidak ada ini pasti tidak ada kemerdekaan di Surabaya. Tapi sekarang nasibnya hancur,” kata salah satu pemuda peserta aksi saat berorasi.
Dalam orasinya mereka juga menyingung Calon Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi. Mereka menyebut nama Eri yang pernah menjabat sebagai Kepala Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Pemkot Surabaya.
“Rumah di belakang ini merupakan tempat yang paling bersejarah di Surabaya. Tempat seperti ini wajib dilindungi oleh pemerintah. Namun nyatanya saat 2016 bangunan rumah ini diratakan dan kita tahu Dinas Cipta Karya Tata Ruang Pemkot Surabaya saat itu dikepalai Pak Eri Cahyadi. Apakah layak calon walikota seperti ini maju dalam pemilihan Wali Kota Surabaya? Biar masyarakat yang menilai,” katanya.
Usai menyampaikan orasinya, para pemuda ini berbaris membentuk huruf U dan melakukan doa bersama. Kemudian aksi ini ditutup dengan menyanyikan lagu nasional Indonesia Raya. (Baca juga: Makna Pahlawan di Mata Anak Papua Binaan BRSPDF Wirajaya )
Koordinator Wong Suroboyo Unang Setia menjelaskan, selain untuk memperingati Hari Pahlawan, aksi ini juga sebagai bentuk kritik terhadap pemerintah. Menurutnya, meski saat ini Rumah Radio Bung Tomo telah dibangun dengan bangunan baru, namun bangunan baru tersebut sudah tidak lagi memiliki nilai sejarah.
“Bangunan baru sudah tidak ada lagi nilai sejarahnya, itu yang kita kritik. Apalagi orang yang merobohkan bangunan bersejarah ini adalah orang yang akan memimpin di Surabaya. Itu yang tidak kita setujui,” tegas Unang.
Ia menilai bahwa Eri Cahyadi menjadi salah satu orang yang bertanggungjawab atas hilangnya nilai sejarah Rumah Radio Bung Tomo. “Dulu sebagai Kepala Dinas Cipta Karya Tata Ruang. Kita tidak setuju jika Pak Eri menjadi Walikota,” pungkasnya.
Lihat Juga: Digadang-gadang Jadi Panglima, Mayjen Imam Soedja'i Pilih Berperang pada Pertempuran November 1945
(don)