LIPA' Project Eksplorasi Makna Sarung ke Bentuk Seni Kolaborasi

Jum'at, 23 Oktober 2020 - 21:02 WIB
loading...
LIPA Project Eksplorasi Makna Sarung ke Bentuk Seni Kolaborasi
Penampilan seni tari sarung di Makassar. Rumata’ Artspace dan Makassar International Writers Festival (MIWF) akan menggelar LIPA’ Project yakni proyek lintas disiplin seni. Foto: Sindonews/dok
A A A
MAKASSAR - Rumata’ Artspace dan Makassar International Writers Festival (MIWF) menggagas LIPA’ Project, yaitu sebuah proyek lintas disiplin seni .

Berangkat dari bahasa bugis, yaitu LIPA' yang berarti sarung, kegiatan ini hendak mengeksplorasi makna dan sosio-politik tentang sarung ke dalam bentuk seni kolaborasi.

Melibatkan empat orang seniman yaitu Nurabdiansyah (ID), Eliza Collin (UK), Savira Devi (ID), dan Rachmat Mustamin (ID), LIPA’ Project akan berlangsung dalam rentang waktu bulan Oktober hingga Desember 2020. Di bulan Desember, para seniman akan mempresentasikan karyanya secara daring melalui platform Rumata’ Artspace .



LIPA’ Project mendapatkan hibah dari Connections Trough Culture, program dari British Council, dan menjadi rangkaian program Connections Through Culture UK-Southeast Asia Arts Mobility.

Pada mulanya, LIPA’ Project akan diselenggarakan di MIWF 2020 , namun karena pandemi Covid-19, kegiatannya dialihkan ke workshop intensif berbasis kelas online via zoom, yang rencananya akan diselenggarakan pada tanggal 23, sampai 25 Oktober 2020.

Workshop intensif akan mempertemukan para seniman dengan para praktisi sarung, diantaranya Ridwan Alimuddin (Motif dan Mitos Sarung Mandar), Nurwahidah-Ida EL Bahra (Sarung, Seni, dan Panggung), Dinny Jusuf (Makna Corak Sarung Toraja), Juwita Purnamasari (Serba-Serbi Sarung Sutera Bugis), dan Dahri Dahlan (Peranan Perempuan Penenun di Mandar).

Berbekal hasil workshop, para seniman yang terlibat akan berkolaborasi memproduksi karya yang menjadikan sarung sabagai subjek utama penceritaannya.


Seniman dan Project Leader, Rachmat Mustamin menyampaikan harapannya agar LIPA’ Project dapat menjadi proyek seni kolaboratif yang berdampak baik bagi seniman, penonton, dan pelestarian sarung.

“Harapan saya untuk LIPA' Project ini adalah kita dapat mengetahui serta mempelajari lebih jauh bahwa sarung tidak hanya sekadar selembar kain penutup tubuh, tetapi ada cerita, peristiwa dan bacaan yang terkandung di dalamnya baik dari segi motif maupun dalam konteks sosial-politiknya," ujarnya.

Mempresentasikan hasil workshop dalam bentuk seni berbasis digital/virtual, lanjut dia, akan lebih mendekatkan seniman dengan penontonnya, apalagi di masa-masa pandemi seperti ini.

"Saya juga berharap akan lahirnya diskusi-diskusi yang membicarakan sarung baik dari segi estetika maupun konteks lain, sepanjang proyek ini berlangsung," katanya.


Direktur MIWF , Lily Yulianti Farid mengatakan MIWF antusias melihat berbagai kemungkinan baru dalam penyampaian cerita. Karenanya LIPA’ Project menjadi sangat penting bagi MIWF, karena inisiatif ini menggali sesuatu yang sangat dekat, yakni sarung, dan akan diceritakan dengan cara yang sama sekali baru.

"Terlebih karena inisiatif ini dikerjakan di tahun 2020 yang memaksa setiap orang yang terlibat untuk menunjukkan daya adaptasi di tengah keterbatasan dan pembatasan," ujarnya.

Sebagai informasi tambahan, untuk mendapatkan informasi terbaru seputar LIPA’ Project, bisa didapatkan melalui akun Instagram @lipa_project.

(agn)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1465 seconds (0.1#10.140)