Kisah Kolam Segaran di Trowulan, Tempat Warga Majapahit Berwisata
loading...
A
A
A
Ketika penduduk Trowulan pada awal abad ke- 20 menyaksikan kolam luas berair mirip laut, mereka memberikannya nama Segaran. Dengan demikian diduga bahwa kolam tersebut memiliki nama asli semasa era Majapahit.
Mengacu kepada Serat Kandha yang digubah pada awal abad ke- 16 memberitakan bahwa nama asli Trowulan adalah Citra Wulan.
Citra dalam bahasa Jawa Kuno berarti "berwarna cemerlang". Maka, Citra Wulan diartikan sebagai "perwujudan yang cemerlang dari bulan". Apabila demikian kebenarannya, maka Trowulan mengacu pada arti "perwujudan atau bayangan yang cemerlang dari bulan".
Bila mengacu pada uraian di muka, maka bisa diperkirakan bahwa nama lama Kolam Segaran adalah Kolam Citra Wulan atau Kolam Trowulan.
Nama tersebut dicatat dalam Serat Kandha yang digubah pada abad ke- 16. Di mana masa itu sangat dekat dengan era runtuhnya Majapahit pada tahun 1527. Dengan demikian, nama asli Segaran pada era Majapahit adalah Citra Wulan, Trawulan atau Trowulan.
Konon keindahan kolam ini terasa jika terang purnama. Cahaya bulan akan berbayang di permukaan air Segaran. Keadaannya sangat indah dan semua orang di sekitar Kolam Segaran saat purnama akan mengakui suasana yang indah itu.
Semasa Majapahit dapat diperkirakan bahwa keindahan yang memukau itu lebih terasa. Sebab waktu itu belum ada cahaya lampu listrik yang sinarnya bertebaran di sekitar kolam.
Sungguhpun demikian, keindahan Kolam Segaran tetap tampak indah saat bulan purnama mengambang di langit.
Kolam Citra Wulan semasa Majapahit dapat disebut sebagai tempat rekreasi penduduk kota di kala purnama. Tentunya banyak penduduk yang bercengkerama di sekitar kolam, dan tidak mustahil dilakukan juga oleh kaum bangsawan, keluarga raja, bahkan raja sendiri.
Sebagaimana dikemukakan bahwa Berita Cina menyebutkan bahwa setiap purnama, penduduk Majapahit bersuka cita di sekitar Kolam Citra Wulan. Bahkan kaum perempuan membentuk barisan di sekitar kolam sambil ngamen nyanyi di rumah-rumah orang berada untuk mendapatkan uang.
Mengacu kepada Serat Kandha yang digubah pada awal abad ke- 16 memberitakan bahwa nama asli Trowulan adalah Citra Wulan.
Citra dalam bahasa Jawa Kuno berarti "berwarna cemerlang". Maka, Citra Wulan diartikan sebagai "perwujudan yang cemerlang dari bulan". Apabila demikian kebenarannya, maka Trowulan mengacu pada arti "perwujudan atau bayangan yang cemerlang dari bulan".
Bila mengacu pada uraian di muka, maka bisa diperkirakan bahwa nama lama Kolam Segaran adalah Kolam Citra Wulan atau Kolam Trowulan.
Nama tersebut dicatat dalam Serat Kandha yang digubah pada abad ke- 16. Di mana masa itu sangat dekat dengan era runtuhnya Majapahit pada tahun 1527. Dengan demikian, nama asli Segaran pada era Majapahit adalah Citra Wulan, Trawulan atau Trowulan.
Konon keindahan kolam ini terasa jika terang purnama. Cahaya bulan akan berbayang di permukaan air Segaran. Keadaannya sangat indah dan semua orang di sekitar Kolam Segaran saat purnama akan mengakui suasana yang indah itu.
Semasa Majapahit dapat diperkirakan bahwa keindahan yang memukau itu lebih terasa. Sebab waktu itu belum ada cahaya lampu listrik yang sinarnya bertebaran di sekitar kolam.
Sungguhpun demikian, keindahan Kolam Segaran tetap tampak indah saat bulan purnama mengambang di langit.
Kolam Citra Wulan semasa Majapahit dapat disebut sebagai tempat rekreasi penduduk kota di kala purnama. Tentunya banyak penduduk yang bercengkerama di sekitar kolam, dan tidak mustahil dilakukan juga oleh kaum bangsawan, keluarga raja, bahkan raja sendiri.
Sebagaimana dikemukakan bahwa Berita Cina menyebutkan bahwa setiap purnama, penduduk Majapahit bersuka cita di sekitar Kolam Citra Wulan. Bahkan kaum perempuan membentuk barisan di sekitar kolam sambil ngamen nyanyi di rumah-rumah orang berada untuk mendapatkan uang.