Sulsel Produsen Beras Terbesar Keempat di Indonesia
loading...
A
A
A
MAKASSAR - Gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel), Prof Nurdin Abdullah menerima penghargaan dari Menteri Pertanian (Mentan) Republik Indonesia (RI), Syahrul Yasin Limpo atas capaiannya mendorong Provinsi Sulsel sebagai daerah dengan produksi beras terbesar keempat di Indonesia. Baca : Produksi Beras Kabupaten Bone Masuk Peringkat 7 Nasional
Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan Sulsel, Ardin Tjatjo menegaskan, penghargaan ini semakin mengukuhkan peran Sulsel sebagai provinsi penyanggah pangan nasional untuk menunjang pembangunan pertanian. Apalagi produksi beras di Sulsel diakui masih tetap surplus meski di tengah pandemi COVID-19.
"Penghargaan itu berupa pin emas yang diberikan Kementerian Pertanian kepada Gubernur Sulsel atas produksi beras kita di tahun 2019, bahwa kita mampu memproduksi beras terbesar keempat di Indonesia," papar Ardin kepada SINDOnews, kemarin.
Berdasarkan surat keputusan (SK) Mentan RI Nomor: 488/KPTS/KP.590/M/8/2020, Provinsi Sulsel menempati posisi keempat terbesar di seluruh Indonesia. Dengan capaian produksi padi sebesar 5.054.157 ton GKG (gabah kering giling), dengan produksi beras 2.899.576 ton.
"Itu capaian produksi gabah kering giling, dan setelah dikonversi ke beras. Itu adalah produksi kita sepanjang tahun 2019," sebut Ardin. Sementara di peringkat pertama diraih Provinsi Jawa Tengah, disusul Jawa Timur, dan Jawa Barat di posisi ketiga.
Sedangkan di bawah Sulsel, untuk peringkat kelima ditempati Provinsi Sumatera Selatan, disusul Lampung, Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat, lalu Provinsi Banten menduduki posisi peringkat kesepuluh. Baca Juga : Stok Beras Sulsel Cukup Hingga Tiga Bulan Kedepan
Dia melanjutkan, produktivitas gabah hingga beras di Sulsel tiap tahun memang cenderung meningkat. "Memang rata-rata tiap tahun kita surplus. Hampir sekitar 2 juta ton kita punya produksi kan," sambungnya.
Untuk tahun 2020 ini, meski mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya, produksi beras Sulsel masih tetap surplus. Artinya, kata Ardin, Sulsel masih tetap mampu menjaga keberlangsungan produktivitas di sektor pertanian khususnya komoditi padi meski di tengah pandemi.
Dari data Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan Sulsel untuk periode Januari-Juli 2020, dilaporkan produksi padi sebanyak 2.757.108 ton GKG, atau setara beras sebesar 1.756.416 ton. Stok ini masih aman untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Sulsel.
Sementara angka konsumsi beras warga Sulsel 109,37 kilogram per kapita per tahun. Berdasarkan hitungan, jika merujuk pada jumlah penduduk Sulsel sebanyak 8.851.240 orang, maka kalkulasi konsumsi beras penduduk Sulsel 968.060 ton.
Dengan demikian, selisih neraca beras antara produksi beras dengan konsumsi masyarakat Sulsel menandakan ketersediaan beras masih surplus sebanyak 1.213.332,1 ton selama periode Januari-Juli tahun 2020.
"Bahkan, data Bank Indonesia menyebutkan, bahwa Sulsel berkontribusi sebanyak 9,2% dalam mendukung pangan nasional. Jadi kita selama ini memang merupakan provinsi penyanggah pangan nasional," tegas Ardin.
Kedepan, Pemprov Sulsel masih akan terus menggenjot produktivitas di sektor pertanian meski. Apalagi sektor ini diakui Ardin menjadi sektor andalan yang menjadi penopang pertumbuhan ekonomi, sekaligus sebagai instrumen untuk mendorong pemulihan ekonomi atas dampak pandemi COVID-19.
Untuk meningkatkan produsi komoditi padi, perluasan lahan tanam tengah digenjot. "Luas tambah tanam kita sudah mencapai 38.000 hektare yang sementara kita genjot terus ini," ucap dia.
