Kesembuhan Pasien COVID-19 di Jawa Timur Capai 78,25 Persen
loading...
A
A
A
SURABAYA - Jumlah pasien COVID-19 di Jawa Timur (Jatim) yang sembuh per Kamis (3/9/2020) mencapai 27.117 orang. Sementara jumlah yang terkonfirmasi positif COVID-19 sebanyak 34.655 orang. Sehingga, prosentase kesembuhan di Jatim mencapai 78,25%.
Jumlah kesembuhan di Jatim ini merupakan prosentase kesembuhan yang tertinggi di Pulau Jawa. Dibandingkan nasional, prosentase kesembuhan mencapai 71,7% atau 132.055 orang. Jatim juga menjadi provinsi dengan jumlah testing cepat (rapid test) tertinggi di Indonesia yakni 927.529. Artinya testing sudah dilakukan sangat massal, Ibaratnya 1 dari 43 penduduk Jatim telah dites cepat.
“Selain itu, saat ini pemeriksaan PCR Jatim juga telah tembus 223.559 sampel. Artinya kurang lebih 1 dari 219 penduduk Jatim telah dilakukan tes swab. Jumlah Test PCR di Jatim tertinggi kedua setelah Jakarta pada periode Mei-Agustus 2020,” kata Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, Jumat (4/9/2020).
Sementara itu, saat ini sebanyak 5.079 pasien COVID-19 masih menjalani perawatan. Sedangkan jumlah yang meninggal dunia sebanyak 2.459 orang. Angka kematian karena komorbid (penyakit penyerta) sebanyak 88%. Jadi 12% yang meninggal murni karena COVID-19. "Tingginya tingkat kesembuhan di Jatim berkat kerja keras semua pihak. Kesembuhan ini sangat tergantung kecepatan tracing, testing dan treatment,” ujar Khofifah.
BPK Jatim Tepis Sebagai Penular COVID-19 di Blitar
Sementara itu, Ketua Gugus Kuratif Satgas COVID-19 sekaligus Direktur Utama RSUD dr Soetomo, dr Joni Wahyuhadi mempercayai virus corona bisa bermutasi. Oleh sebab itu sebagai rumah sakit rujukan utama bagi pasien COVID-19, dia ingin RSUD dr Soetomo memiliki laboratorium yang bisa digunakan untuk mendeteksi virus corona.
"Semakin lama virus akan semakin pintar atau beradaptasi. Bentuk virus corona yang berupa RNA dengan single-stranded memudahkan proses mutasi. Jadi semakin lama virus akan makin pintar menyesuaikan diri dengan lingkungannya," katanya.
Mutasi virus, lanjut dia, juga bisa berpengaruh pada gejala tiap pasien. Misalnya ada pasien yang kehilangan penciumannya namun tidak demam, atau bisa juga sebaliknya. Hal itu bisa dipengaruhi oleh susunan protein RNA virus yang berubah akibat mutasi sel.
"Untuk bisa mendeteksi adanya mutasi virus, Joni meminta kepada Gubernur Jatim agar bisa menyediakan Laboratorium Biosafety Level 3 (BSL-3). Hal ini berguna dalam perawatan pasien bisa lebih efektif dan efisien. Selain itu juga bermanfaat untuk perkembangan penelitian secara global," terangnya.
Jumlah kesembuhan di Jatim ini merupakan prosentase kesembuhan yang tertinggi di Pulau Jawa. Dibandingkan nasional, prosentase kesembuhan mencapai 71,7% atau 132.055 orang. Jatim juga menjadi provinsi dengan jumlah testing cepat (rapid test) tertinggi di Indonesia yakni 927.529. Artinya testing sudah dilakukan sangat massal, Ibaratnya 1 dari 43 penduduk Jatim telah dites cepat.
“Selain itu, saat ini pemeriksaan PCR Jatim juga telah tembus 223.559 sampel. Artinya kurang lebih 1 dari 219 penduduk Jatim telah dilakukan tes swab. Jumlah Test PCR di Jatim tertinggi kedua setelah Jakarta pada periode Mei-Agustus 2020,” kata Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, Jumat (4/9/2020).
Sementara itu, saat ini sebanyak 5.079 pasien COVID-19 masih menjalani perawatan. Sedangkan jumlah yang meninggal dunia sebanyak 2.459 orang. Angka kematian karena komorbid (penyakit penyerta) sebanyak 88%. Jadi 12% yang meninggal murni karena COVID-19. "Tingginya tingkat kesembuhan di Jatim berkat kerja keras semua pihak. Kesembuhan ini sangat tergantung kecepatan tracing, testing dan treatment,” ujar Khofifah.
BPK Jatim Tepis Sebagai Penular COVID-19 di Blitar
Sementara itu, Ketua Gugus Kuratif Satgas COVID-19 sekaligus Direktur Utama RSUD dr Soetomo, dr Joni Wahyuhadi mempercayai virus corona bisa bermutasi. Oleh sebab itu sebagai rumah sakit rujukan utama bagi pasien COVID-19, dia ingin RSUD dr Soetomo memiliki laboratorium yang bisa digunakan untuk mendeteksi virus corona.
"Semakin lama virus akan semakin pintar atau beradaptasi. Bentuk virus corona yang berupa RNA dengan single-stranded memudahkan proses mutasi. Jadi semakin lama virus akan makin pintar menyesuaikan diri dengan lingkungannya," katanya.
Mutasi virus, lanjut dia, juga bisa berpengaruh pada gejala tiap pasien. Misalnya ada pasien yang kehilangan penciumannya namun tidak demam, atau bisa juga sebaliknya. Hal itu bisa dipengaruhi oleh susunan protein RNA virus yang berubah akibat mutasi sel.
"Untuk bisa mendeteksi adanya mutasi virus, Joni meminta kepada Gubernur Jatim agar bisa menyediakan Laboratorium Biosafety Level 3 (BSL-3). Hal ini berguna dalam perawatan pasien bisa lebih efektif dan efisien. Selain itu juga bermanfaat untuk perkembangan penelitian secara global," terangnya.
(msd)