Sektor Pertanian Masih Produktif di Era Pandemi COVID-19

Jum'at, 16 Oktober 2020 - 17:02 WIB
loading...
Sektor Pertanian Masih Produktif di Era Pandemi COVID-19
IYKRA menghadirkan Circle of Data Leaders - 2nd Edition: ‘Level Up Agriculture Performances with Data Analytics’. Foto/Ist
A A A
SURABAYA - Berdasarkan Data Badan Pusat Statistik (BPS) 2020, sektor yang masih berproduksi ketika pandemi COVID-19 terjadi adalah sektor pertanian yang merupakan dasar dari perekonomian dari setiap negara.

Bahkan di masa pandemi, sektor ini masih tumbuh 16,24% pada triwulan II, tertinggi dibandingkan sektor ekonomi yang lain. Sebab, populasi manusia akan bertambah menjadi sekitar 8 miliar pada tahun 2023. Ini merupakan tantangan besar di sektor pertanian yang harus diselesaikan dengan teknologi. (Baca juga: Petani Disebut Tidak Kebagian Seperser Pun Dana PEN Rp695,2 T )

Diliputi oleh fenomena Big Data, volume data yang sangat besar dengan variasi yang luas dapat ditangkap, dianalisis, dan digunakan untuk pengambilan keputusan, teknologi baru seperti Internet of Things dan Cloud Computing diharapkan dapat memanfaatkan sektor pertanian. (Baca juga: Doni Monardo Sebut Aman, Iman, dan Imun Jadi Kunci Selamat dari Covid-19 )

IYKRA sebagai data-business innovator menghadirkan kembali, Circle of Data Leaders - 2nd Edition: ‘Level Up Agriculture Performances with Data Analytics’. Circle of Data Leaders, merupakan sebuah cara baru untuk untuk memperkenalkan kedaulatan data yang dapat berperan penting di berbagai sektor industri.

Circle of Data Leaders adalah acara eksklusif bagi para pemimpin perusahaan dari sektor industri untuk bertemu dengan para ahli dan profesional data.

“Dalam acara ini bersama para pemimpin industri ini, kita akan membahas tentang bagaimana Teknologi Data Analytics dapat meningkatkan produktivitas dan kinerja operasi pada aspek di Industri Pertanian. Mulai dari pengimplementasian teknologi smart farming dengan Integrasi Perangkat IoT (Internet of Things, pemanfaatan drone, aspek Brainware-Hardware-Software pertanian, analisis sensor untuk produksi Pertanian, hingga manajemen sumber daya,” kata CEO IYKRA, Fajar Jaman, dalam siaran pers yang diterima SINDOnews, Jumat (16/10/2020).

Laju pertumbuhan penduduk yang semakin besar hingga kebutuhan pangan yang semakin membesar membutuhkan adanya inovasi teknologi untuk industri agrikultur. Secara makro Indonesia pun masih perlu mengatasi permasalahan ketahanan pangan nasional.

Sementara itu, CEO PT Sewu Segar Nusantara (Sunpride) Cindyanto Kristian mengatakan, untuk membangun sistem pangan nasional hingga global yang dapat memberi makan populasi masa depan dengan cara yang berkelanjutan dan sehat, diperlukan perubahan di sepanjang rantai pasokan konstituennya.

“Mengurangi limbah makanan di sepanjang rantai pasokan dan mengurangi dampak produksi, pengemasan, penyimpanan, dan pengangkutannya menjadi faktor terpenting,” kata dia.

Menurut Cindyanto, Integration of Technology adalah salah satu inti dari strategi bisnis dalam sektor agrikultur. Integrasi tersebut juga menjadi kunci utama efektivitas dari program implementasi

Tak hanya itu, kata dia, untuk mengoptimalkan proses pertanian, perangkat IoT yang dipasang di pertanian juga mendukung proses dan pengumpilan data dalam siklus berulang yang memungkinkan petani untuk dengan cepat bereaksi terhadap masalah yang muncul dan perubahan dalam kondisi sekitar.

Data Analytics dapat membantu memantau produktivitas dan memungkinkan dapat membuat diprediksi lebih tepat. Sangat penting juga dalam menjaga efisiensi produksi pertanian sehingga penting untuk selalu mengelola risiko kegagalan operasi dalam menjalankan kinerja produktivitasnya.

“Namun, permasalahan utama bidang agrikultur di pedesaan sekarang adalah bagaimana kita bisa mengakses pasarnya atau mengelola rantai pasokan sehingga banyak peran masih bisa sangat terbuka di sini,” jelas Irendra Radjawali yang merupakan seorang praktisi dan implementator dari Drone Academy dan Inovator 4.0 Indonesia.

Dalam acara Circle of Data Leaders 2nd Edition, para pakar mengemukakan pendapatnya mengenai kondisi industri agrikultur saat ini. Yakni dan dengan melakukan pendekatan sistem pangan dengan inovasi teknologi akan membantu proses pengambilan keputusan yang biasanya terjadi di berbagai jenjang, dari mikro hingga makro. Sebab pasalnya setiap keputusan dibutuhkan ragam informasi yang berbeda. Sebenarnya ketersediaan data yang relevan untuk sektor pangan dan pertanian di Indonesia cukup beragam. Namun, masih terdapat beberapa tantangan.

Menurut Alika DV Tuwo yang merupakan World Food Programme, kualitas dan ragam data yang semakin baik dapat memperluas dan meningkatkan nilai tambah aplikasi penggunaan data. Tujuannya untuk membantu pengambilan keputusan dan inovasi teknologi juga dapat membantu setiap pihak untuk mengisi kesenjangan data tersebut sehingga dapat mengambil keputusan yang tepat dan cepat.

“Circle of Data Leaders melibatkan stakeholders publik yang berkompeten untuk pemaparan dan penjelasan kondisi dan kebutuhan industri agrikultur, sehingga kita dapat mengangkat topik bahasan yang relevan, aktual dan sesuai dengan kebutuhan industry,” kata dia.

Circle of Data Leaders kali ini turut didukung oleh Strategic Partners diantaranya Sunpride Indonesia, PT Astra Agro Lestari, Techbross GmbH Germany, BANOO dan juga didukung oleh Community Partners diantaranya, Innovator 4.0 Indonesia, Yurmayur, Data Science Indonesia, dan Mitra Desa Indonesia.
(nth)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1281 seconds (0.1#10.140)