Ardin mengaku, perluasan lahan tanam padi ini dilakukan untuk mengantisipasi ancaman krisis pangan dunia. Hal ini menyusul adanya prediksi dari organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) bahwa ancaman krisis itu dari akibat potensi musim kering yang panjang.
Tidak hanya komoditi padi, Sulsel juga menggarap peningkatan produksi komoditas lain, terutama jagung. Kedepan, Sulsel digadang-gadang bakal menjadi sentra produksi benih jagung di kawasan Timur Indonesia.
Infrastruktur untuk menunjang tercapainya impian itu tengah disiapkan. Pabrik benih jagung tengah dibangun yang berlokasi di daerah Tombobulu, Kabupaten Maros. Diharapkan, tahun depan pabrik ini sudah bisa beroperasi dan secara bertahap mensuplai daerah di kawasan Timur Indonesia.
"Pertanian menjadi salah satu instrumen dan sektor pendukung utama perekonomian kita. Beberapa komoditas kita, meskipun dalam kondisi pandemi COVID-19 ini tetap mengalami surplus. Ini yang kita jaga," jelas Ardin.
Sementara Gubernur Sulsel, Prof Nurdin Abdullah menuturkan, sektor pertanian memang menjadi salah satu sektor yang diamankan sejak pandemi COVID-19 . Daerah-daerah sentra penghasil beras, harus dijaga agar produksi tetap stabil.
Makanya, kebijakan pemulihan ekonomi selama ini tetap berjalan selaras dengan penanganan kesehatan atas COVID-19 . Itulah mengapa Nurdin mengambil langkah agar penangan COVID-19 harus secara terpusat di Kota Makassar melalui program isolasi mandiri atau yang populer dengan program wisata duta COVID-19.
"Sebagai provinsi penyanggah nasional, produksi dan suplai pangan di daerah tidak boleh terganggu. Dengan masuknya pandemi di Sulsel, itu yang pertama harus kita amankan. Jangan sampai daerah-daerah sentra produksi itu bermasalah," papar Nurdin.
Menurut dia, sektor pertanian Sulsel saat ini tidak perlu dikhawatirkan. Nurdin menegaskan, kedepan Sulsel harus meningkatkan produktivitasnya di komoditi lain, untuk mensuplai provinsi lain. Cita-cita untuk menjadi sentra produksi jagung, tengah dipersiapkan.
"Jadi bukan lagi kita berpikir Sulsel saja. Sulsel ini harus menopang, menghasilkan, menciptakan benih-benih unggul untuk kebutuhan di Indonesia Timur. Minimimal tahap awal untuk kebutuhan lokal dulu kita. Dan selanjutnya kita harapkan bisa jadi pusat benih untuk Timur" sebut dia.
Manajemen pertanian pun terus ditata dengan baik. Ketersediaan pupuk harus diperhatikan. Kerjasama dengan pihak perbankan juga dilakukan untuk memberikan bantuan modal sebagai upaya pemulihan ekonomi.
"Terus sawah-sawah tadah hujan ini kita coba tingkatkan menjadi sawah irigasi teknis. Dan tentu ketersediaan pupuk sangat penting sekali. Dan perbankan hadir memberikan skema- pinjaman yang meringankan," jelas Nurdin.
Diketahui, ada beberapa daerah sentra utama penghasil beras di Sulsel, diantaranya Bone, Wajo, Sidrap, Pinrang, Gowa, Luwu, Bulukumba, dan Sinjai. Dari daerah ini, Kabupaten Bone turut berhasil meraih penghargaan serupa dari Mentan RI, Syahrul Yasin Limpo atas prestasinya sebagai daerah dengan peringkat VII produksi beras di Indonesia Tahun 2019.
Sekadar informasi, jumlah produksi padi Kabupaten Bone sejak Januari hingga Juli tahun 2020 telah menembus angka 225.632 ton. Disusul Pinrang sebanyak 172.630 ton. Selanjutnya Sidrap 144.765 ton, Wajo 137.214 ton, serta Kabupaten Gowa sebanyak 135.941 ton.
