Inovasi JPD Funky, Lindungi Tamu dan Karyawan Hotel Patra Semarang
loading...
A
A
A
SEMARANG - Dua bulan terakhir, Nur Sella Widyaningtyas, memiliki kebiasaan baru ketika tiba di tempat kerjanya Hotel Patra Semarang, Jalan Sisingamangaraja Kota Semarang . Tampil rapi dan cantik dengan balutan seragam khas hotel ternyata masih belum cukup.
Setelah menguas bedak ke pipi dan memastikan bibirnya berwarna merah bata, perempuan berparas ayu itu tak langsung memulai bekerja. Dia mengambil pakaian berbahan dasar plastik dengan beberapa motif batik yang menggantung di lemari untuk dikenakan.
Tak butuh waktu lama untuk mengenakan, karena pakaian yang disebut Jaket Pelindung Diri (JPD) yang didesain khusus pada masa pandemi Covid-19. Sekilas tampak seperti jas yakni kerah berbentuk V, dengan ujung lengan bawah dan atas, serta punggung, diberi hiasan kain perca batik.
Sementara untuk menyambungkan dua sisi kanan dan kiri menggunakan resleting agar mudah dikenakan maupun melepasnya. Dua perekat berhias batik melintang yang menutup resleting, kian menegaskan pakaian seragam ini mengusung kearifan lokal. (Baca: Serunya Menikmati Adu Paintball di Patra Semarang)
Lengan panjang hingga pergelangan akan melindungi tubuh bagian atas ketika bersenggolan dengan orang lain. Sementara panjang JPD hingga di bawah lutut, sehingga memungkinkan karyawan masih leluasa bergerak untuk melayani tamu.
“Kalau ribetnya sih enggak, karena memakaiannya kan mudah ada resleting sehingga mudah dibuka atau dilepasnya. Yang jelas JPD ini kan untuk kita sendiri, buat menjamin keamanan dan kenyamanan kita dari virus Covid-19 ,” kata gadis yang akrab disapa Sella itu, Kamis 8 Oktober.
“Kan kita kumpulnya banyak orang, kalau di ballroom dan resto itu orang datang dari mana-mana. Jadi yang lebih penting itu menjaga keamanan diri sendiri termasuk para tamu,” imbuhnya sembari mengenakan masker dan face shield.
Sella juga membungkus tangannya dengan sarung tangan berbahan karet, sehingga aman ketika beraktivitas melayani tamu. Meski sebagian besar tubuhnya terbalut plastik, namun gadis asal Ambarawa Kabupaten Semarang itu mengaku tak terlalu gerah.
“Di awal-awal memang terasa gerah, tapi kita kan kerjanya di ruang full AC, jadi nggak begitu gerah. Kita juga mobile, sliwar-sliwer (mondar-mandir) jadi tidak terasa panas. Memakainya selama acara berlangsung, paling lama ya sekira 2-3 jam,” lugasnya.
Dia mengaku, banyak tamu hotel yang memberi pujian terhadap inovasi JPD itu. Berbeda dari Alat Pelindung Diri (APD) yang dikenakan petugas medis, JPD tidak didesain polos sehingga yang mengenakan masih tetap bisa tampil cantik elegan. Bahkan, tak jarang yang memotret atau mengajak foto bersama. (Baca: 11 Hotel di Semarang Tutup Sementara, Ribuan Karyawan Dirumahkan)
“Ada banyak tamu yang bilang desainnya itu luar biasa bagus dan bentuknya macam-macam. Untuk dan cowok berbeda. Desainnya juga macam-macam, lucu-lucu. Katanya mereka merasa aman dan nyaman. Makanya sering diajak foto sama konsumen,” katanya sembari terkekeh.
Apresiasi disampaikan Koordinator Promosi dan Pendukung Wisata MICE Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI, Titik Wahyuni, saat menggelar acara di Hotel Patra Semarang. Dua karyawan hotel lengkap berseragam JPD tampak lincah melayani peserta Sosialisasi dan Simulasi Panduan Protokol Kesehatan Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition (MICE).
“Bagus sih, tadi awalnya surprise juga (melihat karyawan mengenakan JPD). Artinya local content kain yang ada di Semarang masuk dan fashionable. Tetapi dari segi kesehatannya, saya kurang mengerti kualitas (bahan) apakah sudah memenuhi standar atau tidak karena saya tidak terlibat dalam pembuatannya. Jadi saya melihat dari fesyennya saja,” kata Titik.
