Waspada, Persentase Kematian Anak Terpapar COVID-19 Tinggi
loading...
A
A
A
SURABAYA - Puluhan bunda pengajar dari 25 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di wilayah Kota Surabaya, diingatkan agar lebih mewaspadai ancaman serta dampak penyebaran COVID-19 pada anak-anak didiknya. Sebab, tingkat kematian anak penderita COVID-19 di Indonesia, prosentasenya saat ini lebih tinggi dibandingkan negara-negara lain.
(Baca juga: Istri Nonton Film Bokep Kiriman Teman Laki-laki, Suami Kalap )
Pakar Kesehatan Anak RSUD dr. Soetomo Surabaya, Leny Kartina menuturkan, jika di negara-negara lain prosentase kematian anak-anak yang terpapar COVID-19 antara 0,1-0,2 persen, namun untuk di Indonesia angkanya bahkan mencapai hingga 1,1 persen.
"Jadi di Indonesia itu angkanya lebih tinggi. Ini yang patut diwaspadai. Bunda-bunda PAUD ini memiliki peran yang sangat penting untuk memberikan pemahaman pada masyarakat," ujar Leny saat menjadi pemateri pada pendampingan PAUD secara daring dalam Webinar Gerakan Peduli Ibu dan Anak Sehat Membangun Generasi Cemerlang Berbasis Keluarga (Geliat) Universitas Airlangga, Sabtu (3/10/2020).
Ia melanjutkan, penularan utama COVID-19 kepada anak-anak ini diketahui berasal dari keluarga dekat mereka sendiri, yaitu orang tua atau saudara yang tinggal dalam satu rumah. Ditambah lagi gejala dan klinis anak yang terinfeksi COVID-19 tidak sama persis dengan orang dewasa.
(Baca juga: Sebelum Tewas ASN Kejari Labuhanbatu Dibenamkan ke Lumpur )
"Dari 2.143 anak yang konfirmasi positif dan dilakukan pemeriksaan dalam sebuah penelitian berskala besar menunjukkan, 90 persen diantaranya mempunyai gejala asimtomatis (tidak memberikan gejalan kinis apapun), gejala ringan dan sedang. Ini yang harus diwaspadai. Bunda-bunda PAUD ini yang harus mengenali gejala pada anak-anak yang lebih bervariatif, bias gejala saluran nafas, demam ada diare. Ada juga yang memiliki gejala tidak dijumpai pada orang dewasa, yaitu gejala menyerupai penyakit Kawasaki," jelas Leny.
Gejala penyakit Kawasaki ini menurut Leny, diantaranya kulit anak muncul bercak-bercak merah, bibir pecah-pecah, mata merah hingga kulit ujung jari yang melepuh. Ini yang harus diwaspadai. "Anak balita yang positif COVID-19 juga bias menularkan kepada orang lain melalui feses, urin, saliva. Jadi jangan lupa untuk mencuci tangan sebelum dan setelah mengganti popok bayi," ucapnya.
Kekhawatiran Leny ini juga dikuatkan dengan data yang disajikan oleh person in charge (PIC) Geliat Universitas Airlangga Surabaya, Nyoman Anita Damayanti. (Baca juga: Pemuda Pancasila Pecat Anggotanya yang Tak Dukung Bobby-Aulia )
Menurutnya, data per 15 September 2020 jumlah anak-anak usia 0-9 tahun di Jawa Timur yang positif terinveksi COVID-19 mencapai 1.412 anak. Sementara jumlah anak-anak usia 10-19 tahun yang terpapar COVID-19 mencapai 2.472 anak.
Khusus untuk anak bawah lima tahun atau balita (1-4 tahun) di Jawa Timur yang terkena COVID-19 , hingga 14 Juli 2020, mencapai 170 anak. Meskipun tercatat 39 persen (67 anak) dinyatakan sembuh, namun tingkat kematian mencapai 1 persen (1 anak).
Koordinator Program Studi S3 Kesehatan Masyarakat Unair Surabaya ini juga memaparkan, masih tingginya prosentase anak-anak usia 12-23 bulan di Indonesia yang tidak mendapatkan imunisasi dasar lengkap (IDL), menambah kerentanan anak terhadap paparan COVID-19 .