Penghargaan dari Kementerian Pertanian untuk Gubernur Sulsel maupun Bupati Bone sedianya diserahkan saat Hari Tani Nasional yang diperingati 24 September 2020. Namun karena pelaksanaan agenda protokol kesehatan COVID-19 , penyerahan dilakukan secara simbolis, tidak secara langsung. Baca Lagi : Antisipasi Resesi, Pemprov Terus Genjot Kinerja Perekonomian
Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan Sulsel, Ardin Tjatjo menegaskan, penghargaan ini semakin mengukuhkan peran Sulsel sebagai provinsi penyanggah pangan nasional untuk menunjang pembangunan pertanian. Apalagi produksi beras di Sulsel diakui masih tetap surplus meski di tengah pandemi COVID-19.
"Penghargaan itu berupa pin emas yang diberikan Kementerian Pertanian kepada Gubernur Sulsel atas produksi beras kita di tahun 2019, bahwa kita mampu memproduksi beras terbesar keempat di Indonesia," papar Ardin kepada SINDOnews, kemarin.
Berdasarkan surat keputusan (SK) Mentan RI Nomor: 488/KPTS/KP.590/M/8/2020, Provinsi Sulsel menempati posisi keempat terbesar di seluruh Indonesia. Dengan capaian produksi padi sebesar 5.054.157 ton GKG (gabah kering giling), dengan produksi beras 2.899.576 ton.
"Itu capaian produksi gabah kering giling, dan setelah dikonversi ke beras. Itu adalah produksi kita sepanjang tahun 2019," sebut Ardin. Sementara di peringkat pertama diraih Provinsi Jawa Tengah, disusul Jawa Timur, dan Jawa Barat di posisi ketiga.
Sedangkan di bawah Sulsel, untuk peringkat kelima ditempati Provinsi Sumatera Selatan, disusul Lampung, Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat, lalu Provinsi Banten menduduki posisi peringkat kesepuluh. Baca Juga : Stok Beras Sulsel Cukup Hingga Tiga Bulan Kedepan
Dia melanjutkan, produktivitas gabah hingga beras di Sulsel tiap tahun memang cenderung meningkat. "Memang rata-rata tiap tahun kita surplus. Hampir sekitar 2 juta ton kita punya produksi kan," sambungnya.
Untuk tahun 2020 ini, meski mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya, produksi beras Sulsel masih tetap surplus. Artinya, kata Ardin, Sulsel masih tetap mampu menjaga keberlangsungan produktivitas di sektor pertanian khususnya komoditi padi meski di tengah pandemi.
Dari data Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan Sulsel untuk periode Januari-Juli 2020, dilaporkan produksi padi sebanyak 2.757.108 ton GKG, atau setara beras sebesar 1.756.416 ton. Stok ini masih aman untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Sulsel.
Sementara angka konsumsi beras warga Sulsel 109,37 kilogram per kapita per tahun. Berdasarkan hitungan, jika merujuk pada jumlah penduduk Sulsel sebanyak 8.851.240 orang, maka kalkulasi konsumsi beras penduduk Sulsel 968.060 ton.
Dengan demikian, selisih neraca beras antara produksi beras dengan konsumsi masyarakat Sulsel menandakan ketersediaan beras masih surplus sebanyak 1.213.332,1 ton selama periode Januari-Juli tahun 2020.
"Bahkan, data Bank Indonesia menyebutkan, bahwa Sulsel berkontribusi sebanyak 9,2% dalam mendukung pangan nasional. Jadi kita selama ini memang merupakan provinsi penyanggah pangan nasional," tegas Ardin.
Kedepan, Pemprov Sulsel masih akan terus menggenjot produktivitas di sektor pertanian meski. Apalagi sektor ini diakui Ardin menjadi sektor andalan yang menjadi penopang pertumbuhan ekonomi, sekaligus sebagai instrumen untuk mendorong pemulihan ekonomi atas dampak pandemi COVID-19.
Untuk meningkatkan produsi komoditi padi, perluasan lahan tanam tengah digenjot. "Luas tambah tanam kita sudah mencapai 38.000 hektare yang sementara kita genjot terus ini," ucap dia.
Ardin mengaku, perluasan lahan tanam padi ini dilakukan untuk mengantisipasi ancaman krisis pangan dunia. Hal ini menyusul adanya prediksi dari organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) bahwa ancaman krisis itu dari akibat potensi musim kering yang panjang.
