Diduga Alergi Obat Bius, Pasien di OKI Dituding Terpapar Corona oleh Perawat

Kamis, 02 April 2020 - 15:54 WIB
Diduga Alergi Obat Bius, Pasien di OKI Dituding Terpapar Corona oleh Perawat
Diduga Alergi Obat Bius, Pasien di OKI Dituding Terpapar Corona oleh Perawat
A A A
KAYUAGUNG - Novita (22) warga Desa Tanjung Alai, Kecamatan SP Padang, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), seorang pasien Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kayuagung yang hendak melakukan persalinan dengan cara operasi diduga ditelantarkan oleh pihak rumah sakit.

Suandi, salah satu pihak keluarga yang mengetahui hal itu menceritakan bahwa peristiwa tersebut terjadi, Senin (30/3/2020) lalu sekira pukul 07.00 Wib. Suandi menjelaskan, bahwa saat itu pasien yang hendak melakukan persalinan dengan cara operasi, diberikan suntikan obat bius oleh salah satu petugas kesehatan RSUD Kayuagung. (Baca: 10 dari 39 TKA China yang Masuk Tanpa Isolasi ke Bintan Dipulangkan)

Menurut Suandi sebelum dilakukan pembiusan dengan cara disuntik, diduga petugas kesehatan tersebut tidak memberikan pertanyaan terkait apakah pasien memiliki riwayat alergi terhadap suatu obat atau tidak.

Akibatnya, lanjut Suandi, pasien yang diduga memiliki riwayat alergi terhadap suatu obat, mengalami peningkatan pada suhu tubuhnya. Dengan kata lain, obat yang diberikan tidak cocok dengan kondisi tubuh pasien.

"Begitu tahu suhu tubuh pasien tinggi, ada salah satu perawat yang ngomong "nah Corona ini"," ucap Suandi sambil menirukan perkataan salah satu perawat tersebut, saat dikonfirmasi, Rabu (1/4/2020).

Mendengar ucapan itu, sontak saja seluruh perawat yang sedang berada di ruang tersebut menjauh, bahkan meninggalkan pasien yang saat itu dalam kondisi terbaring lemas.

"Jadi yang rencananya tadi mau dioperasi akhirnya dibatalkan, karena para perawat yang sedang mengurus keponakan saya berhamburan keluar dan meninggalkannya," kata Suandi dengan nada geram.

Akibat peristiwa tersebut, Suandi mengaku kesal. Dia menilai ulah oknum perawat yang tidak bertanggung jawab atas ucapannya, membuat pasien dan pihak keluarga merasa telah dirugikan.

Pasalnya, peristiwa itu (dugaan terpapar corona) terdengar hingga ke desa tempat tinggal pasien. Membuat warga yang tinggal satu desa dengan pasien merasa cemas dan khawatir.

"Mereka (warga) takut terpapar virus ini. Bahkan kerabat yang ingin menjenguk pun jadi merasa takut terpapar," akunya.

Sementara itu, ibu pasien yang menyaksikan langsung peristiwa tersebut menceritakan bahwa, sebelum dilakukan pembiusan pasien sempat ditanya pernah kemana, kemudian pasien menjawab pernah tinggal di Batam dan sudah lama pulang, yakni pada bulan Desembar 2019 lalu.

Menurut dia, alasan pasien pulang kampung karena saat itu pasien sedang mengandung anak pertamanya, dan itu juga atas permintaan suami pasien.

"Tapi kok malah tiba-tiba muncul pembicaraan tentang anak saya terpapar corona, dan akibatnya seluruh perawat keluar meninggalkan anak saya, tanpa ada yang mau mendekat untuk melihat kondisinya, hanya saya dan kedua adik saya," beber ibu pasien dengan raut muka sedih.

Ia juga menceritakan bahwa saat itu dirinya merasa sangat terpukul, hingga menangis dan berteriak "Kalau anak saya terpapar Corona, sudah lama kami ini semua mati," timpalnya.

Sesaat sebelum dilakukan pemindahan oleh pihak keluarga, sempat tersiar kabar dari pihak Rumah Sakit bahwa kemungkinan pasien atau bayinya tidak akan selamat.

Kalaupun nantinya akan dilakukan operasi, itu juga tidak memungkinkan lantaran kondisi suhu tubuh pasien yang masih mengalami panas tinggi. Lalu akhirnya sekira pukul 17.00 WIB, pihak keluarga pasien memutuskan untuk membawah pasien ke salah satu Rumah Sakit di Palembang.

"Alhamdulillah, setiba di Rumah Sakit Moehammad Hoesin Palembang, anak saya sehat dan melahirkan bayi laki-laki secara normal dengan berat 3 kg," tandasnya.

Dihari yang sama, Direktur RSUD Kayuagung T Mirda Zulaikha saat dikonfirmasi melalui pesan WhatsApp terkait peristiwa tersebut mengklarifikasi hal itu. Mirda menjelaskan bahwa itu bukanlah suatu penelantaran seperti yang dimaksudkan. Ia mengaku itu hanya miss informasi. Menurutnya ada ketidak singkronan informasi dari awal.

"Pasien sudah direncanakan rujuk, namun keluarga masih berembuk untuk dirujuk. Bukan karena Covid," tulisnya singkat.
(sms)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6678 seconds (0.1#10.140)