“Baru kali ini (melihat), makanya tadi surprise juga. Bagus ini dan itu desainnya termasuk funky, detail-detailnya lokal kontennya itu masuk batik sama tenun ya. Keren, bagus, dari sisi style itu bagus,” pujinya.
Inovasi JPD tersebut juga merupakan penerapan protokol kesehatan berbasis CHSE yang selama ini gencar disosialisasikan Kemenparekraf, pada usaha-usaha wisata dan ekonomi kreatif. Tujuannya untuk membangkitkan lagi sektor ini dari keterpurukan akibat pandemi Covid-19.
“Ya (merasa aman dan nyaman). Minimal dia (hotel) sudah paham dan sudah melaksanakan CHSE (Cleanliness/Kebersihan, Health/Kesehatan, Safety/Keamanan, dan Environment/Ramah Lingkungan). Kebetulan kami di sini juga lagi sosialisasi panduan ini. Jadi ternyata panduan sosialisasi itu sudah sampai ke masyarakat terutama hotel ini untuk pelayanan,” beber dia.
Wardiyono yang tengah menikmati sajian makan siang di restoran hotel juga tak kalah memberi pujian. Dia bersama sejumlah kolega dilayani karyawan lengkap dengan JPD. Beberapa di antaranya melayangkan pertanyaan seputar pakaian seragam itu. Setelah dijelaskan, bergegas bangkit dari kursi dan mengajak foto bersama.
“Saya lihat sepintas tadi bahwa dalam situasi dan kondisi saat ini (pandemi) di mana kita sama-sama menjaga untuk kesehatan dan secara fesyen memang sangat bagus, indah dilihat, nyaman dipandang, dan aman tentunya bagi yang memakai maupun orang lain,” jelas Wardiyono.
Pria yang tengah menempuh perjalanan ke beberapa daerah itu berharap inovasi JPD terus dikembangkan. Bahkan, jika perlu diterapkan ke hotel atau lokasi lain yang memberikan pelayanan kepada masyarakat. Sebab petugas yang melayani masyarakat secara langsung kebanyakan hanya mengenakan masker dan sarung tangan.
“Dengan seragam seperti itu akan menjadikan pemicu atau pun juga menjadikan wawasan bagi hotel-hotel lain, paling tidak bisa memberikan suatu motivasi tempat lain untuk menerapkan hal serupa. Oh ternyata menggunakan itu (JPD) di samping indah, dari sisi keamanan juga (terpenuhi). Persis APD-APD yang dipakai para tenaga medis,” ucapnya.
“Saya merasa lebih nyaman karena apa, di samping kita juga mengkhawatirkan datang ke suatu tempat, di hotel, kita juga khawatir situasinya aman apa enggak bagi diri kita? Kalau sama-sama saling menjaga (seperti ini) otomatis kita kan juga merasa aman,” tandasnya. (Baca: 60 Peserta Ikuti Pelatihan Pariwisata di Patra Semarang)
Untuk sementara, JPD dikenakan oleh karyawan dan karyawati yang bertugas melayani tamu di ruang pertemuan serta restoran. Sebab, dua tempat ini memungkinkan interaksi dan kontak fisik secara langsung antara tamu dengan karyawan hotel.
“Jadi untuk penggunaan JPD khususnya pada waiter dan waitress. Kami memang menggunakan inovasi khususnya kepada teman-teman pekerja yang guest contact (berhubungan langsung) dengan tamu. Hal ini juga melindungi pekerja dan juga memberikan rasa nyaman aman kepada tamu-tamu kami yang beraktivitas khususnya di hotel Patra Semarang,” jelas Sales & Marketing Manager Hotel Patra Semarang, Roni.
Untuk membuat JPD tersebut, pihaknya menggandeng desainer kondang asal Semarang Anne Avantie. Perawatannya cukup mudah, yakni JPD yang telah dikenakan akan disemprot cairan desinfektan. Diamkan beberapa saat kemudian lap dengan kain bersih dan jemur tak langsung di bawah terik matahari.
“Kalau untuk perawatan ini ada dua cara, yaitu dicuci dengan cairan yang sudah dilarutkan desinfektan. Kemudian untuk proses pengeringannya setelah dicuci dilap untuk menyerap air kemudian kita angin-anginkan. Tidak kita panaskan atau dengan pengering karena akan merusak bahan dan kualitas JPD tersebut,” beber dia.
Dia menegaskan, protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran Covid-19 diterapkan secara ketat oleh Hotel Patra Semarang mulai dari pintu depan. Di antaranya setiap tamu wajib menjalani pemeriksaan suhu tubuh dan mencuci tangan dengan cairan desinfektan.
