Pola Layanan Digital Berubah, Konsumen Andalkan Gojek di Era AKB

Sabtu, 10 Oktober 2020 - 11:26 WIB
loading...
Pola Layanan Digital Berubah, Konsumen Andalkan Gojek di Era AKB
Ilustrasi konsumen andalan Gojek di era adaptasi kebiasaan baru. Foto/Gojek
A A A
BANDUNG - Riset terbaru Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI) menunjukkan perubahan pola penggunaan layanan digital oleh konsumen selama pandemi COVID-19 untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Peneliti LD FEB UI, Dr. Alfindra Primaldhi memaparkan, berdasarkan hasil riset, mayoritas konsumen (93%) menganggap keamanan layanan Gojek lebih baik dari standar industri. Umumnya atau 86% konsumen juga merasa bahwa aplikasi Gojek membantu mereka dalam penerapan adaptasi kebiasaan baru (AKB), sehingga dapat tetap produktif selama pandemi COVID-19.

Dia menjelaskan, mayoritas konsumen menjadi lebih sering menggunakan layanan GoFood (65%), GoPay (68%), Paylater (57%), dan GoSend (36%) dibandingkan sebelum pandemi. Hal ini juga tampak dari meningkatnya rata-rata pengeluaran konsumen per bulan untuk layanan belanja kebutuhan sehari-hari lewat GoMart sebesar 44% dan pemesanan makanan lewat GoFood sebesar 26%.

"Secara keseluruhan, jumlah saldo GoPay yang digunakan oleh konsumen per bulan meningkat 8%," ungkap Alfrinda dalam keterangan resminya, Sabtu (10/10/2020). (Baca: Selama Pandemi, Maybank Makin Serius Kembangkan Digital Perbankan)

Menurut Alfindra, pandemi COVID-19 diduga telah mendorong proses digitalisasi di Asia Tenggara menjadi lebih cepat lima tahun. Sehingga, penggunaan platform digital oleh konsumen di Indonesia selama pandemi menjadi menarik untuk diteliti.

"Oleh karena itu, LD FEB UI melakukan studi kasus pada ekosistem Gojek sebagai aplikasi on-demand yang paling banyak digunakan konsumen di Indonesia. Riset ini merupakan bagian dari riset mengenai dampak sosial-ekonomi Gojek di Indonesia yang sebelumnya telah menggali dampak pandemi pada mitra driver, mitra UMKM, dan ekosistem Gojek secara keseluruhan," terangnya.

Alfindra melanjutkan, mayoritas konsumen dalam riset itu menilai bahwa layanan aplikasi Gojek mendorong masyarakat menggunakan digital payment (97%), memudahkan masyarakat memulai usaha digital (97%), dan membantu masyarakat untuk beradaptasi dengan gaya hidup yang lebih sehat (96%) selama pandemi. (Baca: Ekosistem Gojek Bantu Geliat UMKM Makassar)

"Hasil dari riset kami menunjukkan situasi pandemi mendorong perubahan perilaku dari konsumen, dan tampaknya terjadi percepatan proses digitalisasi oleh konsumen di Indonesia," ujarnya.

Selama pandemi, kata Alfindra, konsumen semakin bergantung pada layanan digital tradisional, seperti pemesanan makanan, pengiriman barang, dan pembayaran digital. Selain itu, terjadi peningkatan penggunaan layanan digital yang sebelumnya belum banyak digunakan oleh konsumen, seperti layanan kesehatan melalui GoMed dan amal melalui GoGive.

"Keberadaan platform digital seperti Gojek membantu konsumen untuk beradaptasi, dan menjaga produktivitas dalam situasi pandemi yang penuh ketidakpastian," tandasnya. (Baca: 91,3 Juta Masyarakat Indonesia Masih Gaptek Perbankan Digital)

Meski rata-rata terjadi peningkatan nilai dan jumlah transaksi saat pandemi, baik di dalam maupun di luar ekosistem Gojek, namun ini juga mengungkap bahwa mobilitas masyarakat selama pandemi berkurang.

Hal itu terlihat dari berkurangnya pengeluaran konsumen (-18%) untuk layanan transportasi, khususnya layanan roda-dua GoRide. "Hal ini wajar terjadi akibat adanya peraturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang mengharuskan konsumen untuk lebih banyak beraktivitas di rumah," jelasnya.

Alfindra menambahkan, riset dilakukan dengan pendekatan kuantitatif melalui survei mandiri yang disebarkan secara daring. Populasi penelitian ini adalah konsumen dalam database Gojek yang aktif menggunakan layanan Gojek dalam satu bulan terakhir.
(don)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1558 seconds (0.1#10.140)