Surat Nikah-Cerai Inggit Garnasih dan Soekarno Hendak Dijual, Ini Alasannya

Kamis, 24 September 2020 - 20:35 WIB
loading...
Surat Nikah-Cerai Inggit Garnasih dan Soekarno Hendak Dijual, Ini Alasannya
Surat pernikahan Inggit-Soekarno bertahun 1923. Foto/Istimewa
A A A
BANDUNG - Kabar mengejutkan dari keluarga almarhumah Inggit Garnasih, mantan istri sang proklamator Soekarno. Tito Z Harmaen atau Tito Asmarahadi, putra dari Ratna Juami, anak angkat Inggit-Soekarno, berniat menjual surat nikah dan cerai Inggit-Soekarno.

Sebelumnya, kabar mengejutkan tentang penjualan dokumen itu diunggah oleh akun Instagram @popstroerindo, pada Rabu (22/9/2020). Dalam unggahan tersebut, terlihat sebuah surat perjanjian cerai antara Inggit dengan Soekarno pada 1943. (BACA JUGA: Cinta Inggit Garnasih Antarkan Indonesia ke Gerbang Kemerdekaan )

Kepada wartawan, Tito menceritakan alasannya hendak menjual dokumen berharga itu. Titi mengatakan, alasanakan menjual surat nikah dan cerai Inggit-Soekarno itu karena ada wasiat almarhumah Inggit.

Wasiat Inggi titu yakni, hasil penjualan digunakan untuk membangun fasilitas umum, seperti klinik bersalin dan sekolah. (BACA JUGA: Korban Terseret Banjir Bandang Sukabumi Ditemukan Sejauh 15 Km )

"Ada keinginan atau wasiat dari Bu Inggit buat klinik untuk lahiran (bersalin) dan sekolah dasar. Jadi (hasil dari penjualan surat nikah-cerai Inggit-Soekarno) untuk kepentingan masyarakat juga karena wasiat dari Bu Inggit," kata Tito kepada wartawan di kediamannya, kawasan Margahayu Utara, Kota Bandung, Kamis (23/9).

Apalagi, ujar Tito, surat nikah bertahun 1923 dan cerai bertahun 1943 pasangan Inggit-Soekarno itu, bukan milik negara dan negara pun dinilai tak pernah peduli dengan dokumen tersebut. "Ini bukan dokumen negara. Memang betul menyangkut dokumen nasional tapi pemerintah sendiri tidak peduli. Saya gak ada jalan lain," kata Tito.

Surat Nikah-Cerai Inggit Garnasih dan Soekarno Hendak Dijual, Ini Alasannya

Surat cerai Inggit-Soekarno bertahun 1943. Foto/Istimewa

Mantan Gubernur Jabar Nuriana (menjabat selama dua periode, 29 Mei 1993-13 Juni 1998 dan 13 Juni 1998-13 Juni 2003), tutut Tito, pernah meminta surat nikah dan cerai Inggit-Soekarno. (BACA JUGA: Marbot Masjid Nurul Jamil: Pelaku Teriak-teriak dan Ancam Membunuh )

Tito mengaku bersedia memberikan dokumen tersebut asal ada kompensasi yang akan digunakan untuk merealisasikan wasiat Inggit membangun klinik bersalin dan sekolah.

Permintaan Nuriana (konpensasi atas surat nikah-cerai Inggit-Soekarno), tutur Tito, sudah masuk dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Jabar ketika itu.

Namun tiba-tiba dibatalkan dengan berbagai alasan. Pembatalan itu dinilai menjadi bukti pemerintah daerah sebagai perpanjangan tangan dari pemerintah pusat tidak peduli dengan dokumen tersebut.

"Pemerintah tidak peduli dan tidak membutuhkan (dokumen nikah-cerai Inggit-Soekarno). Saya berhak mau diapakan benda ini. Tadinya saya nomor satukan pemerintah karena saya tahu ini adalah menyangkut tokoh bangsa," tutur dia.

Tito mengungkapkan, selain mantan Gubernur Jabar Nuriana, pernah ada museum yang berjanji bakal membeli dokumen tersebut tapi hingga kini tak ada realsasi. Bahkan utusan dari Belanda juga datang ke Bandung berniat membeli surat nikah-cerai Inggit-Soekarno dengan harga Rp100 miliar.

Namun pihak keluarga, ungkap Tito, menolak menjual surat nikah-cerai Inggit-Soekarno kepada pembeli asal Belanda tersebut. Keluarga ingin dokumen tersebut dimiliki oleh warga Indonesia.

"Dari luar (negeri) nawar sih. Dia pengen barangnya (surat nikah-cerai Inggit-Soekarno) keluar. Nanti dilelang di sana. Cuman dari pihak keluarga ini pengennya masuk ke indonesia lagi sebagai warisan bangsalah," ungkap Tito.

Ditawar Gubernur Jabar
Selain surat pernikahan dan perceraian Inggit Garnasih-Soekarno, para kolektor barang antik juga mengincar lemari milik almarhumah Inggit dan meja belajar Soekarno saat kuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB).

Galuh Mahesa, anak ketiga Tito Z Harmaen, mengatakan, Gubernur Jabar Ridwan Kamil, saat masih menjabat sebagai Wali Kota Bandung, pernah menawar barang peninggalan Inggit. "RK waktu sebelum jadi gubernur, datang ke sini dan lihat barang peninggalan Bu Inggit," kata Galuh.

Emil menawar dan hendak barang peninggalan Inggit tersebut ketika sedang kampanye Pilgub Jabar 2018. Kang Emil, sapaan akrab Gubernur Jabar, berencana menyimpang barang peninggalan Inggit di Museum Jabar. "RK menjanjikan (membeli barang peninggalan Inggit) kalau nanti setelah jadi gubernur. Sekarang kan udah jadi," ujar dia.

Galuh menuturkan, setelah terpilih jadi Gubernur Jabar, tidak pernah ada lagi perbincangan soal pembelian barang peninggalan Inggit. Sementara itu, di sisi lain, usia Tito Z Harmaen atau Tito Asmarahadi sebagai pewaris barang peninggalan Inggit, sudah menua dan ada wasiat dari Inggit yang harus dilaksanakan.
(awd)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1419 seconds (0.1#10.140)