“Memang kami berusaha sebaik mungkin dan seoptimal mungkin untuk memberikan kenyamanan kepada kepada tamu-tamu kami,” pungkasnya.
Setelah menguas bedak ke pipi dan memastikan bibirnya berwarna merah bata, perempuan berparas ayu itu tak langsung memulai bekerja. Dia mengambil pakaian berbahan dasar plastik dengan beberapa motif batik yang menggantung di lemari untuk dikenakan.
Tak butuh waktu lama untuk mengenakan, karena pakaian yang disebut Jaket Pelindung Diri (JPD) yang didesain khusus pada masa pandemi Covid-19. Sekilas tampak seperti jas yakni kerah berbentuk V, dengan ujung lengan bawah dan atas, serta punggung, diberi hiasan kain perca batik.
Sementara untuk menyambungkan dua sisi kanan dan kiri menggunakan resleting agar mudah dikenakan maupun melepasnya. Dua perekat berhias batik melintang yang menutup resleting, kian menegaskan pakaian seragam ini mengusung kearifan lokal. (Baca: Serunya Menikmati Adu Paintball di Patra Semarang)
Lengan panjang hingga pergelangan akan melindungi tubuh bagian atas ketika bersenggolan dengan orang lain. Sementara panjang JPD hingga di bawah lutut, sehingga memungkinkan karyawan masih leluasa bergerak untuk melayani tamu.
“Kalau ribetnya sih enggak, karena memakaiannya kan mudah ada resleting sehingga mudah dibuka atau dilepasnya. Yang jelas JPD ini kan untuk kita sendiri, buat menjamin keamanan dan kenyamanan kita dari virus Covid-19 ,” kata gadis yang akrab disapa Sella itu, Kamis 8 Oktober.
“Kan kita kumpulnya banyak orang, kalau di ballroom dan resto itu orang datang dari mana-mana. Jadi yang lebih penting itu menjaga keamanan diri sendiri termasuk para tamu,” imbuhnya sembari mengenakan masker dan face shield.
Sella juga membungkus tangannya dengan sarung tangan berbahan karet, sehingga aman ketika beraktivitas melayani tamu. Meski sebagian besar tubuhnya terbalut plastik, namun gadis asal Ambarawa Kabupaten Semarang itu mengaku tak terlalu gerah.
“Di awal-awal memang terasa gerah, tapi kita kan kerjanya di ruang full AC, jadi nggak begitu gerah. Kita juga mobile, sliwar-sliwer (mondar-mandir) jadi tidak terasa panas. Memakainya selama acara berlangsung, paling lama ya sekira 2-3 jam,” lugasnya.
Dia mengaku, banyak tamu hotel yang memberi pujian terhadap inovasi JPD itu. Berbeda dari Alat Pelindung Diri (APD) yang dikenakan petugas medis, JPD tidak didesain polos sehingga yang mengenakan masih tetap bisa tampil cantik elegan. Bahkan, tak jarang yang memotret atau mengajak foto bersama. (Baca: 11 Hotel di Semarang Tutup Sementara, Ribuan Karyawan Dirumahkan)
“Ada banyak tamu yang bilang desainnya itu luar biasa bagus dan bentuknya macam-macam. Untuk dan cowok berbeda. Desainnya juga macam-macam, lucu-lucu. Katanya mereka merasa aman dan nyaman. Makanya sering diajak foto sama konsumen,” katanya sembari terkekeh.
Apresiasi disampaikan Koordinator Promosi dan Pendukung Wisata MICE Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI, Titik Wahyuni, saat menggelar acara di Hotel Patra Semarang. Dua karyawan hotel lengkap berseragam JPD tampak lincah melayani peserta Sosialisasi dan Simulasi Panduan Protokol Kesehatan Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition (MICE).
“Bagus sih, tadi awalnya surprise juga (melihat karyawan mengenakan JPD). Artinya local content kain yang ada di Semarang masuk dan fashionable. Tetapi dari segi kesehatannya, saya kurang mengerti kualitas (bahan) apakah sudah memenuhi standar atau tidak karena saya tidak terlibat dalam pembuatannya. Jadi saya melihat dari fesyennya saja,” kata Titik.
“Baru kali ini (melihat), makanya tadi surprise juga. Bagus ini dan itu desainnya termasuk funky, detail-detailnya lokal kontennya itu masuk batik sama tenun ya. Keren, bagus, dari sisi style itu bagus,” pujinya.
