Akibat Wabah COVID-19, Warga Jabar Penerima Subsidi Melonjak 38 Juta Jiwa

Kamis, 07 Mei 2020 - 22:18 WIB
loading...
Akibat Wabah COVID-19,...
Gubernur Jabar Ridwan Kamil menjadi pembicara di Webinar Injabar Unpad, Kamis (7/5/2020). Foto/Dok.Humas Pemprov Jabar
A A A
BANDUNG - Jumlah warga Jawa Barat yang membutuhkan subsidi pemerintah melonjak dari sebelumnya 9,3 juta jiwa menjadi 38 juta jiwa akibat pandemi virus Corona (COVID-19).

Hal itu mengemuka dalam Seminar Online Institut Pembangunan Jawa Barat (Injabar) Universitas Padjadjaran (Unpad) yang menghadirkan Gubernur Jabar, Ridwan Kamil sebagai pembicara di Bandung, Kamis (7/5/2020).

Gubernur yang akrab disapa Kang Emil itu mengungkapkan, terdapat peningkatan jumlah peduduk Jabar yang diberi subsidi, yakni dari 9,4 juta jiwa menjadi 38 juta jiwa atau lebih dari 2/3 dari total populasi di Jabar yang mencapai 50 juta jiwa lebih. Adapun mayoritas penduduk yang perlu dibantu berada di wilayah selatan Jabar.

“Jadi, bapak dan ibu, 2/3 rakyat Jawa Barat hari ini meminta tanggungan dari negara. Dari 9,4 juta jiwa sekarang lompat menjadi 38 juta jiwa," sebutnya.

Terkait hal tersebut, Kang Emil pun menyoroti pentingnya keadilan fiskal, yakni perspektif anggaran yang perlu diterapkan pemerintah pusat ke daerah harus berdasarkan jumlah penduduk, bukan jumlah wilayah.

Dia menjelaskan, Provinsi Jabar dengan jumlah penduduk lebih besar dibandingkan provinsi tetangga, namun anggaran dari pemerintah pusat lebih sedikit. Contohnya berkaitan dana desa yang dibagikan berdasarkan jumlah desa, bukan jumlah penduduk.

“Jadi, ada ketidakadilan fiskal. Cara pemerintah pusat memberikan dana kepada daerah, proporsi penduduk itu tidak pernah dijadikan patokan. Dan terasanya itu pada saat COVID-19, anggaran sedikit penduduk kita (Jabar) banyak, sementara provinsi lain penduduknya sedikit anggarannya lebih banyak, maka menolong orangnya akan lebih berkualitas," paparnya.

Oleh karenanya, Kang Emil berharap, kepekaan atau sosolidaritas sosial untuk membantu sesama kini sangat dibutuhkan. Terlebih, pada momentum bulan suci Ramadhan ini.

"Dari kaca mata kami, narasi pembatasan sosial kedaruratan (berubah) menjadi solidaritas sosial. Apalagi ini bulan Ramadan, bulan keberkahan, bulan tolong menolong," ujarnya.

"Bahwa COVID-19 ini adalah perang yang meluluhlantahkan semua dimensi pembangunan, tidak hanya kesehatan, ekonomi, sosial, dan lain sebagainya," sambung Kang Emil.

Dalam seminar online ini, Kang Emil juga mengatakan, dalam penanganan COVID-19, Provinsi Jabar kini mampu mengetes sekitar 2.000 sampel per hari dengan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) di 15 laboratorium.

Selain itu, Jabar juga memiliki 54 lokasi pemakaman yang telah disiapkan untuk korban meninggal COVID-19. Kang Emil pun menegaskan bahwa pihaknya akan memperbanyak pengetesan COVID-19 di tempat-tempat kerumunan seperti pasar tradisional.

"Saya laporkan jumlah pasien positif yang dirawat di rumah sakit. Dari jumlah 400-an (pasien) di akhir April, seminggu (awal Mei) ini sudah tinggal 300-an pasien positif yang ada di rumah sakit. Ini ada anomali, berita baik ini tolong sampaikan ke para dokter dan tenaga kesehatan bahwa di Jawa Barat jumlah pasien positif yang dirawat di rumah sakit turun,” tutur Kang Emil.

"Kemudian angka kematian (akibat COVID-19) juga turun, dari tujuh kematian per hari sekarang jadi empat kematian per hari. Juga jumlah kesembuhan naik dua kali lipat, sehingga kita berharap tren positif ini terjaga," tandasnya.
(awd)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1213 seconds (0.1#10.140)