MKM Diminta Maksimalkan Platform Digital di Tengah Pandemi Corona

Minggu, 12 April 2020 - 21:40 WIB
loading...
MKM Diminta Maksimalkan Platform Digital di Tengah Pandemi Corona
FOTO /Ilustrasi : DOK Okezone.com
A A A
SOLO - Pembina pusat studi kewirausahaan Univesitas Sebelas Maret (UNS) Solo Dr Eddy Tri Haryanto meminta sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) memaksimalkan platform digital agar bisa bertahan di tengah situasi pademi Corona (Covid-19). Mereka juga diminta mencari alternatif bahan baku dari dalam negeri jika bahan impor harganya mahal.

“Melihat dari sejarah, kondisi seperti ini pernah terjadi tahun 1998 saat krisis ekonomi. Kala itu UMKM juga ikut terdampak dan berjuang habis-habisan untuk mempertahankan kestabilan kondisi perekonomian. Bedanya kali ini Indonesia mengadapi double krisis, karena adanya virus dengan segala prediksi serta kondisi ekonomi global,” tandas Dr Eddy Tri Haryanto, Minggu (12/4/2020). UMKM yang diperkirakan terkena dampak paling berat adalah yang bergerak dalam menyediakan barang kebutuhan pokok yang sering dikonsumsi serta memerlukan bahan baku impor.

Seperti UMKM pembuatan tempe dan tahu, garmen, serta UMKM yang mengolah produk berbahan dasar gandum. Produsen harus mulai memutar otak untuk mencari barang pengganti untuk membuat produk usahannya. Karena jika terus mengandalkan bahan dari luar negeri, tentu akan menghambat proses produksi. “Saat ini untuk tahu tempe 80% kedelai masih impor. Kemudian untuk garmen, 95% bahannya juga impor. Kondisi dollar yang naik tentu membuat produsen harus mulai mencari cara lain untuk menemukan alternatif,” terangnya.

Namun dalam kondisi saat ini potensi pengembangan UMKM di bidang kuliner bisa menjadi salah satu angin segar. Salah satu kebutuhan pokok manusia adalah pangan. Kebijakan untuk Work From Home (WFH) menjadi potensi bagi pelaku usaha kuliner untuk membuka dan terus mempertahankan aktivitas penjualannya di masa ini. Tentunya kolaborasi dengan layanan transpotasi online dan memaksimalkan pemasaran melalui digital perlu dimaksimalkan. Adanya kondisi seperti ini membuat para pelaku UMKM khususnya bagi mereka yang belum memaksimalkan platform digital bisa mulai belajar dan memanfaatkan dengan baik.

Bisa dimulai dari hal-hal sederhana seperti menggunakan jarkoman via Whatsapps, telegram atau menawarkan kepada rekan-rekan terdekat melalui daring. Selain itu penting untuk diperhatikan pula menjaga sikap profesional. Transaksi yang dilakukan melalui media online tentu memerlukan sikap saling percaya dan jujur antara penjual dan pembeli. Pada akhir Maret 2020 lalu, pemerintah mengeluarkan kebijakan terkait dengan UMKM. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengeluarkan beberapa kebijakan countercyclical melalui Peraturan OJK (POJK).

Peraturan OJK (POJK) Republik Indonesia Nomor 11/Pojk.03/2020 itu menyatakan bahwa bank akan menerapkan kebijakan yang mendukung stimulus pertumbuhan ekonomi untuk debitur yang terkena dampak penyebaran Covid-19, termasuk UMKM. “Negara hadir untuk membantu masyarakat supaya perekonomian tetap berjalan.

Pemberian kelonggaran pembayaran kredit bagi pelaku usaha ini sudah baik. Tetapi perlu diperhatikan juga bahwa kebijakan ini sebaiknya bukan hanya diterapkan bagi mereka yang terdampak langsung Covid-19 saat ini. Tetapi juga bisa diberlakukan untuk semua usaha yang terdampak untuk beberapa waktu ke depan,” urainya.

Perputaran uang harus terus berjalan untuk menjaga kestabilan ekonomi negara. UMKM sebagai penggerak ekonomi di akar rumput tentu memiliki peran besar. Berbagai strategi usaha layak untuk dicoba. Melihat kondisi ekonomi global yang belum stabil tentu pelaku usaha yang memerlukan bahan-bahan dari luar negri mengalami kesulitan. Oleh sebab itu mengembangkan produk dalam negeri, menjadi salah satu agenda yang kini wajib untuk gencar dilakukan.Pelaku usaha harus memahami betul apa yang kini sedang diinginkan masyarakat serta mencari alternatif bahan baku dari dalam negeri.

Kondisi ini berpotensi untuk memperbaiki perekonomian Indonesia dalam jangka panjang. Jumlah penduduk Indonesia yang menyentuh lebih dari 200 juta jiwa ini menjadi pasar yang menjanjikan. Tentunya upaya tersebut akan maksimal jika minat masyarakat untuk menggunakan produk dalam negeri tinggi.

“Cintai produk dalam negeri, rasa nasionalisme bisa diwujudkan dengan membeli dan menggunakan produk dalam negeri. Meskipun mungkin belum seluruhnya memiliki kualitas yang baik, tetapi apabila kebiasaan ini bisa dijaga tentu akan menjadi cambuk untuk terus memperbaiki produk. Serta memiliki peran berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi negara,” pungkasnya.
(nun)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1656 seconds (0.1#10.140)