Inovasi JPD tersebut juga merupakan penerapan protokol kesehatan berbasis CHSE yang selama ini gencar disosialisasikan Kemenparekraf, pada usaha-usaha wisata dan ekonomi kreatif. Tujuannya untuk membangkitkan lagi sektor ini dari keterpurukan akibat pandemi Covid-19.
“Ya (merasa aman dan nyaman). Minimal dia (hotel) sudah paham dan sudah melaksanakan CHSE (Cleanliness/Kebersihan, Health/Kesehatan, Safety/Keamanan, dan Environment/Ramah Lingkungan). Kebetulan kami di sini juga lagi sosialisasi panduan ini. Jadi ternyata panduan sosialisasi itu sudah sampai ke masyarakat terutama hotel ini untuk pelayanan,” beber dia.
Wardiyono yang tengah menikmati sajian makan siang di restoran hotel juga tak kalah memberi pujian. Dia bersama sejumlah kolega dilayani karyawan lengkap dengan JPD. Beberapa di antaranya melayangkan pertanyaan seputar pakaian seragam itu. Setelah dijelaskan, bergegas bangkit dari kursi dan mengajak foto bersama.
“Saya lihat sepintas tadi bahwa dalam situasi dan kondisi saat ini (pandemi) di mana kita sama-sama menjaga untuk kesehatan dan secara fesyen memang sangat bagus, indah dilihat, nyaman dipandang, dan aman tentunya bagi yang memakai maupun orang lain,” jelas Wardiyono.
Pria yang tengah menempuh perjalanan ke beberapa daerah itu berharap inovasi JPD terus dikembangkan. Bahkan, jika perlu diterapkan ke hotel atau lokasi lain yang memberikan pelayanan kepada masyarakat. Sebab petugas yang melayani masyarakat secara langsung kebanyakan hanya mengenakan masker dan sarung tangan.
“Dengan seragam seperti itu akan menjadikan pemicu atau pun juga menjadikan wawasan bagi hotel-hotel lain, paling tidak bisa memberikan suatu motivasi tempat lain untuk menerapkan hal serupa. Oh ternyata menggunakan itu (JPD) di samping indah, dari sisi keamanan juga (terpenuhi). Persis APD-APD yang dipakai para tenaga medis,” ucapnya.
“Saya merasa lebih nyaman karena apa, di samping kita juga mengkhawatirkan datang ke suatu tempat, di hotel, kita juga khawatir situasinya aman apa enggak bagi diri kita? Kalau sama-sama saling menjaga (seperti ini) otomatis kita kan juga merasa aman,” tandasnya. (Baca: 60 Peserta Ikuti Pelatihan Pariwisata di Patra Semarang)
Untuk sementara, JPD dikenakan oleh karyawan dan karyawati yang bertugas melayani tamu di ruang pertemuan serta restoran. Sebab, dua tempat ini memungkinkan interaksi dan kontak fisik secara langsung antara tamu dengan karyawan hotel.
“Jadi untuk penggunaan JPD khususnya pada waiter dan waitress. Kami memang menggunakan inovasi khususnya kepada teman-teman pekerja yang guest contact (berhubungan langsung) dengan tamu. Hal ini juga melindungi pekerja dan juga memberikan rasa nyaman aman kepada tamu-tamu kami yang beraktivitas khususnya di hotel Patra Semarang,” jelas Sales & Marketing Manager Hotel Patra Semarang, Roni.
Untuk membuat JPD tersebut, pihaknya menggandeng desainer kondang asal Semarang Anne Avantie. Perawatannya cukup mudah, yakni JPD yang telah dikenakan akan disemprot cairan desinfektan. Diamkan beberapa saat kemudian lap dengan kain bersih dan jemur tak langsung di bawah terik matahari.
“Kalau untuk perawatan ini ada dua cara, yaitu dicuci dengan cairan yang sudah dilarutkan desinfektan. Kemudian untuk proses pengeringannya setelah dicuci dilap untuk menyerap air kemudian kita angin-anginkan. Tidak kita panaskan atau dengan pengering karena akan merusak bahan dan kualitas JPD tersebut,” beber dia.
Dia menegaskan, protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran Covid-19 diterapkan secara ketat oleh Hotel Patra Semarang mulai dari pintu depan. Di antaranya setiap tamu wajib menjalani pemeriksaan suhu tubuh dan mencuci tangan dengan cairan desinfektan.
“Memang kami berusaha sebaik mungkin dan seoptimal mungkin untuk memberikan kenyamanan kepada kepada tamu-tamu kami,” pungkasnya.
(don)