Kisah Pertikaian Raja Jayanagara dengan Orang Dekat Raden Wijaya di Kerajaan Majapahit
loading...
A
A
A
KERAJAAN Majapahit konon didera sejumlah pemberontakan hingga bencana alam. Peristiwa ini terjadi sebelum menjadi kerajaan maju dan menguasai wilayah luas.
Pemberontakan itu didorong juga oleh sifat sang Raja Jayanagara yang berkuasa dianggap terlalu keras serta masih berusia muda.
Hal memuncul ketegangan hubungan antara Jayanagara dengan beberapa kelompok, terutama orang-orang yang sebelumnya mendukung Raden Wijaya, ayah dari Jayanagara.
Jayanegara merupakan anak hasil pernikahan Raden Wijaya dengan Dyah Petak putri Raja Melayu setelah berhasil mendirikan Kerajaan Majapahit.
Salah satu orang yang tak akur dengan sang raja, yakni Mpu Nambi. Sosok Mpu Nambi sebelumnya merupakan pejabat senior dan orang kepercayaan Raden Wijaya kala masih berkuasa.
Tapi di mata Jayanagara, orang terdekat ayahnya itu tak ada apa-apanya, bahkan coba disingkirkan. Memang, bara kebencian terhadap Jayanagara mulai tampak, bahkan para keluarga bangsawan lama, terutama yang berasal dari Kediri.
Para keluarga Kediri merasa Jayanagara tidak diberi cukup jatah dalam pemerintahan terpusat Majapahit yang baru. Earl Drake menggambarkan dalam bukunya "Gayatri Rajapatni: Perempuan Dibalik Kejayaan Majapahit", dibuktikan dengan sosok Nambi sang mahapatih, pejabat sipil yang ahli dan setia, tetapi selalu digoyang karena peranannya yang kecil selama perang saudara.
Bahkan semasa Jayanagara bertahta, lawan-lawannya kembali muncul dan berkampanye dengan penuh hujatan terhadapnya. Setelah berbulan-bulan menghadapi deraan fitnah tanpa perlindungan dari raja baru. Nambi memohon izin kepada Jayanagara untuk pulang ke kampung halamannya di lembah.
Jayanagara memberikannya izin selama beberapa minggu, tetapi ternyata Nambi memutuskan untuk pensiun dan menjadikan lembah sebagai bentengnya. Diam-diam ia membangun pasukannya sendiri sebagai persiapan untuk mempertahankan diri.
Jayanagara yang mendengar kabar mundurnya Nambi dari mahapatih lantas menyerahkan jabatan itu kepada tangan Emban, mahapatih baru yang tak berpengalaman. Sederet penasehat pun dilantik Jayanagara, tetapi penasehat itu tidak masuk dalam dewan yang dibentuk oleh mendiang ayahnya. Pemerintahan prematur ini disambut oleh tiga pemberontakan berturut-turut di tiga daerah yang berbeda, yang ditumpas secara sangat kejam.
Sang Raja sendiri memutuskan untuk terjun langsung memimpin pasukan di medan perang dan menghabisi satu persatu komplotan pemberontakan itu. Pertumpahan darah itu membuat raja Jayanagara akhirnya mengusir Nambi dari istana kerajaan.
Pemberontakan itu didorong juga oleh sifat sang Raja Jayanagara yang berkuasa dianggap terlalu keras serta masih berusia muda.
Hal memuncul ketegangan hubungan antara Jayanagara dengan beberapa kelompok, terutama orang-orang yang sebelumnya mendukung Raden Wijaya, ayah dari Jayanagara.
Jayanegara merupakan anak hasil pernikahan Raden Wijaya dengan Dyah Petak putri Raja Melayu setelah berhasil mendirikan Kerajaan Majapahit.
Salah satu orang yang tak akur dengan sang raja, yakni Mpu Nambi. Sosok Mpu Nambi sebelumnya merupakan pejabat senior dan orang kepercayaan Raden Wijaya kala masih berkuasa.
Tapi di mata Jayanagara, orang terdekat ayahnya itu tak ada apa-apanya, bahkan coba disingkirkan. Memang, bara kebencian terhadap Jayanagara mulai tampak, bahkan para keluarga bangsawan lama, terutama yang berasal dari Kediri.
Para keluarga Kediri merasa Jayanagara tidak diberi cukup jatah dalam pemerintahan terpusat Majapahit yang baru. Earl Drake menggambarkan dalam bukunya "Gayatri Rajapatni: Perempuan Dibalik Kejayaan Majapahit", dibuktikan dengan sosok Nambi sang mahapatih, pejabat sipil yang ahli dan setia, tetapi selalu digoyang karena peranannya yang kecil selama perang saudara.
Bahkan semasa Jayanagara bertahta, lawan-lawannya kembali muncul dan berkampanye dengan penuh hujatan terhadapnya. Setelah berbulan-bulan menghadapi deraan fitnah tanpa perlindungan dari raja baru. Nambi memohon izin kepada Jayanagara untuk pulang ke kampung halamannya di lembah.
Jayanagara memberikannya izin selama beberapa minggu, tetapi ternyata Nambi memutuskan untuk pensiun dan menjadikan lembah sebagai bentengnya. Diam-diam ia membangun pasukannya sendiri sebagai persiapan untuk mempertahankan diri.
Jayanagara yang mendengar kabar mundurnya Nambi dari mahapatih lantas menyerahkan jabatan itu kepada tangan Emban, mahapatih baru yang tak berpengalaman. Sederet penasehat pun dilantik Jayanagara, tetapi penasehat itu tidak masuk dalam dewan yang dibentuk oleh mendiang ayahnya. Pemerintahan prematur ini disambut oleh tiga pemberontakan berturut-turut di tiga daerah yang berbeda, yang ditumpas secara sangat kejam.
Sang Raja sendiri memutuskan untuk terjun langsung memimpin pasukan di medan perang dan menghabisi satu persatu komplotan pemberontakan itu. Pertumpahan darah itu membuat raja Jayanagara akhirnya mengusir Nambi dari istana kerajaan.
(shf)