Ada Pandemi COVID-19, 7.040 Balita di Surabaya Alami Stunting

Sabtu, 07 November 2020 - 16:42 WIB
loading...
Ada Pandemi COVID-19, 7.040 Balita di Surabaya Alami Stunting
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya Febria Rachmanita. Foto/SINDOnews/Aan Haryono
A A A
SURABAYA - Di tengah pandemi COVID-19 ancaman stunting masih terjadi. Tercatat, sampai September angka stunting balita di Surabaya mencapai 7.040 dari 178.043 balita atau sekitar 3,95 persen. (Baca juga: Hadiri Debat Terbuka Akhyar-Salman Kenakan Tengkuluk Melayu, Bobby-Aulia Bargaya Kasual Jeans )

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya , Febria Rachmanita menuturkan, kalau melihat data tiap tahun angka stunting mengalami penurunan. Tercatat pada 2016, angka stunting di Surabaya sebanyak 29.608 balita atau 17,44 persen. Tahun 2017 sebanyak 19.362 balita atau 10,78 persen. Tahun 2018 sebanyak 16.220 balita atau 8,92 persen. Lalu tahun 2019 sebanyak 15.391 atau 8,54 persen.

"Tahun ini jumlah stunting 7.040 balita dari 178.043 balita atau hanya sekitar 3,95 persen. Jika melihat dari data ini, maka angka stunting menunjukkan tren penurunan," kata Feny, panggilan akrabnya, Sabtu (7/11/2020).

Ia melanjutkan, stunting sendiri merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak berusia di bawah lima tahun (balita). Penyebabnya, karena kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, terutama dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yaitu dari janin hingga anak berusia 23 bulan atau 24 bulan kurang sehari. (Baca juga: Diduga Gunakan Fasilitas Negara untuk Kampanye, ASN Surabaya Dilaporkan )

"Anak stunting memiliki tingkat kecerdasan tidak maksimal, rentan penyakit dan mempengaruhi produktivitas seseorang. Makanya, kami terus konsen dalam mencegah stunting , sehingga berhasil menurunkan angka stunting itu," ucapnya.



Feny menjelaskan, tren penurunan itu tidak lepas dari berbagai program yang telah dilakukan. Ia mengakui sudah melaksanakan strategi nasional percepatan pencegahan stunting 2018-2024 yang berisi lima pilar percepatan pencegahan stunting , yaitu komitmen dan visi kepemimpinan nasional dan daerah, kampanye nasional dan komunikasi perubahan perilaku, konvergensi program pusat, daerah dan desa, ketahanan pangan dan gizi, serta pemantauan dan evaluasi.

Bahkan, ia juga mengaku sudah menjalankan delapan aksi yang harus dilakukan dalam percepatan pencegahan stunting , yaitu analisis situasi, rencana kegiatan (RAD), rembuk stunting , peraturan kepala daerah tentang peran desa atau kelurahan, pembinaan kader pembangunan manusia, sistem manajemen data, pengukuran dan publikasi stunting , serta review kinerja tahunan. (Baca juga: Sebar Hoaks Pasien COVID-19 Tewas Matanya Hilang, 7 Orang Dibekuk Polisi )

Khusus intervensi spesifik atau sektor kesehatan, pihaknya membuat program pemberian makanan tambahan untuk ibu hamil, menyusui dan calon pengantin, pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) untuk Ibu Hamil dan remaja putri, Imunisasi, Pemberian Obat Cacing, Taburia dan Vitamin A pada Balita, memberikan multivitamin untuk anak PAUD, PMT Balita (Biskuit dan PMT Penyuluhan di Posyandu), dan Pendampingan balita.

Selain itu, ada pula pendampingan 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), Pengembangan Kampung ASI, Pos Gizi, Kelompok Ibu Pintar Balita Sehat, Kelas Ibu Hamil, Audit Gizi Buruk, Monitoring Garam Beryodium, Therapeutic Feeding Center (TFC) dan Community Feeding Center (CFC), dan Pelacakan Kasus Gizi Buruk.

Ia melanjutkan, ada juga survei Keluarga Sadar Gizi, Posyandu Balita, Penyediaan Pojok Laktasi di Tempat Bekerja dan Fasilitas Umum, Manajemen Terpadu Balita Sakit, dan Penyediaan Ambulan NETSS dan METS. "Kontribusi sektor kesehatan dalam percepatan pencegahan stunting ini sebesar 30 persen," jelasnya. (Baca juga: Bobby Tawarkan Program Sentra UMKM di Setiap Kelurahan yang Melek Digital )

Sedangkan intervensi sensitif atau di luar sektor kesehatan, Dinas Kesehatan Surabaya bersinergi dengan semua dinas di Pemkot Surabaya sesuai dengan tugasnya masing-masing. Sebab, pihaknya sadar bahwa dalam menangani stunting itu tidak bisa dilakukan sendirian oleh Dinas Kesehatan, tapi harus bersinergi dengan semua dinas.
(eyt)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2085 seconds (0.1#10.140)