(Baca juga: Positif COVID-19, Bupati Bangka Tengah Ibnu Saleh Wafat )
"Padahal imunisasi tersebut dibutuhkan sekali oleh balita, untuk meningkatkan daya tahan tubuh mereka dari berbagai ancaman penyakit yang dapat diatasi dengan imunisasi (PD3I)," jelas Nyoman.
(Baca juga: Istri Nonton Film Bokep Kiriman Teman Laki-laki, Suami Kalap )
Pakar Kesehatan Anak RSUD dr. Soetomo Surabaya, Leny Kartina menuturkan, jika di negara-negara lain prosentase kematian anak-anak yang terpapar COVID-19 antara 0,1-0,2 persen, namun untuk di Indonesia angkanya bahkan mencapai hingga 1,1 persen.
"Jadi di Indonesia itu angkanya lebih tinggi. Ini yang patut diwaspadai. Bunda-bunda PAUD ini memiliki peran yang sangat penting untuk memberikan pemahaman pada masyarakat," ujar Leny saat menjadi pemateri pada pendampingan PAUD secara daring dalam Webinar Gerakan Peduli Ibu dan Anak Sehat Membangun Generasi Cemerlang Berbasis Keluarga (Geliat) Universitas Airlangga, Sabtu (3/10/2020).
Ia melanjutkan, penularan utama COVID-19 kepada anak-anak ini diketahui berasal dari keluarga dekat mereka sendiri, yaitu orang tua atau saudara yang tinggal dalam satu rumah. Ditambah lagi gejala dan klinis anak yang terinfeksi COVID-19 tidak sama persis dengan orang dewasa.
(Baca juga: Sebelum Tewas ASN Kejari Labuhanbatu Dibenamkan ke Lumpur )
"Dari 2.143 anak yang konfirmasi positif dan dilakukan pemeriksaan dalam sebuah penelitian berskala besar menunjukkan, 90 persen diantaranya mempunyai gejala asimtomatis (tidak memberikan gejalan kinis apapun), gejala ringan dan sedang. Ini yang harus diwaspadai. Bunda-bunda PAUD ini yang harus mengenali gejala pada anak-anak yang lebih bervariatif, bias gejala saluran nafas, demam ada diare. Ada juga yang memiliki gejala tidak dijumpai pada orang dewasa, yaitu gejala menyerupai penyakit Kawasaki," jelas Leny.
Gejala penyakit Kawasaki ini menurut Leny, diantaranya kulit anak muncul bercak-bercak merah, bibir pecah-pecah, mata merah hingga kulit ujung jari yang melepuh. Ini yang harus diwaspadai. "Anak balita yang positif COVID-19 juga bias menularkan kepada orang lain melalui feses, urin, saliva. Jadi jangan lupa untuk mencuci tangan sebelum dan setelah mengganti popok bayi," ucapnya.
Kekhawatiran Leny ini juga dikuatkan dengan data yang disajikan oleh person in charge (PIC) Geliat Universitas Airlangga Surabaya, Nyoman Anita Damayanti. (Baca juga: Pemuda Pancasila Pecat Anggotanya yang Tak Dukung Bobby-Aulia )
Menurutnya, data per 15 September 2020 jumlah anak-anak usia 0-9 tahun di Jawa Timur yang positif terinveksi COVID-19 mencapai 1.412 anak. Sementara jumlah anak-anak usia 10-19 tahun yang terpapar COVID-19 mencapai 2.472 anak.
Khusus untuk anak bawah lima tahun atau balita (1-4 tahun) di Jawa Timur yang terkena COVID-19 , hingga 14 Juli 2020, mencapai 170 anak. Meskipun tercatat 39 persen (67 anak) dinyatakan sembuh, namun tingkat kematian mencapai 1 persen (1 anak).
Koordinator Program Studi S3 Kesehatan Masyarakat Unair Surabaya ini juga memaparkan, masih tingginya prosentase anak-anak usia 12-23 bulan di Indonesia yang tidak mendapatkan imunisasi dasar lengkap (IDL), menambah kerentanan anak terhadap paparan COVID-19 .
(Baca juga: Positif COVID-19, Bupati Bangka Tengah Ibnu Saleh Wafat )
"Padahal imunisasi tersebut dibutuhkan sekali oleh balita, untuk meningkatkan daya tahan tubuh mereka dari berbagai ancaman penyakit yang dapat diatasi dengan imunisasi (PD3I)," jelas Nyoman.
(eyt)