Tidak hanya komoditi padi, Sulsel juga menggarap peningkatan produksi komoditas lain, terutama jagung. Kedepan, Sulsel digadang-gadang bakal menjadi sentra produksi benih jagung di kawasan Timur Indonesia.
Infrastruktur untuk menunjang tercapainya impian itu tengah disiapkan. Pabrik benih jagung tengah dibangun yang berlokasi di daerah Tombobulu, Kabupaten Maros. Diharapkan, tahun depan pabrik ini sudah bisa beroperasi dan secara bertahap mensuplai daerah di kawasan Timur Indonesia.
"Pertanian menjadi salah satu instrumen dan sektor pendukung utama perekonomian kita. Beberapa komoditas kita, meskipun dalam kondisi pandemi COVID-19 ini tetap mengalami surplus. Ini yang kita jaga," jelas Ardin.
Sementara Gubernur Sulsel, Prof Nurdin Abdullah menuturkan, sektor pertanian memang menjadi salah satu sektor yang diamankan sejak pandemi COVID-19 . Daerah-daerah sentra penghasil beras, harus dijaga agar produksi tetap stabil.
Makanya, kebijakan pemulihan ekonomi selama ini tetap berjalan selaras dengan penanganan kesehatan atas COVID-19 . Itulah mengapa Nurdin mengambil langkah agar penangan COVID-19 harus secara terpusat di Kota Makassar melalui program isolasi mandiri atau yang populer dengan program wisata duta COVID-19.
"Sebagai provinsi penyanggah nasional, produksi dan suplai pangan di daerah tidak boleh terganggu. Dengan masuknya pandemi di Sulsel, itu yang pertama harus kita amankan. Jangan sampai daerah-daerah sentra produksi itu bermasalah," papar Nurdin.
Menurut dia, sektor pertanian Sulsel saat ini tidak perlu dikhawatirkan. Nurdin menegaskan, kedepan Sulsel harus meningkatkan produktivitasnya di komoditi lain, untuk mensuplai provinsi lain. Cita-cita untuk menjadi sentra produksi jagung, tengah dipersiapkan.
"Jadi bukan lagi kita berpikir Sulsel saja. Sulsel ini harus menopang, menghasilkan, menciptakan benih-benih unggul untuk kebutuhan di Indonesia Timur. Minimimal tahap awal untuk kebutuhan lokal dulu kita. Dan selanjutnya kita harapkan bisa jadi pusat benih untuk Timur" sebut dia.
Manajemen pertanian pun terus ditata dengan baik. Ketersediaan pupuk harus diperhatikan. Kerjasama dengan pihak perbankan juga dilakukan untuk memberikan bantuan modal sebagai upaya pemulihan ekonomi.
"Terus sawah-sawah tadah hujan ini kita coba tingkatkan menjadi sawah irigasi teknis. Dan tentu ketersediaan pupuk sangat penting sekali. Dan perbankan hadir memberikan skema- pinjaman yang meringankan," jelas Nurdin.
Diketahui, ada beberapa daerah sentra utama penghasil beras di Sulsel, diantaranya Bone, Wajo, Sidrap, Pinrang, Gowa, Luwu, Bulukumba, dan Sinjai. Dari daerah ini, Kabupaten Bone turut berhasil meraih penghargaan serupa dari Mentan RI, Syahrul Yasin Limpo atas prestasinya sebagai daerah dengan peringkat VII produksi beras di Indonesia Tahun 2019.
Sekadar informasi, jumlah produksi padi Kabupaten Bone sejak Januari hingga Juli tahun 2020 telah menembus angka 225.632 ton. Disusul Pinrang sebanyak 172.630 ton. Selanjutnya Sidrap 144.765 ton, Wajo 137.214 ton, serta Kabupaten Gowa sebanyak 135.941 ton.
Penghargaan dari Kementerian Pertanian untuk Gubernur Sulsel maupun Bupati Bone sedianya diserahkan saat Hari Tani Nasional yang diperingati 24 September 2020. Namun karena pelaksanaan agenda protokol kesehatan COVID-19 , penyerahan dilakukan secara simbolis, tidak secara langsung. Baca Lagi : Antisipasi Resesi, Pemprov Terus Genjot Kinerja Perekonomian
(sri)